KALAU KERJA, ANAK GIMANA?

by - July 10, 2018

Ya enggak gimana-gimana sih sebenarnya hahaha.

Oke oke, aku akan bikin blogpost yang read-able dan cucok buat dijadiin wawasan. Biar kalian bisa dapat sudut pandang yang berbeda, dari aku mantan ibu rumah tangga, 24 jam sehari stay tune di rumah mulu. Sekitar 2 tahun, i was here, i was doing nothing but okay alright.

Because i already have other plans. And it can happen now!


Salah satu pertanyaan yang sering mampir saat aku bekerja keluar kota adalah "Alya gimana? Rewel enggak?" Mau jawab rewel, tapi kadang malah dia bahagia. Mau jawab dia aman, tapi kok sering nanyain kapan pulang mulu?

Jadi, demi menjawab pertanyaan dengan jelas, dalam postingan kali ini aku bakal ngasih tahu kalian yang pengen tahu banget soal Alya ketika ditinggal kerja. Ada dua tipe kerjaan, satu kerjanya bisa disambi di rumah, dan dua, kerjaan yang harus meninggalkan rumah. Nah, buat bisa kerja keluar rumah itulah yang butuh usaha ekstra. Usahanya siapa, ya usaha bersama, baik itu diri sendiri, suami dan Alya tentunya.

Boleh dibilang, aku memang sudah lama mengidam-idamkan agar bisa kembali bekerja. Capek juga loh di rumah, siapa bilang enggak, sini panco dulu hahaha. Kalau mau bilang aku enggak bakat jadi ibu rumah tangga, monggo, aku bisa legowo. Aku pernah menikmati masa-masa itu kok, ya walaupun aku banyak stress-nya kalau di rumah. Jujur boleh donk?

Aku memang sudah merencanakan suatu saat akan kembali bekerja. Suatu saat akan kerja keluar rumah. Keluar kota. Bukan hanya karena butuh, tapi karena aku juga senang. Ketemu banyak orang, brainstorming, negosiasi, sampai menikmati sebuah karya itu adalah puncak kepercayadirianku. Aku pengennya ya Suami, ya Alya, ya keluarga, semua bangga akan hasil kerjaku. Makanya, aku tetap harus bekerja. Suatu saat nanti aku percaya, kalau film selesai, Alya akan melihatnya sampai credit title bener-bener fade out. LOL

Menilik kerjaku sebelumnya yang cukup menyita waktu, di mana jam 5 pulang itu sudah ruarrr biasa, kerjaanku saat ini tergolong win win solution. Freelancer bikin aku bisa kerja dari manapun, cuma masih tetep harus ketemuan kalau lagi breakdown naskah, ketemu klien, recce, casting, dan lain sebagainya. Dari yang tadinya scriptwriter, aku juga kadang dipercaya pegang Creative Producer, sebuah pekerjaan yang mengharuskanku dari pra sampai paska mikirin proses dan hasil secara keseluruhan. Disuruh bersyukur? Sudah setiap hari.

Untuk ikut shooting sendiri, Alhamdulillah kru-nya sangat kooperatif. Boleh ikut, boleh juga enggak. Asal aku ready kalau misal di lapangan mereka menemukan kendala, aku bantu memikirkan solusinya juga. Kadang mereka malah nyuruh aku ikutan shooting loh, katanya biar aku enggak stress di rumah terus. Kan kalau ketemu dunia luar bisa buat selingan. Terus habis ikut shooting ternyata malah stressnya double hahaha.

Ngomong-ngomong soal kru yang baiknya kebangetan tersebut, banyak juga yang mikir kalau aku juga bisa kerja sambil momong Alya. Mungkin maksudnya, daripada aku ninggal Alya kelamaan, apa enggak lebih baik diajak. Toh misal mau istirahat atau makan, aku bisa ninggal shooting bentar, Toh aku enggak tiap saat harus ada di lapangan. Kerjaanku kan fleksibel, dan enggak pressure-pressure amat.

Ya baiklah, itu bisa. BISA AMBYAR MAKSUDNYA!

Kalau cuma sebatas meeting, bisa lah aku ajak. Tapi kalau shooting, walaupun aku ajak sekalian keluar kota, Alya tetap mending di penginapan atau main sendiri sama Bapaknya. Aku enggak bisa konsen kalau Alya ikutan aku kerja terus. Nah, kalau shooting-nya lama, ya mending Alya tetap di rumah saja, enggak perlu ikut keluar kota.

Ada banyak moment di mana aku harus tega menitipkan Alya di rumah Mama. Ada banyak pertemuan yang kudu kuat ninggal Alya lama. Lagian aku enggak tiap hari loh ninggal rumah. Aku masih banyak di rumahnya. Kerja keluar kota itu palingan seminggu beberapa kali doang, enggak lebih.

OK, sekarang kita petain lagi ya. Dua orang yang sangat sangat berjasa ketika aku kerja ninggal Alya. Aku enggak pakai nanny, enggak juga nitipin di daycare. Karena ada Mama dan Suami.

Kenapa Mama dan Suami?

Alhamdulillah yaaa Mama sudah pensiun. Dan jarak rumah Mama dengan rumah kami hanya sekitar 500 meter saja. Jadi kalau Alya bosan main di komplek, bisa ke tempat Mama. Lagian di rumah Mama ada adekku juga. Sementara itu, Suami aku kerjanya di rumah. Kami gantian kalau mau keluar kota. Enggak sambat soal Alya? Enggak donk, justru katanya kalau momong lebih gampang ketimbang ngurusi cucian. Hahaha. Nitipin Alya ke mereka berdua bikin nyaman deh pokoknya.

Semua hal tersebut sudah aku pertimbangkan masak-masak sebelum aku meng-iya-kan tawaran project. Jadwalnya gimana nih, jadwal suami padet juga enggak, Mama lagi selow enggak, kulkas sudah penuh makanan belum, terus sekolah Alya siapa yang antar jemput. Agak ribet memang, tapi kalau semua sudah siap, aku bisa kerja dengan hati tenang.

Gimana awalnya mempersiapkan semuanya?

Awalnya, aku mulai dengan sounding ke Alya sudah jauuuuh hari. Bahkan sebelum ada tawaran kerjaan lagi. Itu aku lakukan sejak menyusui loh. Aku sudah bilang ke Alya "Al..Pokoknya nanti kalau Mama kerja, mama itu bukan buat ninggalin Alya. Tapi biar kita bisa bertahan dan berubah lebih baik lagi" 

Panjang ya sounding-nya, hahaha. Mbuh Alya tahu atau enggak, yang jelas step pertama sudah aku lakukan supaya meminimalisir Alya enggak terima. Alya kudu terima kalau Mamanya kerja. Selain biar Mamanya kembali percaya diri, juga penting bagi kesehatan bersama. Ya tho?

Jadi memang walaupun dulu dia mbok-mbok-an, nenen terus, habis disapih ya mandiri gitu saja. Misal mau ditinggal, asal kita ngomongnya baik-baik, dia akan paham kok. Aku kerja ya kerja, cari uang, demi masa depan. Bukan terus ngomong pakai bohong terus nglimpe anak biar enggak lihat waktu aku berangkat. Enggak! Aku tetap pamit dan kasih tahu pulangnya kapan.

Kedua, aku memang sudah sepakat sama Suami. Misal aku balik kerja dan hectic lagi, ya itu kudu dilakoni bareng-bareng. Saling berbagi saling mengisi. Di sini mungkin bisa jadi kecemburuan sosial ya, karena Suamiku tipe orang yang sangat komunikatif dan baik banget ngasih kepercayaan ke istrinya ini. Oh sungguh love. 

Misal ada project yang bikin dia enggak berkenan, dia juga berhak ngasih larangan kok. Mostly enggak ngelarang sih, tapi semua dia utarakan gimana kalau aku terima dan gimana kalau enggak. Karena dia juga yang bakal momong Alya plus tetap kerja desain selama aku tinggal. Paling dia hanya kesusahan soal jadwal kerjanya kalau lagi padet.

Ketiga, Alya harus tetap ada kegiatan. Ini enggak boleh enggak. Aktivitasnya jangan sampai bikin boring. Dari pagi misalnya dia harus sekolah, terus ke tempat eyang sekalian tidur siang. Nanti sore dia bangun lalu mandi, lalu ngaji. Malam dia main di komplek atau diajak pergi jalan-jalan. Pokoknya dari bangun sampai tertidur dia jangan sampai lapar dan istirahatnya kecukupan. Biar semua lancar, aku juga enggak terlalu kepikiran. Mood Alya terjaga, Insyaallah lancar jaya.

Karena aku kalau kerja itu pasti keluar kota, jadi pulang minimal malam. Alya biasanya sudah makan, sudah siap mau ganti baju piyama. Aku ngajakin main bentar, terus sambil aku kelonin, aku ajak cerita dia habis ngapain saja, aku kerja gimana, tadi nangis enggak. Standar ibu-ibu yang kangen anak lah. Hehehe.

Baru kalau dia udah tidur, aku ciumin pipinya. Makin bahagia karena dia bisa diajak kerjasama. Semoga seterusnya ya. Karena makin dia besar dia kudu makin mandiri. Gimanapun, ada saatnya kami harus berpisah sejenak, demi mendapatkan rasa kangen agar kami bisa kembali.

Jadi biar aku simpulkan:
- Kalau aku kerja di rumah, palingan aku agak kesusahan manage jadwal. Waktu siang Alya kadang aku titipkan ke Mama, terus kalau banyak deadline, mati-matian deh aku begadangan. Kerjanya nunggu Alya bobok duluan. Hahaha.

- Kalau aku kerja keluar kota, aku lihat dulu, Alya bisa diajak enggak, Suami selow enggak. Kira-kira oke, aku cuss ajak sekeluarga.

- Kalau enggak bisa, ya aku pergi sendirian seperti orang berangkat perang. Minimal granary harus penuh my lord! Stock lauk kudu sudah ada, bumbu komplit, pakaian kering tetap aku yang urus, sampai aktivitas Alya yang padet itu tadi. Semua kudu well prepared.

Apapun. Semua pekerjaan tetap ada konsekuensinya. Sebelum dapat project rundingan dulu sama Suami dan orang-orang terdekat. Karena kerja kan juga butuh kenyamanan, jangan sampai sudah kerja tapi kepikiran anak terus. Jangan sampai ketika nolak kerja dan memilih momong anak, tapi hati enggak plong.

Segitu dulu ya, kira-kira sudah cukup menjawab pertanyaan apa belum ya? Misal ada pertanyaan lagi, bisa lewat DM instagram atau bisa juga kirim email. 

Yang terpenting, mau apapun pilihan kamu, mau kerja mau di rumah, asal kamu ikhlas dan bahagia, insyaallah tujuan hidupmu akan terlaksana.

Yang bahagia ya buibu semua!

You May Also Like

6 komentar

  1. Setuju banget mba, saya pun tipe yang bisa "gila" kalau di rumah saja. Btw mba Yosa scriptwriter film atau sinetron apa? jadi pengen tahu :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe sama berarti ya :)
      Aku biasa nulis naskah program TV, TVC sampai skenario film mbak. Doain biar bisa bikin film layar lebar ya :D

      Delete
  2. Kunci utama: asal bahagia! Setujuuu

    ReplyDelete
  3. Aku mau ikut panco klo ada yang bilang jadi ibu rumah tangga itu=pengangguran...������

    ReplyDelete