GERAKAN TUTUP MULUT (GTM) PASTI BERLALU

by - February 04, 2018

Kalo masalah tips mengatasi Gerakan Tutup Mulut, pasti udah banyak artikel yang membahasnya ya. Nah, disini aku mau cerita pengalamanku pribadi dalam memerangi GTM. Barang kali ibu-ibu butuh sharing? Butuh baca pengalaman orang lain? Butuh sandaran? Sini sini, kita sama-sama ya.

Source: freepik
Ya, aku tahu, aku harus bersyukur karena Alya dikategorikan bayi montok. Mutlak bagi seorang Ibu, ini adalah salah satu kebanggaan. Seenggaknya bakal jarang ada yang nyinyir soal kesehatan anakku.
Kan banyak yang bilang kalo bayi sehat itu bayi yang ipel-ipel.
Sehat itu identik sama badan yang bagus.
Pokoknya enggak usah nyinyirin Alya deh, Alya gendut lo mau apa.
Mau ketawa enggak sih? LOL.

Banyak orang yang mengenal Alya lewat cerita dan cuplikan aktivitasnya di sosial mediaku. Bukan hendak pamer, tapi ya namanya ibuk kan sering ya banggain anak. Alya bisa nyanyi aja aku udah bahagia.
Kadang sampe lupa berkomitmen: jangan terlalu sering update dan upload foto anak. Eeeeh...begitu anak ada perkembangan dikit, rekam, upload, bwaaar lupa semuanya.

Baca juga: Kesibukan Baru Bernama Instastory

Oke, aku mau cerita sedikit soal kemontokan Alya tadi ya. Ketimbang pada bingung dan akhirnya banding-bandingin:
"Kenapa anakku tidak semontok anakmu"
"Ah, Alya ni kegendutan, enggak bagus. Woy, disuruh diet donk Alya nya, kasihan kecil-kecil gendut"

Jangan salah sangka ya, kemontokan Alya itu bukan terjadi karena dia lahap makan. Makan apa aja dilahap. Enggak! Alya gemuk itu perawakan. Kodrat kayaknya. Aku sendiri bingung, ada anak males makan, tapi tetep gendutan. Iyes, sejak Alya dikenalkan makanan untuk pertama kalinya, Alya lebih sering menolak duluan.

FYI, Alya tumbuh gigi itu mulai usia 5 bulan. Tepatnya, gigi bagian bawah. Bayangkan 5 bulan lho sudah tumbuh gigi. Duuuh pasti udah enggak sabar makan ya naaak. Pasti kamu pinter nanti makannya dihabisin. Mmmm... mama seneng deh, gemeeez...

OKE, ITU HARAPANNYA. Realitanya?

via GIPHY

Aku inget banget karena waktu itu sempat aku rekam. Mendekati jadwal pemberian MPASI pertama, aku sampe belanja sayur dan buah terlalu banyak. Sedangkan feeding set dan blender, itu aku udah ada. Trus kursi makan, aku sewa aja.

Saking semangatnya ngasih MPASI dan demi hestek #resepmpasi, kasih makan Alya pertama itu sampe kebawa mimpi. Lebay ya hahaha. Yang aku inget lagi, aku memilih buah alpukat sebagai 'rasa pertama'nya Alya. Tentu aja aku campur ASI biar lebih encer dan bisa dia cerna dengan mudah.

Gimana reaksi Alya? Apakah langsung excited?
Oh tentu donk....tidak!
Dia cuma klametan aja dan susah mau nelan. Mana mukanya kayak pengen puke aja. Maklum dia sensi sama bau-bauan. Bahkan sampe saat ini juga lho.

Baiklah, mungkin itu karena yaelaaah... kan baru MPASI pertama.
Sabar napa?

Sampai dua hari selanjutnya, aku kasih alpukat lagi. Katanya kan biar tahu reaksi alergi atau enggak. Terbukti tidak alergi dan juga tidak doyan sama sekali. So sad kan, padahal aku nyarinya khusus alpukat mangga lho itu.
Oke, sabar napa?

Hari hari berlalu, gonta ganti menu buah, sayur, dan gasol-gasolan hingga sebulan. Yang ada, Alya pun semakin tidak menunjukkan dia doyan makan. Siap, mungkin memang masanya perkenalan.
Susah kan, sekali lagi, sabar napa?

Begitu terus sampai kira-kira Alya berumur 9 bulan, tepatnya abis aku pindah rumah. Beruntung anak-anak di sekitar komplek umurnya hampir samaan. Setiap pagi banyak yang didulang sambil jalan-jalan. Aku mulai banyak menerima masukan, saran, maupun paksaan.

Oyajelas donk. Namanya juga hidup berdampingan ya. Saling berbagi itu utama, saling bandingin itu yang kedua. Yang baik aku terima, yang nyakitin hati aku buang saja. Ini kayak pantun sajak A A A A.

Rasanya, hampir setiap kali makan, Alya itu pake drama. Entah itu yang diemut lama, mulutnya rapet enggak mau dibuka, atau yang nolak sampe dilempar pake tangan. Sesekali boleh lah ya, tapi ini berkali-kali.

Sudah berbagai macam cara. Digendong sambil disuapin. Ditaruh di stroller sambil jalan-jalan. Disetelin tontonan favorit. Masih aja mingkem.
Sudah berbagai resep dicoba. MPASI homemade junjunganku. Beli sayur dan buahnya aja yang organik punya. Ikan laut kayak salmon dan tenggiri juga diperjuangkan. Juga aku kenalkan pada roti dan bubur instan. Praktis lah. Tapi yaaa... kadang mau kadang enggak. Enggak tentu lah.
Sudah berbagai metode dilakukan. Mau bubur disaring, makanan diblender, sampai metode Baby Led Weaning. Lagi-lagi terima aja deh sama moodnya Alya.

Sudah titik darah penghabisan. Mamanya capek, anaknya biasa aja. Nenen yang utama. Semua orang di sini tahu, Alya itu sering banget yang namanya GTM. Wow, drama mulu sih ah.

via GIPHY
Apa sih itu GTM?
Fase menolak makanan ini dikatakan wajar bagi bayi berusia kurang dari 2 tahun. Bayi memang cenderung sedang mengalami pengenalan makanan, beradaptasi dan mulai tumbuh gigi. Makanya enggak jarang mereka menolak makanan, lha wong giginya tumbuh perlahan. Ada yang lambat tumbuh, ada yang cepet nongol, ada juga yang sekalinya nongol langsung banyak. Beda-beda kok.

Sebagai mama yang sigap dan cepat tanggap, aku enggak mau kalah set donk. Masak cuma gara-gara makan aja jadi stress sih. Tapi emang stress mau gimana T.T.

Seperti biasa, aku melakukan artikel di mesin pencarian, curhat di grup ibu-ibu dan konsultasi ke Dokter. Mayoritas sih jawabannya mirip, mereka nyuruh aku sabar. 

1. Disuruh nyobain jamu cekok
Ini ritual dan resep zaman old sih. Terbuat dari bahan herbal tradisional yang cucok buat ningkatin nafsu makan. Cuma kesusahannya, jarang ada tukang jamu yang bisa bikin resep tersebut. Di jogja yang terkenal ada satu, daerah Brigjen Katamso.
Survey membuktikan banyak yang cocok, even itu menyakitkan buat anak. Ya masak anak disuruh tidur dan langsung dicekokin. Mana pahit pula. Lihatnya aja enggak tega. Fix enggak aku lakukan.

Ohiya, ada temenku yang sampai bikin Film Dokumenter yang bertemakan jamu cekok. Judulnya Kesan Pertama. Nyehehehe.

2. Disuruh minum vitamin
Yang ini versi lebih modern, bisa anda dapatkan di apotek terdekat. Belum sempat nyobain juga, abisnya males. Rasa vitamin kan juga aneh-aneh. Alya makin nolak nanti.

3. Disuruh ganti sufor
*garuk garuk kepala*
Mungkin maksudnya, kalo ada di dekatku minta nenen terus kali ya. Kalo nenen terus kan makannya ketunda melulu. Jadi misal diganti sufor, dan minumnya abis makan, anak bisa kenyang dan tidur nyenyak. Begitu kan.

Kesemuanya enggak ada yang aku lakukan. Berbekal ngeyel dan modal sengak "ini anak gue, ya gue yang tahu donk", maka akupun belajar sendiri. Aku banyakin baca artikel, tanya tanya di grup ASI dan MPASI, minta diceritain pengalaman anak GTM.

Selama kurva BB enggak ke garis kekurangan gizi, aku rasa mungkin cara pemberian makannya aja yang kudu dibenerin.

Semakin hari aku semakin kreatif dan bikin semacam jadwal harian anak. Aku perhatikan tuh yang namanya aktivitas mulai bangun sampai malam dan waktu minta nenen. Aku petain  apa yang bikin anak merasa tidak nyaman, apa yang membuatnya senang dan apa menu yang dia suka.

Misalnya ya, dia bangun itu kan langsung minta nenen tuh, trus aku ubah menjadi langsung mandi. Diajakin gimana caranya Alya tertarik buat langsung mandi. Abis mandi baru deh makan dan jalan-jalan. Aku batasin waktu menjadi 30 menit. Habis enggak habis, pokoknya makan udah kelar.

Finally, aku menemukan beberapa solusi yang mungkin bisa buat bahan belajar sama-sama.

Ternyata aku kurang variatif dalam memberi makanan
First of all, Alya itu picky eater. Level parah. Dia cuma mau yang rasanya enggak pekat. Manis dikit pasti muka puke. Bau nyengat dikit langsung nolak. Makanan Alya itu terbatas sayur brokoli, kembang kol, wortel.

Untuk mengakali supaya tidak GTM lagi, aku cenderung ngasih makanan favoritnya. Yaudah deh, makan sayur kesukaanmu itu aja. Yang penting kamu mau makan, mama sudah bahagia.

Aku mulai mix buah dan sayur. Perlahan naikin tekstur dan lebih lebih lebih variatif lagi dalam mengolah makanan. Yaaa... barangkali usahaku kurang keras kan tadinya.

via GIPHY

Ternyata aku kurang memperhatikan jam makan
Ini pengaruhnya besar juga sih. Jadwal makan Alya, kadang berdekatan dengan minum susunya. Mindsetku yang, enggak papalah minta ASI, kan ASI itu semau bayi. Diturutin aja napa?
Nah ini yang sedikit salah kaprah. Akibat terlalu dermawan memberi ASI pada bayi. Hahaaa ((DERMAWAN)) Alya malah jadi enggak laper, otomatis trus dia ogah makan.
Ini terbukti waktu aku berhasil menyapih Alya. Dia jadi lahap makan coba? Jadi tahu kan letak kesalahanku dimana? Yak! Aku kurang bisa manage pemberian makan dan minum pada anak. Lama-lama aku makin paham lah, kapan aku kudu kasih makan, cemilan, kapan kudu kasih ASI dengan waktu yang tepat.

via GIPHY

Ternyata Alya sering bosan makan di rumah
Nyari celah dan moodnya Alya itu susahnya bukan main sob. Mana aku anti makan sambil jalan-jalan. Okelah kalo masih berumur dibawah setahun, lha kalo keterusan gimana? Apa enggak malu, makan sambil lari-lari. Nanti bisa muntah pula kan.

Caranya, aku ajakin Alya makan di tempat terbuka sambil menikmati suasana. Tetep duduk kok. Cuma bener-bener kasih pandangan mata yang berbeda aja. Bisa sambil lihat burung, piknik ala ala, dan nongkrong di cafe kalo lagi ada fulusnya. Nyahahaha lagi lah.

Kadang kalo pas enggak bisa makan di luar ya ciptakan suasana makan yang nyaman. Makan bareng rame-rame di rumah. Makan sendiri-sendiri. Trus abis itu Alya belajar sendiri. Keterusann makan sendiri sampe sekarang.

Gerakan Tutup Mulut itu terjadi hingga Alya hampir berumur dua tahun. Percaya atau tidak, setelah aku sapih, pola makannya berubah drastis. Tadinya yang enggak mau, jadi bisa melirik. Tadinya yang cuma dilirik, langsung di makan.

Aku sadar banget, banyak kesalahan terletak karena aku emang enggak sabaran dan kurang memperhatikan. Ya monmaaf buibu, namanya punya anak kan kitanya yang kudu belajar. *ngeles halus*

via GIPHY

Dari tiga kesimpulan diatas, marilah kita sama-sama percaya bahwa fase ini bisa datang dan pergi sesuka hati. Dan hati-hati bisa balik lagi, Aku nulis ini sambil komat kamit semoga Alya enggak GTM lagi seterusnya. Udah besar udah bisa minta macem-macem masak GTM. 

Ingat ya nak, salah satu cara paling asik bergaul itu adalah kamu bisa makan apa aja. Kalo kamu bisa makan apa aja, kamu bisa hidup dimana aja. Kalo kamu bisa hidup dimana aja, kamu bisa dapet temen banyak. Dan temen yang banyak bisa bikin kamu bahagia.

So, buat ibu-ibu diluar sana, dont be sad. Tenang... banyak yang sama kayak kita. Percayalah sama Alya, si mantan anak GTM, bahwa GTM pasti berlalu.

Cheers.

You May Also Like

7 komentar

  1. Aduuh sama mbak, anakku udah sebulan ini tiap kali jam makan disuapin langsung mingkem cepppp...padahal klo liat emaknya makan ya pengen langsung nyaut. Kudu sabar yaaa ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah iya, emang kudu sabar yang tak terbatas hehe.

      Delete
  2. Anakku ya pernah GTM. Sampe pernah dalam sehari aku masak 5 menu yang berbeda karena anaknya ngga mau makan. Hehhe. Tapi skarang udah gede, udah makan apa aja. Dan udah bisa minta makan karena umur 8 tahun. Hanya saja kalau makan sendiri masih lama. Akhirnya, GTM pun berlalu. Hhehee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi sampe 5 kali ya. Mbak emang telaten sih ya :)

      Delete
  3. Akupun sering ngalamin anak gtm mbak. Ternyata memang SM dgn mba, aku kurang variatif makanan dan rasanya. Mungkin dia bosan dan membuat gtm jadinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, kita yang jadi banyak belajar dari anak kan hehe

      Delete
  4. Ya ampunn kita samaan mbaak 😂 anakku sekarang 16 bulan dan masih sering banget GTM.. hiks.. stress... semoga cepet berlalu juga dehh...

    ReplyDelete