CERITA PINDAHAN

by - August 30, 2018

Terhitung mulai kuliah, aku sudah cukup banyak mengalami pindahan kesana kemari. Padahal masih dalam jangkauan satu kota loh, tapi ada saja alasan buat pindah. Entah itu karena enggak betah sama kondisinya, entah itu biar deket sama kerjaan, atau biar bisa jadi satu sama adek. Duh, kalau mau dihitung kasar, durasi ngekostnya paling banter setahun, lainnya ya hitungan bulan doang.

Aku baru merasakan nyaman ngekost setelah bekerja. Wah, masanya sudah bener-bener berubah. Di sini, aku mulai betah ngekost karena fungsi kost cuma buat tempat istirahat semata. Misalpun ada masalah, enggak aku pikir panjang, yang penting dekat sama kerjaan. Beres. Nah, kalau aku pindah kost itu hanya karena aku pindah kerjaan. Kerjaan pindah, otomatis kostku ikut pindah donk biar enggak capek di jalan. Begitu terus sampai aku menikah. Dari Semarang, pindah ke Yogyakarta, dan sekarang di Magelang. Capek juga ya pindahan terus hehehe.

Di blogpost kali ini aku mau cerita soal pindahan yang bikin aku jadi punya pola sendiri dalam mengatur barang-barang di rumah. Iya, biar sewaktu-waktu kalau ada kerjaan dan kesempatan belajar lagi (bantu doanya donk ;p), aku enggak perlu kerepotan memindah barang. Maklum, kami belum punya rumah sendiri, masih ngontrak kok ini.

And yes, postingan ini adalah #KEBCollab Grup Siti Nurbaya dengan Post Trigger dari Mak Wenny, yang berjudul Tips Pindahan Rumah Yang Menyenangkan.

Dokumentasi pribadi waktu pindahan ke Yogyakarta, 2014. Sorry fotonya low quality.
Sama-sama menyandang gelar sebagai pekerja lepas bukan berarti aku dan suami gampang menentukan sebuah kota untuk tinggal. Bisa sih sekejap mata kami tiba-tiba move ke kota lain hanya karena alasan bosan. Tapi kan enggak seiseng itu. Bagaimanapun sekarang sudah punya anak, alias kudu memikirkan lingkungan dan masa depannya. Ini saja aku merasa bersyukur banget dapat lingkungan yang super enak. Sekomplek rata-rata keluarga muda semua, yang anak-anak juga seumuran Alya. Pas lah pokoknya. (Nah kan, baru kerasa juga kalau ada anak. Sekarang mah apa-apa kudu dipikiri matang, kasarannya, aku enggak bisa memutuskan sesuatu seenak jidat sendiri. Hihihi. Ya, memang sudah saatnya ya kan ya.)

Awal aku menikah, aku tinggal di Yogyakarta, karena kerjaan lagi banyak di situ. Kebetulan aku juga langsung hamil, jadi segala macam persiapan sudah kami rencanakan, termasuk kalau sudah melahirkan. Tapi walaupun kami loncat dari satu kota ke kota lain, begitu menikah, kami berdua sepakat KTP dan KK beralamat di Magelang, tepatnya di rumah Papa. Mikirnya, biar nanti kalau ngurus apa-apa gampang. Toh Magelang juga deket sama Yogya kan. Waktu itu belum kepikiran pindah lagi ke Magelang. Cuma jaga-jaga saja. Eeeeeh nyatanya, Alya umur 6 bulan, kami pindah Magelang juga. Sungguh diluar dugaan ya pemirsa.

Dari Yogya mau pindah ke Magelang.
Pastinya banyak temen deket yang lantas bertanya, kenapa sih, kok tiba-tiba aku memutuskan pindah Magelang padahal banyak kerjaan di Yogya dan Semarang? Jawabannya adalah selain biar dekat sama keluarga, aku juga ambil jalan tengah. Iya, boleh dibilang, Magelang ada di tengah kedua kota tersebut. Lagian misal Alya aku tinggal kerja, dia dipegang oleh orang yang aku percaya. Sounds cari aman ya, i know. Justru itulah yang aku cari. Aku enggak was-was karena banyak yang ngebantu di kota kelahiranku ini.

Aku mulai aktif kerja lagi pas Alya umur 2 tahun. Aku dan Suami memanage kerjaan biar bisa gantian. Kalau giliran dia keluar kota, ya aku harus jaga Alya, begitu juga sebaliknya. Aku keluar kota, mau enggak mau Alya sama Papanya. Enaknya freelancer begini, bisa ngatur waktu gantian, bisa milih kerjaan yang diinginkan. Makanya galau abis kalau ditanya nanti pengennya stay dimana?

Pindah Ke Magelang 2015
Oke, daripada kita melebar ranah obrolannya, mari kita kembali lagi ke cerita pindahan. Tadi kan sudah aku tulis di atas ya, kalau sekarang aku punya pola sendiri dalam mengatur barang-barang di rumah. Ya gimana, setiap aku ngontrak rumah, ada saja beli keperluan rumah tangga. Mana sekarang ketambahan mainan anak-anak pula. Ini yang perlu diperhatikan, kalau kebanyakan barang, nanti kami susah ngaturnya. Terakhir pindahan saja kami pakai truk bak pasir loh, enggak kebayang besok kalau mau pindahan lagi ya kan.

Pola mengatur barang yang aku maksud di sini adalah bagaimana cara aku supaya enggak menumpuk barang yang enggak diperlukan dan membeli barang yang memang dibutuhkan. Membeli sesuatu berarti membutuhkan sesuatu, sesimple itu. Yang suka minimalis, mungkin bisa jadi tips biar rumah rapi dan tertata. So, apa saja yang aku lakukan dalam mengatur barang-barang di rumah?

Punya Barang Secukupnya Saja

Maksudnya jelas supaya kita mensortir semua barang yang ada di rumah. Tega-tegaan sih ini, asal melihat ada yang kepakai langsung buang. Ada kok yang masih aku simpen sebagai kenang-kenangan, seperti karcis bioskop pertama nonton sama Suami, tiket konser, sampai cetakan foto-foto yang masih bagus. Kami simpen di satu kotak saja, enggak banyak-banyak. Mau dibuang kok rasanya sayang juga hehe.

via GIPHY

Kami paling sering menyisihkan barang-barang layak pakai buat dihibahkan ke orang lain, kayak baju, sepatu, make up/skincare yang enggak cocok, atau perabot. Awalnya susah, beneran. Ngerasa enggak ikhlas gitu begitu tahu harus buang barang yang enggak perlu, tapi lama kelamaan malah jadi berasa nagih dan seneng rumah jadi bersih dan enggak sesek lagi. Apalagi Alya dan aku kan asma plus alergi sama debu. Enggak perlu pikir panjang kan kalau mau buang barang yang enggak fungsional?

Jangan Menambah Barang Yang Tidak Perlu

Masih relate sama point satu. Aku jadi berpikir logis kalau mau memutuskan beli barang. Beneran penting atau buat sekadar menuruti lapar mata doang. Zaman mudah mah enggak pikir panjang, ada yang lucu dikit comot, ada yang unik dikit diborong. Barang-barang tersebut akhirnya bakal jadi sampah juga loh lama-lama. Sudah enggak terhitung lagi craft hiasan dinding, lilin aromatherapi yang jarang kepakai, dan juga kuteks warna warni. Demi apa coba beli barang karena lapar mata? Kebuang kan jadinya.

Tipsnya jika kalian punya hobi, usahakan bener-bener punya space untuk menaruh barang-barang itu. Misalnya nih, hobi yang masih kami pertahankan adalah koleksi buku dan kamera. Jadi kami punya lemari dan rak buku khusus untuk naruh barang-barangnya. Selebihnya bener-bener nahan keinginan untuk beli lagi sampai menemukan yang pas dan bermanfaat.

Adakan Garage Sale

Saking buanyaknya nimbun barang, selain beberapa aku hibahkan, barang-barang yang kondisinya masih bagus dan kesannya unik, bakalan aku jual lagi. Beberapa kali garage sale mulai dari kursi rotan, baju (baju lagi baju lagi), meja, kasur, lemari, dan televisi. Mayan loh, keuntungannya bisa buat nabung atau buat travelling.

Garage sale ini beberapa kali kami adakan pas pindahan. Bingung mau buang kemana, ya sudah pasang iklan di sosial media langsung COD atau dateng ke kontrakan. Demi pindahan yang lebih praktis dan enggak banyak printilan, garage sale ini solusinya.

via GIPHY

Sedia Kardus Besar

Iyaaa, di rumah selalu ada kardus besar. Besar-besar kayak kardus rokok, kardus kulkas, kardus mesin cuci gitu. Fungsinya bisa buat menyimpan barang dan nanti kalau mau pindah lagi enggak perlu cari dan beli. Dulu sempat kesusahan nyari pas di Jogja, dapetnya karena pesen dulu, baru beberapa hari kemudian dateng deh tuh barang.

Lumayan mahal sih satuannya, dihitung saja deh butuhnya berapa. Makanya, sekarang kami menyimpannya. Kalau enggak dipakai, kardusnya cukup dilipet mendatar lalu diplastikin, supaya enggak dimakan rayap.

Bikin Gudang Kecil-kecilan

Yang jadi persoalan, kalau tipe rumah kecil dan sangat minimalis. Kebetulan di rumah kontrakan yang sekarang ada space buat gudang di belakang. Kami gunakan untuk naruh barang-barang yang beneran enggak diperlukan. Tapi sebelumnya kami pernah kontrak di Yogja dengan ruangan yang super minim, barang-barangnya jadi kami taruh di atap kamar mandi. Deket sama tandon air. Habis gimana ya, pasti ada saja kan barang-barang sisa yang enggak perlu di display di ruangan?

via GIPHY

Sekadar buat tambahan, aku sendiri menganggap pindahan adalah hal yang siap enggak siap harus siap. Apalagi menyangkut kondisi dan kerjaan. Enggak kebayang juga kayak Tentara dan PNS yang siap ditugaskan kemana saja. Tapi lama-lama, sering pindahan bikin aku punya sudut pandang lain. Iya, pindahan punya point plusnya. Apa saja?

Tetangga Bisa Jadi Keluarga

Alias jadi banyak teman juga! Aselik, seneng banget ini. Di Yogya, di Semarang, di Bandung, wah aku punya banyak temen yang tersebar. Asik sih bisa kontak-kontakan sampai sekarang. Misal mau kemana gitu, pasti ada saja yang janji ketemuan. Rasanya mah sudah kayak saudara sendiri.

Jadi Banyak Tahu Kondisi Daerah

Pengaruhnya kalau lagi travelling, nemenin keluarga jalan, sampai jadi guide pas kerja. Kadang engga nyangka juga, aku sedikit hafal jalan-jalan sempit di Yogya, blusukan di Semarang, bahkan nyariin kontrakan buat temen di Ungaran. Mungkin pas tinggal di daerah tersebut ngerasanya biasa saja, tapi pas keluar dari situ baru deh ngerasa istimewa.

Punya Berbagai Pengalaman Yang Tidak Akan Tergantikan

Nyambung sama point sebelumnya, walaupun aku lebih sering tinggal di lingkup Jawa Tengah dan DIY, tapi enggak semua kondisi tersebut sama. Di Semarang panas dan lebih wild, di Yogya lebih santun tapi pekewuh, orang Bandung kebanyakan punya suara lembut dan fashionnya modis. Begitulah. Makanya, hal tersebut bikin aku ngerasa bahwa sikap semua orang enggak sama. Semua punya permasalahannya sendiri-sendiri. Menilik kondisi lingkungan dan sosial juga kan, jadi misal mereka punya masalah, ya aku enggak bisa dengan gampangnya menjustifikasi orang. Aku bakalan jadi orang yang realistis dan fleksibel.

Selain bertemu dengan banyak orang, aku juga banyak menemukan pengalaman yang bikin aku sadar, bahwa jaga diri itu penting. Bagaimana kita bersikap sama orang, itulah yang akan kita tuai. Bagaimana cara kita bersosialisasi, itu yang akan menjadi nilai untuk orang lain. Aku sih lebih seneng bersikap baik dan banyak temen. Ke depannya enak loh, enggak ada dendam, enggak ada gondok, dan kita hidupnya tenang.

Miris soalnya denger orang yang suka pindahan karena banyak masalah. Aku mah sebisa mungkin jaga hubungan baik karena ya aku pengen yang terbaik. Jangan sampai ninggal tempat dengan banyak hutang dan hubungan yang meregang, kalau bisa malah justru ninggal kenangan yang sama-sama membekas untuk tempat yang ditinggalkan.

Beruntung selama ini aku sudah meninggalkan kesan yang baik. Jadi tenang hatinya, hehe. Semoga kedepannya selalu begini sih, dan yang pasti ini lagi merencanakan supaya bisa selekasnya menentukan dimana mau tinggal, Ya setidaknya kan buat naruh barang wkwk, biar enggak boyongan terus-terusan.

Kalau kalian ada sharing apa soal pindahan, boleh cerita juga donk di kolom komentar :)

You May Also Like

4 komentar

  1. Pindahan pas anak2 udah lebih dari setahun aja riweh maaak. Wah Alya 6 bulan pindahan ya hihi.. mamanya setrong ����

    ReplyDelete
    Replies
    1. mau enggak mau soalnya mak ucig. waktu itu super kepepet dan keburu buru hehe :)

      Delete
  2. Aku jarang ngerasain pindahan. Tapi prinsipku soal barang sama mba, ga pengen numpukin barang2 ga berguna, krn takut tikus :(. Makanya kalo ada brg yg ga kepake, aku buangin deh tuh, ato ksh ke tukang sampah. Biar rumah ga sesek :)

    ReplyDelete
  3. Aku kemarin beresin lemari, ada seplastik besar baju-baju yang sebenarnya masih muat tapi udah gak pernah aku pakai. Jadi aku hibahkan ke tetangga. Satu plastik besar itu baru dari lemari 2 shelves terbawah loh, belum bagian atas, belum lemari suami, belum lemari anak. Ya ampun selama ini nambahin baju terus ke lemari, kenapa ya rasanya masih kurang aja? Hahahahha.

    ReplyDelete