MENUMBUHKAN MINAT BACA PADA ANAK

by - July 23, 2018

Pro kontra anak usia dini agar mempunyai minat baca memang kadang bikin bingung ya buibu. Ada yang bilang enggak bagus, nanti takut anak malah bosen dan belum tentu ke depannya jadi orang pintar seperti yang diharapkan. Dan sebaliknya, ada juga metode lain yang memberikan target 1000 buku sebelum anak berusia 5 tahun. Paling enggak, minat baca sudah tumbuh di usia balita.

Oh wow, mana yang benar ini? Mana yang harus dipraktekkin ini? Yuk kita obrolin.


First of all, aku orangnya enggak suka banding-bandingin. Seperti: eeh anak kamu oke, aku jadi minder. Atau anakku da bestlah, kalian kalah. 

Enggak. Sama sekali enggak. Dalam parenting, aku selalu melihat kondisi orang tua dan anak. Tepatnya, aku dan suami adalah tipe orang tua yang... ya mending ambil jalan tengahnya aja lah, jangan lupa lihat kesiapan anak juga. So, aku dan suami sepakat plus sepaket untuk selalu monitoring perkembangannya, melihat bakatnya, kemudian mendorong semangatnya TANPA PAKSAAN APAPUN. Jangan pernah memaksakan kehendak, biar anak juga terlatih mengerjakan sesuatu dengan ikhlas.

Aku membiarkan Alya tumbuh sesuai usianya. Misal dia harus bisa ngapain saja diumur 3 tahun? Kalau ada yang dia belum bisa, itulah yang aku kejar. Pokoknya asal normal dan standar, aku mah sudah lega.

Ngomongin soal membaca, sejak kecil, aku dan suami tipe orang yang hobby baca. Kacamata kami kurang membuktikan apa coba ya hahaha. Kami baca apapun, mulai dari majalah, koran, berita online, sampai koleksi buku.

Waktu hamilpun, setiap malam, kami enggak pernah absen bacain buku cerita ke janin. Untuk apa, ya biar bisa interaksi saja, biar janin di dalam perut mengenali suara orang tuanya. Masalah nanti janin jadi pintar, kami mah yakin semua anak bakalan pintar dengan sendirinya. Hehehe.

Bukunya sendiri macem-macem, pokoknya segala yang aku baca, aku bacain keras-keras. Yang paling aku ingat, buku yang tuntas dibacain suami secara rutin tiap malam adalah Sherlock Holmes "Kutukan Keluarga Baskerville" karya Sir Arthur Conan Doyle yang terjemahan. Duh sampai lengkap nyebutnya hahaha.

Moment baca buku jadi hepi ketika si janin merespon suara kita dengan tendangan. Beugh, it was really amazing. 

Memasuki usia bayi, aku justru lupa buat ngenalin buku ke Alya. Ya enggak lupa banget sih, tepatnya, malas. Lagian anaknya kayak lebih suka main di luar dan di alam gitu. Jangankan buku, mainan saja dia bosen kok. Disodorin mainan biasa cuma dilempar, disodorin mainan edukatif melengos. Oalah, kurang usaha apa coba. Jadi aku yang ngerasa.. ya sudah deh, nanti toh ada saatnya dia bakalan suka buku dengan sendirinya.

Ada juga yang bilang kalau Alya enggak suka buku karena kadung lebih dulu kenal dengan yang namanya gadget. Hmmm oke, mungkin ada benarnya.

Tapi sebagai pembuat film, aku ngerasa bahwa script itu adalah yang utama. Semua kru harus baca! Yang artinya, minat baca itu adalah keharusan sebelum kamu bikin video. Wong bikin video saja harus baca loh, lha kok takut anaknya enggak suka baca cuma gara-gara asik nonton youtube.

Anaknya temanku ada loh yang gadget freak tapi JUGA SUKA BACA. Jadi letak masalahnya adalah PORSI. Bukan masalah lebih kenal gadget duluan. Kan main gadget seharusnya juga dibatasin. Harus tegas nentuin screentime. Harus berani bilang "sudah".

Maksudku di sini, gadget bisa jadi salah satu masalah anak kurang minat baca, tapi bukan satu-satunya. Mengenalkan buku pada anak, bisa loh dilatih terus dikenalkan pelan-pelan. Alya itu bukan gadget freak, nonton TV saja kadang cuma buat rame-rame kok. Jadi lebih gampang kasih dia pengertian.

Ya deh, sebelum semua terlambat, eh kapan sih terlambatnya hahaha, mendingan kita beli buku atau majalah daripada buat beli kuota. Gadget-nya disimpen dulu, sodorin buku kemudian. Oke, seperti biasa, aku enggak akan ngasih tips dan trik supaya anak gemar membaca, aku cuma kasih pengalamanku dan step by step Alya jadi suka baca buku. Cus.

👉 Dasarnya, Alya ini suka banget diceritain. Dari bayi sambil nenen sudah aku ceritain ngalor ngidul. Sejak kecil sudah dibiasain ngobrol sampai tertidur. Cerita tadi ngapain saja. Sampai cerita dongeng yang sering aku karang sendiri. Hahaha. Nah, inilah yang jadi dasar awal untuk mengenalkannya pada alur cerita. Gimana caranya agar dia bisa memahami lalu memvisualkan sendiri apa yang aku ceritain. Aku pastiin Alya mudeng dulu ketika aku ajak ngobrol. Jangan lalu sudah diceritain tapi dianya enggak minat dan pikirannya kemana-mana.

👉  Setelah dia bisa menangkap maksud cerita, dia agak tertarik nih sama buku. Umur setahun, aku mulai buka  koleksi majalah NatGeo lawas, kenalin dia ke berbagai macam hewan, bangunan, sampai berbagai suku. Habis gimana ya, koleksi buku kami yang bisa dicerna ke Alya cuma majalah itu. Yang lain buku-buku kuliah tentang fotografi, videografi, teori sosial dan beberapa majalah fesyen. Ya keles mau dibacain filsafat atau dikasih tahu tren warna kuku. Cucok cin.

👉 Wah sudah suka sama bentuk dan visual nih, semacam aku dapet hatinya! Awalnya, aku beliin Alya buku-buku pengenalan bentuk, warna, angka, dan huruf. Standart banget. Pokoknya asal tebel biar enggak disobek.

👉 Aku mulai mengajaknya ke toko buku di umur dua tahun. Aku milih buku sendiri, suami sendiri, dan kami juga tawarin Alya buat milih sendiri. Yang pertama ditujunya pasti princess. Sudah deh, terserah Alya, yang penting mah ada ceritanya yekan hahaha. Selain buku tentang princess, aku tawarin buku lain yang bergambar karakter hewan yang lucu. Dia pasti enggak nolak. Dan agenda ke toko buku, kini jadi lebih sering.

👉 Umur tiga tahun, ketika Alya sudah mulai bisa memilih buku, buku yang dia ambil selalu buku yang banyak gambarnya. Klasik memang. Karena kalau kebanyakan tulisannya kan dia belum bisa baca juga, hahaha. Nah, fase suka buku ini, Alya sudah paham betul gimana memperlakukan buku dengan baik dan benar. Enggak disobek lagi even itu bukunya tipis. Tolong dicatet bahwa ini  lumayan penting apalagi pas lagi bokek. Buku tebel kan harganya juga berbunyi. ((BERBUNYI))

👉 Cara efektif kalau lagi enggak punya duit tapi kehabisan bahan buat dibacain cerita adalah: dateng ke perpustakaan kota! Yeay. Senang sekali sekarang banyak perpustakaan yang makin bersih, bagus, ramah anak pula. Buku-buku anak pun variatif abis. Dari yang tebel sampai yang majalah mingguan semua ada. Jadi enggak ada alesan kalau lagi bokek, kan ada perpustakaan. Hahaha.

👉 Entah ini ilmu parenting dari mana, tapi aku selalu nyuruh Alya buat mengulang cerita yang aku ceritain. Misalnya nih, aku habis ceritain tentang Rumah Sakit, setelah beberapa kali aku ceritain, aku lalu nyuruh Alya menceritakan ulang sesuai dengan gambar. Ya enggak tahu ngefeknya buat tiap anak sih, cuma itu ngaruh banget ke Alya. Sekarang Alya makin pede bercerita dan pede ngomong di depan kelas.

Oiya, aku selalu membeli buku yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya nih, kami mau naik pesawat, aku beli donk buku yang tentang bandara. Sudah aku bacain jauh hari sebelum hari H. Dia kebetulan excited banget. Nah, tiba giliran naik pesawat, dia anteng gitu, beneran. Enggak rewel sama sekali padahal sempat delayed. Terus sepanjang berangkat sampai tiba di lokasi, ceritaaaa enggak berhenti. Seneng kan.

Terus misalnya lagi, aku kan pengen Alya ini selalu baik sama temannya, aku belikan Alya buku tentang anak nakal yang nanti dapet efeknya gitu. Asli ini pengaruh banget. Alya bisa jaga sikap ke teman-temannya. Cuma nih, efek lainnya, Alya jadi suka negur temannya yang salah. Ya enggak apa-apa sih, tapi kan cara berkomunikasinya yang dia belum paham. Karena negurnya yang masih ektrim dan ala bawel gitu loh. Masih PR besar juga ini.

Setiap aku bacain buku, aku juga selalu ekspresif. Nge-dongeng yang bener-bener macam dubbing di radio LOL. Habis gimana ya, kalau ceritanya lempeng ala narator berita mah, dia bisa bosan. Kadang aku selipin tanya jawab di tengah-tengah cerita. Supaya apa? Ya supaya mastiin dia mudeng enggak. Hahaha. Sayang kalau sudah menggebu bercerita tapi anak enggak fokus. Yekan.

Buku koleksi Alya belum banyak dibanding dengan punya anaknya teman-temanku. Woogh, jauh deh. Mereka senang baca buku, bahkan beberapa orang tua mengaku suka beliin buku anak karena kalap. Tapi monmaap nih, karena urusan kantong, aku mending kasih Alya agenda beli buku bareng saja. Daripada cuma nurutin nafsu emaknya doang kan. Nanti mubazir engga kebaca. *padahal kalau berduit paling juga beli*haha*

Jadi intinya apa?
Begini. Menumbuhkan minat baca itu bisa dilakukan sejak dini tapi enggak usah ngoyo dan dipaksa. Kalau anak lebih suka main di luar, explore sama alam, ya enggak papa. Semua anak punya keunikan. Tenang, nanti kan pas sekolah ada masanya dia juga baca. 😜

Lain kalau anak memang bakat kutu buku, suka sama hal-hal yang berbau ketelitian dan ketenangan. Kita dukung dan sukseskan. Siapa tahu jadi Gubernur yekan haha.

Jangan anggap anak yang enggak suka baca itu mutlak enggak pintar. Orang membaca memang cenderung bisa lebih banyak ilmu. Tapi belum tentu yang enggak suka baca enggak bakal bisa jadi orang sukses. Beneran. Kanye West saja menerbitkan buku tapi mengaku enggak gemar membaca. Nah loh!

Yang penting kita harus jeli dan sabar untuk melihat bakat anak. Ingat, jangan telalu memaksakan kehendak kita sendiri, yang nantinya malah berdampak buruk pada anak. Sekarang saatnya kita tarik nafas panjang, dan lanjutkan perjuangan masa depan. Jalan masih panjang, masih banyak hal lain yang bisa dikejar.

You May Also Like

2 komentar

  1. Thankyou tipsnya, mba. Mukhlas baru 1 th 5 bln, jadi sampai sekarang sebatas saya bacain aja bukunya dengan suara besar ngikutin karakter di buku. Lumayan banget dari awal dia lempar tuh buku sampai sekarang lihat buku dia ambil, bolak-balik terus ngoceh-ngoceh sendiri kayak ngerasa bisa baca aja. wkwkw.Oh ya rekomendasi buku anak-anaknya dong mba di next posting (:

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah Mukhlas hebat! Asik ya, kalau sudah ada interaksinya mbak. Minatnya sudah ada. Iya nanti aku jembreng koleksi buku dan yang jadi favorit Alya. :)

      Delete