PAGI DI TANJUNG PENGHUJAN

by - June 20, 2018

Sebagai anak gunung *eh gimana*, maksudnya Magelang kan termasuk dataran tinggi, nah, berwisata ke pantai adalah salah satu destinasi mewah bagiku. Benar, Yogyakarta banyak pantai dan bisa ditempuh sekitar 2 jam perjalanan dari Magelang. Tapi, pengen donk sesekali lihat pantai dari kawasan lain. Masa' seumur hidup tahunya cuma jalur selatan dan pantura? Gregets nya mana?

Sebuah doa yang lama aku panjatkan itu akhirnya terkabul pelan-pelan. Aku mulai mengenal pantai bukan cuma di pulau jawa saja. Namun merambah ke Bali dan Kalimantan. Baru sedikit sih memang, tapi kusudah bahagia. Alalala.


Kalau bukan karena Suami, mungkin aku enggak akan pernah sampai sini. Makanya, buat kalian yang berniat cari pasangan, enggak ada salahnya cari yang jauh dari tempat asal kalian. Niscahya kalian bakalan dapat banyak pengalaman dan cerita. Curhat tipis-tipis boleh lah ya. Hahaha.

Dari sejak pertama kali aku melihat pulau Kalimantan dari udara, Suami udah banyak kasih spoiler tentang wisata yang ada di sini. Namanya juga daerah pesisir, jadi kebanyakan potensi wisatanya adalah pantai. 

Pantai di Pangkalan Bun terhubung langsung dengan Laut Jawa. Sayang seribu sayang, semua Pantai pelan-pelan mengalami abrasi sehingga sekarang air laut makin mendekat ke daerah pemukiman. Pemerintah setempat sudah membuat barrier, tapi rupanya belum bisa mengatasi cepatnya abrasi yang terjadi. Konon, 17 tahun yang lalu, bibir pantainya masih 10-15 meter menjorok ke laut. Wah enggak kebayang ya, dulu kerennya kayak apa.


Ada dua pilihan untuk menikmati pantai. Satu kalian harus bangun pagi, atau dua kalian ambil waktu di sore hari. Karena kedua waktu tadi, biasanya gosong timbul dan kita bisa naek perahu kesana. Nah, niat awal kami memang cari sunrise, tapi ternyata bangunnya kurang pagi. Udah pagi sih, tapi kurang subuh buta gitu loh. *halah alesan*

Kami start dari rumah sekitar pukul 05.30. Jalanan aspal yang dilalui udah cukup bagus kok, mana pagi pula, jadi perjalanan pun terasa cepat dan menyenangkan. Alya sendiri masih ngantuk, sepanjang perjalanan cuma diem seakan nge-charge tenaga biar bisa maen di pantai sepuasnya. Trus dia bilang enggak mau renang, dia cuma mau mandiin boneka baby-nya. Iyain ajalah ya, daripada lama ya kan. LOL.

Menempuh 40 menit perjalanan, awalnya kami mau menuju ke Pantai Kubu. Namun karena pengen ke pantai yang bisa buat ceburan, kami lalu lanjutin perjalan ke Tanjung Penghujan. Kalau dari Kubu, jaraknya sekitar 15 km, ditempuh dengan 30 menit perjalanan. Jalanannya agak naik turun, dengan suguhan pemukiman penduduk yang mostly berupa rumah panggung dan terbuat dari kayu. Menyenangkan!


Tanjung Penghujan berada di Desa Bogam, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kobar. Buat kalian yang enggak punya saudara di sini, kalian bisa juga cari tour karena enggak ada angkutan umum buat kesana. Intinya, berlibur ke Kalimantan lebih enak kalau punya kenalan. Hahaha.

Sampai di Tanjung Penghujan, kami sengaja nyari spot yang teduh biar mobil bisa parkir langsung tepat di pinggir pantai. Seingatku, dua tahun lalu waktu masuk ke sini, kita bisa turun langsung di parkiran dan nemu tempat yang asyik buat berenang. Tapi kemarin ini, tempat yang dimaksud tersebut, airnya sudah naik. Otomatis kalau mau ceburan ya susah.

Kami beranjak nyari spot lain dan mobil pun harus melewati jembatan kayu. Wah lihatnya ngeri-ngeri sedep donk. Takutnya rompal atau gimanaa gitu. Dengan segala rasa dag dig dug diiringi do'a, Alhamdulillah bisaaa! Trus diikuti beberapa mobil lain di belakang kami. Yang... yaaah biasanya aja ya ternyata hahaha.


Tak jauh berbeda dari kawasan pantai selatan. Di Bogam Raya ini, sampah pantainya sangat memprihatinkan. Padahal kalau mau dibersihkan dan dikelola lebih baik lagi, pastinya akan lebih bagus dan keren. 


Oke, tadi aku udah cerita kan ya kalau Alya sesumbar enggak mau renang? Maunya mandiin baby aja? Nah, tahu enggak, gimana ekspresinya waktu lihat pantai langsung di depan mata?

Woyajelas dia malah enggak sabar buat lari ke air. Waktu aku gantiin bajupun, maunya pake daleman aja gitu. Padahal niatnya biar kulit enggak gosong-gosong amat kan, aku agak paksa pakein legging sama kaos. Yang kaos dia enggak mau, kekeuh pake daleman. Yasudah, dia langsung berlarian ke pantai dengan amat senang!

Yang katanya enggak mau berenang, JELAS LUPA!

Dia sangat menikmati suasana pantainya. Berbeda dengan Kubu, Tanjung Penghujan masih punya pasir putih dan bisa buat mandi-mandi kecil. Ombaknya enggak yang besar banget walaupun air sudah pasang.


Selain itu, di sini kalian juga bakal ketemu dengan nelayan langsung. Artinya, kalian bisa beli hasil laut semacam kepiting, udang, dan aneka ikan. Udangnya besaaar besaaar... Tapi pas kami kesana, kepitingnya cuma ada rajungan. Banyak kepiting besar yang sudah diborong rumah makan dan jumlahnya enggak terlalu banyak.


Oiya, di pinggir pantai sini, banyak ditemukan binatang laut yang terdampar. Nih ada kerang besar, ada ekornya pula. Cuma aku sarankan, kalau misal nemu binatang laut yang masih hidup, ada baiknya kita kembalikan ke laut. Biar habitatnya enggak punah dan ekosistemnya terjaga.


Ada juga kepiting kecil yang berjalan di pinggir pantai. Biasanya mereka bikin gorongan buat rumahnya. Jadi hati-hati jika mau bermain di pinggir pantai ya.


Kayak kami yang sedang asik main dan duduk santai di pinggir pantai. Tiba-tiba Alya langsung bilang "Pa, apa itu pa?" sambil nunjuk sosok ubur-ubur atau Jelly Fish di depannya. Bentuknya lucu sih, kenyal-kenyal transparan gitu, tapi ya namanya binatang laut, kami cukup was-was. Takut menganggunya, toh siapa tahu masih hidup.

Antara ngakak dan takut kami langsung kabuuur. Alya juga ikutan lari sambil ketawa-ketawa. Makin lucu deh polahnya. Dia malah senang dipikirnya ada mainan. -__-"

Btw, Jelly Fish ini ternyata sudah mati. Mungkin karena laut yang tercemar atau mungkin juga karena susah dapat makanan. Sekali lagi, meskipun lucu, mending jangan menyentuh ubur-ubur ini ya, takutnya bisa bikin ruam di kulit. 


Waktu kami sibuk mainan di pantai, tiba-tiba Mertua panggil kami karena kepiting rajungan sudah matang. Kepitingnya beli di nelayan Rp 150.000 satu setengah kilo, lalu dimasak di warung pinggir pantai. Itu loh, warung yang jualan es kelapa muda, minuman sachet dan pop mie. Nah disitu kita juga bisa numpang mandi sekalian.

Wah aku baru pertama kali makan seafood langsung kayak gini. Masaknya cuma direbus biasa, enggak ditambahin bumbu macam-macam, karena rasanya sudah asin. Asinnya bener-bener alami. Yang punya kolesterol, harap hati-hati ya. Jangan kebanyakan, aku aja yang habiskan hahaha.

Trus yang perlu diingat, jika kalian punya alergi sama seafood macam gini, makan kepitingnya jangan heboh. Nanti lidahnya kelu, habis asinnya juga berasa banget.


Daging dari kepiting rajungan ini memang enggak banyak, tapi the art of makan kepiting sampai belepotan dan nyesepin tulang-tulangnya itu yang bikin laziiis ya kan. Berasa anak pantainya. Habis itu liyer-liyer sambil gegoleran tidur aduhaai nikmatnya. Hahaha.

Kalau kalian punya uang lebih, boleh deh mampir di rumah makan dekat pantai. Yang banyak ada di Pantai Kubu. Tapi kalau di Tanjung Penghujan, cuma ada satu dua. Trust me, seafood di sini besar-besaaaar... ampun dah! Pengen bawa ke Magelang tapi repot eiym.

Sekarang mumpung di Pangkalan Bun aku mau puas-puasin makan seafood sama wisata sungai dan pantai. Gosong biaar, tandanya aku sukses liburan! Yes yuk.

You May Also Like

2 komentar