BERBURU KAMERA LAWAS - REVIEW CANONET QL17 G-III

by - May 16, 2017

Barangkali ada yang suka atau koleksi barang lawas? 
Atau ada yang suka nonton The Pickers di History Channel?

Yak, kita sehati. Lebih tepatnya, sehati sama suami. Muehehe. Doski suka banget uplek di para penjual barang bekas alias loakan. Kalo aku biarin bisa seharian dan ngga kenal waktu deh. Aku bahkan sering banget nangkring di motor sambil cemberut gara-gara saking lamanyaaa doski ngorbit keliling pasar klithikan. Mending aku nunggu di salon deh, lalu pulang pulang udah dibawain kamera. Hahaha.

Ada 3 kota yang suami hafaaal banget soal barang klithikan ini: Semarang, Magelang dan Yogyakarta. Doski tahu banget gimana perputaran barang bekas itu hingga menjadi sesuatu yang mahal. Segitunya kan? Iya!

Dan kalo udah niat ke loakan, suami pasti 'dandan' macam anak jalanan. Heh, beneran lho, dia pake baju yang harusnya udah jadi gombal. Trus pake sandal jepit dan topi buluk, yaampon mas, yang lain pencitraan, situ kok penyamaran. T.T

Tapi,
berkat actingnya yang total, maka jangan heran jika nanti aku review satu-satu koleksiku yang kami dapat dengan harga yang, uhuk, murah. Alalala, akupun senyum sumringah.
Emang sih, awalnya barang apa aja dibelinya, mulai dari tas, pernak pernik vintage, sampai kamera. Nah, kamera analog inilah yang kemudian candu bagi dirinya. Otak-atik lalu praktekin. Yang jelas, kamera-kamera lawas tersebut merupakan pahlawan untuk memperdalam skill fotografinya. Huha!


Iyalah, kami belajar memaknai sebuah hasil fotografi dari segala prosesnya. Teknologi emang berkembang, ngga mau ribet beli aja kamera digital, mau keren dikit ya SLR, tinggal jepret, preview, jelek, apus, foto lagi, preview, save.

Jadi kalo pake analog mah, kita betul-betul eman banget dan menghargai setiap moment yang akan kita jepret.
Gegayaan, materi fotografi dasar aja payah, mau ngetik ala-ala profesional. 
Hahaha, maafkan yak!

Kali ini, aku mau bahas tentang Canonet QL17 G-III. QL berarti Quick Loading yang artinya gampang banget bongkar pasang filmnya.

Kenapa aku review seri QL17 G-III? 
Ya karena emang punyanya yang ini sih, huhuhu, gimana sih? Tanya sendiri jawab sendiri.
Kalo ada yang nanya bedanya apa sama Canonet QL 19 dan QL 25, kamu bisa cari tahu di sini. Etapi siapa tahu juga, ijig-ijig aku nemu kamera canonet dengan seri lain, pasti aku bahas lagi tenang aja. 


Kamera ini diproduksi tahun 1960 oleh Canon Inc, Jepang. Dengan berat 620 gram, memiliki lensa canon 40 mm dengan rentang ASA dari 25-800. Asiknya, shutter Speed bisa otomatis atau manual. Canonet masuk dalam golongan cult camera dengan harga murah, bahkan kamera ini jadi primadona di eranya. Horeee!

Bahkan denger-denger nih, buat kamu penggemar fotografi analog, saking banyaknya yang mereview bagus dan jelas merekomendasikannya, kamu wajib punya ini kamera! 
Aku boleh sombong ngga? 
Ngga? 
Yawdalah, lanjut.


Kamera canonet ini, punya fokus yang berbeda dengan kamera lainnya. Kalo kamera biasa, untuk mendapatkan fokus, dia dari ngeblur dulu kan?
Nah, kalo kamera ini, semacam mata silinder, jadi ketika kamu berusaha mendapatkan fokus, akan terlihat seperti multiply yang perlahan akan menumpuk jadi satu gambar. 

Duh aku bingung jelasinnya, kumohon mengerti ya.
Kalo ngga ngerti cobalah sendiri.
Hahaha.

Ini beberapa hasil jepret pake Lucky ASA 200. Hasilnya rustic karena kami pake film kadaluarsa.


Aku sih first try walopun agak bingung pakenya, tapi termasuk gampil. Gimana engga, dalam keadaan minim cahaya pun, hasilnya cukup bagus lho!






Kelebihan lainnya adalah, kamera ini punya self timer! Sip!
Aku jadi punya foto berdua sama suamiku. 
Hahaha.


Pernah lho, aku pajang foto canonet di sosial media, masa ada yang nanya ini dijual ngga? Eeeeh. setelah aku browsing harganya rata-rata Rp 600.000. Padahal kamu tahu mas suami belinya berapa?
Sssst... Rp 30.000.
Hahaha.

Tapi kamu ngga boleh banding-bandingin lhoya. Karena barang lawas itu pulung, kamu dapat apa kamu mau, adalah rejeki yang tidak ternilai harganya.
Dan sekali kamu udah mantap beli, belilah langsung, karena dalam hitungan menit, barang itu bisa berpindah tangan tanpa kamu sadari. Nyesek senyesek-nyeseknya. Akupun pernah kok, kapan kapan deh aku cerita lagi tentang barang lawas dan kamera-kameraku. 
Biar kamu inget, kita ngga bisa melawan teknologi, tapi barang lawas selalu punya peminatnya sendiri.

You May Also Like

0 komentar