TAKUT HANTU

by - April 08, 2018

Bergaul dengan siapa saja memang bikin kita tambah wawasan. Banyak teman sama dengan banyak rejeki ya kan? Sayangnya, kalau dalam masa kanak-kanak, filter dari diri sendiri belum ada. Yang artinya para orang tua masih kudu tetap memonitoring mereka. Apalagi masih umur 3 tahun kayak Alya. Karena mereka pasti punya banyak pertanyaan yang butuh jawaban. Termasuk..."ma hantu itu apa?"

Ada-ada saja ya T.T


Aku membekali Alya dari kecil supaya jadi anak yang pemberani. Misalnya pas listrik mati, kelupaan hidupin lampu di kamar belakang. Pada situasi gelap, sebelumnya Alya cukup berani datengin sendirian. Karena ya apa? Aku enggak pernah nakut-nakutin Alya dengan hal-hal semacam hantu itu. 

Kalau pas enggak mau nurut, aku selalu kasih dia alasan yang logis. Anak tahu lho apa yang bisa kita jelaskan tanpa harus mengatasnamakan hal-hal ghaib. Ya masa apa-apa kudu ditakutin sih Bukannya malah bikin anak jadi cemen. Huhu sedih.

Dulu waktu Alya berumur 2 tahunan, Alya seneng sama karakter Helloween. Lihat beberapa video di youtube itu kan ada lagu-lagu anak dengan gambar helloween, nah dia suka tuh. Bahkan kemarenan ini, Alya nggambar labu berbentuk wajah. Kemana-mana lihat labu selalu bilang Helloween.

Mmmm sungguh prestasi ya karena anakku pemberani. *sudah sombong dulu*

Bahkan pernah sewaktu aku siang-siang nonton Pengabdi Setan di IFLIX. Tiba-tiba Alya datengin trus nanya gini:

"Nonton apa ma?"
"Pengabdi Setan"
"Mana setannya?"
"Nanti"
"Kok lama?"


Hahaha asli geli plus merasa senang. Setan bagi Alya itu mungkin kayak sesuatu yang biasa saja. Bukan hal yang menakutkan. Film lainnya semacam Annabelle pun dia pasti juga enggak ngeh kalau itu horror. Aku semakin merasa berprestasi dan bangga. Nih anakku enggak penakut. LOL.

Naaaah, tapi lain ladang lain belalang. Tidak semua yang kita ajarkan selalu sama. Aku boleh bangga sama Alya yang pemberani dan ENGGAK KENAL HANTU, SETAN, atau apalah. Cuma ya... belum tentu semua sama. Ada kan orang tua menakut-nakuti anak kalau tidak nurut. 

Hal ini terbukti begitu Alya membaur dengan anak-anak seumurannya. Rata-rata mereka semua sama: takut hantu. 

So yeah, inilah yang membuat Alya berubah 180 derajat. Buyaaar sudah apa yang aku ajarkan. T.T

Iya! Aku mau bahas Alya udah mulai terkontaminasi hantu-hantuan. Mau nyalahin siapa coba? Enggak di sekolah enggak di komplek kenapa takutnya sama hantu. Lagian juga kenapa musti ditakut-takutin? Awal mulanya dari siapa dan gara-gara apa? Anak kecil kok sudah kenal klenik. Wah malesin.

Awal ceritanya begini. Malam-malam Alya main sama temen-temen sekomplek. Kalau sudah weekend, biasanya orang tua membebaskan para anak bermain sampai malam. Gakpapa kan besok libur, bebas lahya! Ada yang main sepeda, ada yang lari-larian. Pokoknya mereka tampak fun and happy. Benakku cuma satu sih, Alya capek sekalian, abis itu tidurnya nyenyak semalaman. Biar, yang penting enjoy.

Enggak beberapa lama kemudian, mereka berhamburan dari blok belakang, berlari sambil teriak "Hantuuuu ada hantuuuu"

Mereka langsung menuju ke tengah taman yang penerangannya berkecukupan. Aku sontak keluar buat memastikan ini anak-anak pada ngapain sih teriak-teriak. Sudah bergegas buat datengin Alya, ternyata mereka cuma mainan. Sambil ketawa lagi. Sungguh kutertipu. Dasar bocah.

Aku pikir Alya its okey wae dan lupa tadi main apa. Eeeh enggak donk. Abis kejadian itu, bukannya dilupain begitu saja. Namanya anak-anak, pasti terngiang dan selalu ingin tahu. Alya lantas nanya begitu sampai rumah "Ma, hantu itu apa?" 

Genggong! Masih ingat saja kamu nak. T.T (2)

via GIPHY

Aku cengar-cengir sendiri dan berpikir cepat. Jelasin kalau hantu itu hanya halusinasi manusia saja. Bisa jadi pas capek, sakit atau mungkin ngantuk. Jadi pikiran orang macam-macam. Alya kayak masih mikir gitu dan bertanya terus karena mungkin tadi banyak nama yang disebutkan teman-temannya. Kayaknya waktu itu berakhir karena aku alihkan perhatian ke cerita lainnya.

Well, anggaplah semua itu berlalu. Tapi ternyata belum berakhir sodara sodara! Karena cerita dimulai lagi tepatnya di sekolah. Ada salah satu teman Alya yang cerita kalau mainannya diambil sama Tuyul. Anak PAUD tahu tuyul dari mana lagi? Ampun dah.

Tapi Alya ngakak sih pas cerita gini.
"Maa, mas Farell mainannya diambil tuyul hahahaha lucu ya?"
Trus aku balik nanya, "Emang tuyul itu apa?"
Jawabnya gini "Itu lho ma, yang kayak upin ipin"

Di sini Alya sudah mulai bisa mepresentasikan beragam hantu. Mungkin karena cerita dari teman-temannya. Parah lah, sudah mulai bisa mendeskripsikan hantu. Ya kalau cuma pengetahuan sih gakpapa, lha ini sampai anaknya jadi parno sendiri, gimana?

Makin hari makin saja ada cerita hantu. Aku sampai bingung menjelaskan dan mengubah pola pikirnya lagi.

Efek yang ditimbulkan dari perhantuan itu adalah anak menjadi lebih penakut dan tidak percaya diri.  Alya pernah takut masuk ke rumah kalau lampu belum menyala. Dia beberapa kali minta temenin kalau tidur. Padahal sebelumnya lebih sering tidur siang sendiri. Ini bakal berpengaruh ke depannya lho. Aku kan mau ngajarin Alya tidur sendiri, eeeh malah dianya sudah takut duluan. T.T (3)

Bukan cuma itu saja, Alya sering minta ditemenin pas tidur. Sering mengingau ketakutan. Cerita seram. Dan gampang ketakutan! OMAGA.

Kalian bisa bilang "Lha malah enak kalau anak ditakutin trus jadi nurut"

BHAIQ. Ngana pikir enggak ada cara lain apa supaya jadi penurut? Apa sih faedah anak jadi penakut? Nanti bisa cemen sampai gedhe kan berabe. Enggak mudah ya membentuk karakter anak menjadi pemberani?

Ketakutan anak itu bukan sesuatu untuk dibanggakan. Ketakutan mereka tercipta karena orang-orang di sekitarnya. Dramatisir lebih merugikan diri mereka sendiri.

Beberapa cara aku lakukan sampai saat ini pun aku masih dalam tahap membuat Alya berani lagi.

Yang pertama, aku lebih sering mengenalkan Tuhan. Karena Tuhan lah yang menciptakan semua beragam. Kalau butuh apa-apa, selain berusaha ya berdoa.

Yang kedua, aku memberi cerita-cerita yang relevan sesuai kehidupan sehari-hari. Kalau toh Alya ngeyel dikasih tahu, aku kasih punishmentnya ya bukan dengan cerita menakutkan. Beri tahu anak  tentang hal-hal yang mudah dicerna dengan akal sehat. Jangan pernah bohong sama mereka. Aku percaya anak mudeng kok.

Yang ketiga, aku selalu menghindari pembicaraan soal hantu. Kalau toh Alya bahas terus-terusan, aku berusaha mengalihkan pembicaraan. Buat Alya sibuk dengan permainan yang lebih banyak mengasah otak dan kemampuannya berpikir cerdas. Bukan lemah sama yang tidak masuk akal.

Ketimbang sebelumnya, ini sudah jauh lebih mending. Alhamdulillah. Ya walaupun butuh waktu yang enggak singkat, tapi gakpapa kan, daripada terlambat. Nanti keburu gedhe malah lebih susah dibentuk karakternya.

Ohiya, aku baru ingat, Alya pernah dikatakan indigo sama beberapa teman dan saudara. Enggak tahu dinilai dari mana. Wes mbuh aku enggak percaya. Aku cuma ingin kehidupannya normal dan jauh dari hal-hal yang melampaui logika. Karena kekuatan pikiran itu lebih baik diprioritaskan untuk sesuatu yang positif.

Kadang lucu juga kalau apa-apa selalu dikaitkan dengan hal yang kasat mata. Bisa syirik kan jatuhnya. Namun jangan salah, aku percaya kok, yang ghaib itu ada. Semua makhluk terhubung tapi tidak saling mengganggu. Tuhan menciptakan berbagai makhluk untuk hidup di alamnya.

Kalau kita kebanyakan ngomong hantu, mungkin kita lupa, bahwa sesuatu itu ada kalau kita percaya. Kalau sama-sama percaya, apa enggak lebih penting percaya sama Tuhan semata?

Intinya, enggak usah lebay dan memberi anak rasa takut. Beri dia keleluasaan berpikir. Niscahya mereka akan menjadi anak yang tangguh dan kuat dalam kehidupannya ke depan.

You May Also Like

6 komentar

  1. Jadi inget dulu kecil sering denger saudara ngomong begini: "Hiiiii ada momok hiiii"

    ReplyDelete
  2. Mungkin karena lingkungan yang bikin kita jadi takut sama makhluk itu. Dulu saya waktu kecil ditakut-takutin jangan main sampai sore nanti diculik gendoruwo. Atau jangan lewat di bawah pohon bambu, di atasnya ada kuntilanak. Sampai sekarang saya ogah nonton horor.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mbak, gara-gara pengaruh lingkungan, kita bisa jadi penakut. Padahal awalnya ya biasa saja.

      Delete
  3. Ya, betul sekali, mengalihkan pembicaraan ke hal lain akan membuat anak tidak fokus pikirannya pada soal tertentu, hantu misalnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe mumpung masih anak-anak, jadi lebih mudah ngasih tahu sesuatau.

      Delete