MEROKOKLAH DENGAN SOPAN

by - November 14, 2018

"Aku percaya, persahabatan itu ada ketika kita sama-sama merasa nyaman. Dan aku percaya, jika sudah sama-sama nyaman, maka kita sama-sama saling mengerti yang namanya pilihan"


Postingan ini sebenarnya adalah lanjutan (karena jujur saja ya) aku masih ngerasa gondok, dongkol, dan pengen ngomong langsung plus menjelaskan detail. Aku pengen ngasih tahu alasan, kenapa sih, aku harus melarang kalian merokok di dalam rumahku.

This is my home, i have my own rules. I never broke the rules you've made too, right?


OK supaya clear, aku cerita kronologisnya ya.

Kemarin ada tamu ke rumah dan merokok di DALAM rumah. Posisi ruang tamu kami jadi satu sama ruang TV dan dapur kecil, jadi misal merokok, otomatis seluruh penjuru rumah terkena imbas asap rokoknya. Bagi kamu yang terbiasa mungkin enggak masalah, yang jadi masalah adalah karena aku sudah punya Alya. Seperti yang kalian tahu, Alya punya riwayat asma.

Tamuku ini temen saudaraku, diajak ke rumah buat bahas sesuatu karena mau bikin sebuah project kolaborasi. Awalnya oke. Tapi beberapa menit sesudahnya, tanpa permisi dia langsung mengeluarkan rokok lalu minta asbak sama Suamiku. Aku paham betul kok, orang-orang di dunia kreatif memang cenderung seperti ini. Merasa dekat lalu ngobrol sambil ngrokok dan ngopi. Cuma ya sekali lagi, ini di rumahku, kondisinya kalian belum kabarin dulu mau ke sini, tiba-tiba datang dan merokok. Sementara Alya barusan bangun dan sedang nonton TV.

Aku beneran loh, antara kaget dan enggak enak hati, karena misal kami langsung frontal ngomong, "silahkan merokok di luar", pasti bakalan enggak enak-enggak enakan. Aku diam sambil kode Suami biar mereka merokok di luar. Suamiku pun perlahan meggiring tamu tersebut biar merokok di luar. Jadi kecut biar, yang penting kan kesehatan!

FYI saja nih, di hari yang sama, pagi itu kami memeriksakan Alya ke Dokter langganan karena batuk pilek. Kalau Alya batuk pilek, otomatis ngik-ngiknya juga keluar. Ini sudah agak mendingan akibat rajin konsumsi obat alergi plus terapi renang. Kami juga meminimalisir Alya jajan di luar yang enggak aman. Really, aku dan Suami berjuang banget biar asma Alya pelan-pelan hilang. 

Setelah itu siangnya, kami bongkar baju, selimut, dan boneka Alya di kardus buat dibagi-bagiin. Kami juga beres-beres rumah supaya kondisinya lega dan minim debu.

Aku rangkum sedikit deh sebagai gambaran. Alya keturunan asma dari aku. Sewaktu aku masih kecil, juga bolak-balik ke rumah sakit. Bisa sedikit berkurang ketika SD karena aku rutin renang. Selanjutnya sampai hari ini, berdekatan dengan orang yang merokok, sudah enggak ada masalah. Cuma ya selama masih dihindari, tetap aku hindari. Aku juga mengimbangi dengan rutin olahraga, karena asmaku bisa kambuh jika aku stress dan kecapekan.

Hal ini terjadi juga di Alya. Cuma Alya lebih spesifik sensitif pada asap, debu, makanan, dan pasir/kotoran. Mungkin yang sering lihat IGs ku, aku sering posting Alya dinebulizer biar nafasnya enggak sesak dan gogroknya hilang. Ini terjadi hampir tiap bulan dari sejak umur 2 tahunan lepas ASI, sampai kira-kira awal tahun ini. Alya yang tadinya nangis-nangis karena dinebu, sampai berubah jadi biasa saja saking terbiasanya.

Alya juga pernah disuruh Dokter buat opname karena level sesak nafasnya dibilang parah. Tapi kami yakin, Alya bisa kami rawat di rumah dan dinebulizer sendiri setiap hari. Alhamdulillah Alya kuat dan pelan-pelan bisa bermain tanpa banyak larangan.

Serius, tadinya aku hampir enggak mau ngomongin ini dengan detail karena bakal terkesan drama. Tapi nyatanya masih banyak orang yang enggak mengerti dan menganggap seakan masalah ini masalah yang biasa. Sedih loh, gila apa!

Rasanya, aku sudah announced ke semua keluarga, temen, dan semua yang mungkin enggak kenal aku karena aku berkali-kali curhat lewat media sosial atau blog. Menurutku ini sudah termasuk usaha biar suatu saat jika ada temen yang merokok dan aku ajak Alya menjauh, ini bukan berarti aku bete, bukan berarti pula aku enggak suka. Justru akulah yang selama ini berusaha legowo karena aku yakin pilihan merokok itu juga hak setiap orang. Aku juga bilang ke Alya, bahwa ada orang yang merokok, ada orang yang bertato, dan itu enggak-apa-apa. Yang penting mereka baik, enggak menganggu dan enggak jahat. 

Di sini Alya paham, paham sekali.

Yang aku sesalkan, ternyata ada loh sikap orang yang sebaliknya. Menganggap bahwa aku ini terlalu memanjakan anak dan sengaja mengisolasinya. Mungkin dipikirnya, banyak kok anak yang tumbuh di lingkungan perokok dan enggak ada masalah. Aku dikira banyak melarang Alya ina inu jadinya Alya juga ringkih dan enggak kokoh macam anak-anak di desa. Pemikiran yang sungguh menyudutkan tanpa tahu bagaimana proses kami berjuang. 

Oke, emosinya ditahan dulu. Aku balik lagi cerita soal tamuku tadi ya. Suamiku ditawarinya rokok, dan Suamiku menolak. Suamiku dulu memang perokok aktif, mungkin satu bungkus rokok bisa dihabiskan dalam satu hari. Rokoknya pun yang kadar nikotinnya tinggi. Tapi dia sekarang sudah berhenti. Jadi aku bilang kalau Suamiku berhenti merokok salah satunya karena Alya asma. Kalian tahu dia jawab apa? Dia jawab rokok adalah lambang persahabatan.

Well, orang tua mana yang tega denger alasan merokok sebagai lambang persahabatan ketimbang mengalah untuk enggak merokok sebentar? 

Padahal aku enggak merokok pun bisa juga berteman dengan siapa saja, termasuk ya para perokok itu! Lantas persahabatan yang dimaksud yang mana? Suamiku berhenti merokok dengan sendirinya and none can interrup it! Dia telah memutuskan berhenti demi kebaikan, baik itu bagi dirinya sendiri maupun orang disekelilingnya. Termasuk aku sama Alya.

Aku tahu, mungkin ada yang berpikiran bahwa cowok yang suka merokok dan minum sebagai lambang maskulinitas. Dangkal bener ya! Bagaimana dengan cowok yang lebih suka bekerja untuk menyenangkan kedua orang tuanya? Bagaimana dengan cowok yang bisa mbengkel atau benerin rumah sendiri? Bagaimana dengan cowok yang memang enggak suka merokok demi kesehatannya?

Rokok bukan ukuran apapun buat jadi bahan pembenaran. Sudahlah, bilang saja kalau kalian merokok ya karena kalian suka. Gitu kok ribet.

Kalau kamu mewajarkan merokok dimana saja tanpa tahu aturan, aku yakin kok, kamu itu egois. Menjadikan rokok sebagai alasan untuk kamu bisa bergaul dengan siapa saja. Padahal ada loh, perokok tapi tahu aturan dan kalau ada anak kecil atau orang hamil, di dekatnya dia menjauh. Jadi, enggak semua perokok pun berpikiran sama.

Aku sendiri pernah mencoba merokok dan aku memutuskan untuk tidak meneruskannya. Aku merasa enggak enak dengan rokok. Aku enggak perlu minum dan ngerokok biar bisa dapat ide liar buat nulis. Aku enggak perlu ikutan ngrokok biar kita bisa jadi satu tim solid. Aku enggak perlu ngrokok supaya keren dan banyak teman. Aku hanya perlu jadi diriku sendiri yang menyadari bahwa semua punya pilihan. Maka, aku harap kalian juga.

Kalau ada yang enggak setuju, monggo, tapi aku enggak mau berdebat soal itu. Toh, aku juga enggak bisa beli pulau sendiri biar bebas menikmati aturan sendiri. Aku cuma ngingetin, kalau kamu enggak suka ada orang yang enggak suka ada orang merokok, itu berarti kamu juga sama dengan orang yang menganggap bahwa perokok itu sama saja.

Semua orang punya sentimen pribadinya, jadi ya jangan egois, merasa dirinya paling benar. Aku enggak melarang kalian untuk merokok. Di luar rumah, jika Alya ikut meeting atau nongkrong, kami tetap lihat sikon, dia harus ada tempat yang agak jauh dari asap rokok. Misal enggak memungkinkan, ya mending enggak akan aku ajak sekalian. 

Intinya jelas, selama asma Alya masih sering kambuh-kambuhan, aku tetap akan menghindari rokok. Silahkan datang ke rumah kami, tapi merokoklah di luar dengan sopan.

Aku yakin, kalian semua sudah mengerti. Aku enggak melarang apapun yang jadi pilihan hidup kalian. Namun jika berkenan, please yang ngakunya teman, aku minta tolong dengan sangat, jangan merokok di depan Alya untuk saat ini. Masih banyak terapi yang harus dikejar dan aku yakin asma Alya bisa pelan-pelan hilang. Sekali lagi aku minta tolong, Alya butuh waktu yang enggak sebentar. 

Arti persahabatan adalah bagaimana cara kamu mengerti satu sama lain, rokok bukan bentuk persahabatan. Persahabatan ada karena rasa aman dan nyaman.

Salam!

You May Also Like

8 komentar

  1. Mbaaaa.... sini pelukan dulu, hihihi
    I feel you bangeeettt bangeeett ngeettt mbaaa...

    Saya juga benci banget ama orang perokok.
    Sampai berantem mulu ama suami gegara gak mau berhenti merokok.
    Alhamdulillah akhirnya suami berhenti merokok.

    Tapiiii, bapak saya perokok berat, stres banget kalau mau ke rumah ortu karena di sana banyak yang ngerokok dan menganggap saya terlalu berlebihan dengana sap rokok.

    PAdahal, selain saya gak suka asap rokok, pun anak saya sering sakit2an, dan saya gak mau nambah penyakit gegara asap rokok.

    GAra2 ini juga saya males terima tamu kalau yang merokok.
    Sampai2 temen saya yang suaminya merokok, sungkan main ke tempat saya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sini peluuk mbak. Aku sih masih cuek ya sama perokok, tapi gara-gara alya asma aku jadi lebih aware. Sebel kalau ketemu perokok yang egois dan enggak mau ngalah sama anak-anak. Padahal orang disekitarnya kan nerima imbas asap rokoknya huhuhu

      Delete
  2. Alya, lekas membaik yaaa.. Gpp sih mbak, bilang gak boleh merokok dgn alasan kesehatan. Kalo dia baik dan toleran, pasti mau terima alasan itu. Kalo gak, kayaknya perlu dikasi tau deh, betapa buruk efek sampingnya buat org lain.
    Semangaaat ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih yaaa :)

      Iya mbak, aku sekarang tegas sih sama orang yang enggak sopan merokok. Sedih kalau anak sakit.

      Delete
  3. Saya setuju banget sama mbak,, jika orang yang ngerokok sembarang bisa menceminkan kepribadianya, jika meoko semabarangan artinya di egois tidak menghargai orang yang ada di sekitarNya.... lebih lagi adalah ketika bertamu ke rumah orang.... tapi harus di ingatkan ya mabk..

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener mbak, jadi kelihatan sifat aslinya. sekarang aku mulai tegas kok, daripada nyesel belakangan bikin anak sakit :(

      Delete
  4. Memang orang yang merokok (dan ngevape) seenaknya sendiri itu menyebalkan kok. Nggak tahu situasi, nggak nanya sekitar dan nggak ngelihat dulu di sekitarnya kayak gimana. Apalagi langsung memantik api rokok di dekat anak kecil. Big no no for me! Mending aku pergi menjauh atau setelah kelar semua acara bersama anak-anak, 'kan masih ada waktu buat sebat. Aku pernah ribut sama bapak-bapak karena dia merokok di depanku, asapnya diarahkan ke aku, Mbak -_- Kubilang, "Pak, maaf asapnya ini lho langsung ke muka saya." Komennya, "Dasar perempuan, selalu ribet kl ada laki2 merokok." Aku langsung keluarin rokokku dan sebul-sebul balik ke dia. Doi kira aku nggak merokok makanya rese. Duh kesel juga ngingetnya :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya kan mbak, tidak semua perokok berpikiran hal yang sama. Aku punya banyak temen yang kalau ngerokok juga sopan kok. Intinya kita kudu tahu sikon sih, soalnya enggak mungkin juga aku ajak anak ke cafe yang penuh dengan orang vaping dan ngerokok hehe.

      Delete