SI ANAK EKSPRESIF

by - February 12, 2019

Akhir-akhir ini, tingkah Alya makin jadi. Mau dia senang, mau dia jengkel, mau dia kecewa, mau dia marah, semua dia ungkapkan serba ber-le-bih-an! Yes, kabar baiknya, Alya sudah mengenal emosi. Permasalahan setelahnya adalah, dia ini ekspresif luar biasa. Nangis pakai teriak, ketawa senang sampai jejeritan. Itu suara kalau direkam, bar-nya bakalan nge-peak, sekitar 16 db, setara dengan suara mesin kontraktor.

Iya, aku lagi becanda, tapi sikap ekspresif Alya beneran.

Kalau lagi bertiga doang sih, kita sudah punya treatmentnya. Diajak ngobrol pelan, didengarkan, diperhatikan, paling setengah jam-an kelar. Tapi bagaimana kalau sudah di depan orang lain? Bagaimana kami mengatasinya? Mari dengerin cerita tentang Alya, si anak ekspresif.


Sejauh ini, sebetulnya Alya masih dalam tahap aman misal mau ajak-ajak keluar untuk ketemuan sama orang, mengenal hal yang baru, atau diajak kerja sekalian. Asalkan, ada sounding sebelumnya. Buat yang belum tahu apa pentingnya sounding, baca dulu: Sounding Biar Enggak Pening

Anak tipe slow to warm up seperti Alya sangat penting untuk diajak komunikasi dua arah yang intens. Mulai dari hal yang kecil deh, seperti, "Nanti di rumah akan ada tamu, tante A sama om B mereka bakal lama. Mama minta tolong Alya yang baik ya, karena kami akan bahas kerjaan. Tahu kan, kalau papa sama mama itu harus kerja biar dapat uang?"

Biasanya, Alya akan merespon dengan baik. Apalagi kalau tante sama om juga suka sama dia, tentu bakalan lancar jaya. Sesudah ada sounding, ketika om dan tante datang, Alya bener-bener kayak disetel jadi anak baik loh. Nyariiiiis tanpa rewel. Enggak malu disuruh salim, sampai ngobrol, suasananya enak banget. Dia bahkan bisa becandain orang gedhe level srimulat, terus ketawa ngakak kayak orang dewasa. Agak enggak heran juga sih, kalau sebagian mengenal Alya sebagai anak yang ramah dan lucu.

Tapi enggak jarang juga kok, ada yang bilang kalau "Alya itu anak yang ekeeer". Terlebih yang lagi terkena apesnya, pas Alya lagi bad mood, enggak bisa kontrol emosi, plus enggak mau diajak kompromi. Sampai jurus Tapak Buddha dikeluarin teteup wae rewel. Kalau sudah begini, kami jatuhnya kikuk. Pengen kalem eh malah makin jadi, giliran ditegesin dikira kejam. Ya ya ya, serba salah kan jadinya.

Menemukan Alya rewel di luar rumah, biasanya karena kami kelupaan sounding, atau pas ada acara mendadak. Yup, dia tipe anak yang enggak siap-an sama sesuatu yang baru. 

Hal ini enggak cuma berlaku buat situasi, tapi juga persoalan kecil seperti mencoba makanan. Biasanya Alya akan pesimis duluan, "enak enggak nih?" sampai kadang enggak percaya dan dibujuk-bujuk baru akhirnya mau mencoba.

Nah kalau soal situasi, beberapa kali terjadi, kalau kami tiba-tiba ketemu orang di jalan, atau disuruh ngobrol dulu, Alya pasti menunjukkan gelagat enggak suka-nya. Masih mending kalau cuma cemberut, kadang kami pun sampai enggak enak, karena waktu asik ngobrol, Alya rewel minta pulang. Nah ini nih yang sangat memprihatinkan. Sekali kelupaan bilang, Alya marahnya lama.

Kemarin pas kami ngobrol sama temen juga gitu. Ceritanya enggak sengaja ya kan, ketemu di sebuah tempat. Terus ngajakin ngobrol bareng, ngopi sambil ngemil. Ini Alya sudah aku rayu dengan membelikannya mainan yang dia suka. Salah sih sebenernya, cuma gimana ya, waktu itu kepepet dan ketemu sama temenku itu jarang banget. Ngobrolnya saja soal bisnis, sayang deh kalau dilewatkan.

Alya sudah pegang dompet kecil incerannya. Enggak beberapa lama, Alya kelihatan bosan, terus bisik-bisik minta pulang. 15 menit pertama aman, 15 menit setelahnya krusial, 30 menit kemudian segala handphone dikeluarin, segala jajanan dibeliin, segala rayuan maut keluar demi Alya anteng. Alya kekeuh minta pulang dengan alasan ngan-tuk. Masuk akal sih ya.

Kalau diinget-inget, biasanya enggak gini kok. Apalagi jika sebelumnya sudah aku sounding duluan, pasti mau anteng deh, yaqin. Dia bahkan kadang prepare bawa boneka dan mainan biar enggak bosen. Nanti tiba giliran ngantuk, minta peluk lalu tidur blek dengan gampangnya. Naaaah, tapi ini kan keadaannya lain, enggak sengaja ketemu temen, dan Alya-nya yang enggak siap. Ya sudah, obrolan kami cut ditengah-tengah, lalu kami pamitan. Bener deh, enggak enak banget.

Kami lalu ajak Alya pulang. Eh ternyata, sampai rumah, dia malah mainan. Ya gimana aku enggak bingung coba. Aku tanya sama Alya "Alya katanya ngantuk?" Tahu enggak jawabnya apa, "Sekarang sudah enggak ngantuk" Gitu coba, ya amploop.

Kami jadi nyadar juga sih, lain kali kalau ada acara dadakan, harus inget kalau Alya juga perlu diajak kompromi. Walaupun acaranya tiba-tiba, sebisa mungkin tetep harus ada kesepakatan iya atau tidak. Kalau Alya enggak mau, ya tolak saja, bikin janji lain kali. Atau bisa juga kasih pengertian kalau ini urgent dan misal Alya enggak mau, bisa ke tempat eyang dulu.

Intinya, kalau misal Alya oke, itu enggak masalah. Tapi kalau enggak oke, enggak usah dipaksa dan lihat kondisi. Enggak mungkin juga kok kami nurutin kongkow-kongkow enggak jelas dan cuma ngobrolin gosip. Ya kan hehe.

Kenapa Alya terlihat enggak siap menerima kondisi yang mendadak? Soalnya gini deh, Alya kan masih kecil, tugas utamanya ya bermain. Mungkin ketika dia enggak ngapa-ngapain, dia bingung dong. Mau mainan enggak ada temen, bosen dengerin orang ngobrol, main sendiri kok enggak enak, akhirnya malu mengungkapkan, jadinya nangis deh.

Aku berusaha memberi penjelasan ke Alya tentang hal-hal yang bersifat dadakan. Bagaimana cara kita biar enggak kaget, dan bagaimana cara bersikap agar enggak ngrepotin orang. Ini masih PR jangka panjang sih, karena yang dimaksud dadakan di sini adalah moment di mana kita bertemu dengan suasana dan orang yang baru. Belum sampai ke hal-hal yang bersifat dewasa dan lebih jauh lagi. Kayak misal sakit, ada orang meninggal, dan lain sebagainya.

Ya, aku ngerti, momong Alya susah susah gampang. Aku pun kudu jaga emosi biar enggak mudah kepancing. Kalau aku ikutan marah, bakalan runyam. Lain kalau aku tenang, masalah kerasa gampang.

Kami enggak masalah Alya ekspresif, tapi ke depannya semoga bisa mengontrol emosinya supaya enggak meledak di tempat umum. Pelan-pelan deh, bismillah bisa! Nyatanya aku yang ekspresif ini juga bisa kok mengelola emosi dengan baik. Asal tiap hari ada kegiatan positif, terus energinya terlampiaskan sama olahraga. Jadi kalau mau emosi, kayaknya sudah capek duluan hahaha.

PR besarnya ke Alya adalah support kami sebagai orang tua dan bagaimana cara mengarahkan emosinya. Oh iya, kalau ada saran atau mau sharing cerita, silahkan tinggalkan di kolom komentar ya :)

You May Also Like

2 komentar

  1. Alya ku juga sering gitu kok mba. Kadang ramah sama orang asing. Kadang mbingungi ..minta pulang. Yang paling sering itu jd rewel, nggak bisa kooperatif klo di tempat asing, dia bosen krn ga ada sesuatu yang dia suka di sana .. tp giliran dah ada kucing, nemu ayunan...aman😀

    ReplyDelete
  2. Halo, Mbak Yosa. Salam kenal, ya. Anakku yang pertama kalem, tenang, pemalu, sedangkan adiknya ekspresi abis. Saat diajak pergi bertemu teman mereka bisa anteng kalau aku memberikan kompensasi. Setelah itu boleh beli es krim atau yang sejenisnya. Tapi, bawa bekal juga sih seperti kertas dan pensil warna supaya ada kerjaan juga. Main, maksudnya. Kalau nggak begitu, rewel itu pasti. Anak-anak pastinya nggak merasa nyambung ngobrol sama orang dewasa. Mungkin sebagian ya, sebagian lainnya nggak. Sounding itu penting, tapi selain itu bawa bekal juga penting, hihihi ...

    ReplyDelete