AKHIRNYA RODA DUA

by - June 14, 2019

Ramadan kemaren, aku dapet surprised dari Alya. Sepele sih, Alya akhirnya bisa sepeda roda dua juga, dan ya jelas dong, jadi orang tuanya bangga, wow! Yang tadinya, sudah hampir hopeless karena diajarin enggak mau sampai sedikit dipaksa supaya melepas ban kanan kiri, ternyata dia malah bisa sendiri. Jangan heran, anaknya tipe yang makin dipaksa makin males. Jadi, seperti biasa, biarkan dia bisa dengan sendirinya.


Usia Alya saat bisa roda dua ini, 4 tahun 3 bulan. Ada yang bilang "kok cepet sih bisa roda dua", namun faktanya, di komplek, usia rata-rata anak bisa roda dua ya umur segitu itu. Bahkan ada juga yang umur kurang dari 4 tahun sudah ngacir. Hayoloh, kaget enggak sih?

Rata-rata anak komplek sini, dari setahun sudah dikasih roda 3 sambil disuapin. Roda 3 yang ini fungsinya cuma buat pengenalan. Nanti berangsur roda 3 yang modelnya gampang dikayuh (bukan yang ada dorongannya). Baru umur 2 tahunan dikasih roda 4. Step by step, but hampir semua keluarga memberlakukan hal yang sama. Sudah kayak kebiasaan gitu lho.

Alya sedikit terlambat sebenarnya. Aku baru beliin roda 4 ketika berumur 3 tahun lebih. Alasannya, waktu itu di rumah ada 2 sepeda. Roda 3 semua. Satu hadiah ulang tahun dari mama, yang kedua, model vespa. Sayangnya, model vespa ini susah banget dikayuh. Jadi selama umur 2 - 3 tahun, Alya jarang sepedaan, kecuali dipinjemin temen-temennya.

Oh iya, di sini pada jarang yang pakai balance bike. Kebanyakan orang desa seperti kami mah belum pada ngerti, haha. Susah juga akses beli. Mau memulai tapi kok ya terlambat. Mana tahu balance bike pas sudah beli yang roda 4 lagi. Ya wes, tidak ada alesan buat beralih ke balance bike. Lagian, anak-anak komplek beneran yang dengan gampangnya bisa roda 2 sendiri. Kalau toh jatuh mak gedebug, sudah biasa.

Baca juga: Sepeda Buat Alya

Faktor yang mempengaruhi anak-anak di sini bisa roda dua, jelas adalah faktor lingkungan. Satu karena ngelihat anak lain pada bisa terus yang lain termotivasi, dan dua, jalanan di komplek besar, luas, landai, dan nyaman. Aku sempet ((STUDY BANDING)), eh maksudku ngelihat anak-anak di komplek lain, di kompleknya temenku, banyak anak yang juga sudah bisa roda 2 di umur 4 tahun. Kalau di kampung Mama beda lagi. Jalanannya naek turun, beberapa masih belum diaspal, banyak truk berlalu lalang, dan banyak ular. Mungkin beberapa ada yang nganggep bahwa sepeda itu barang mahal. Jadi ya jarang ngelihat anak seumuran Alya sudah bisa sepedaan roda 2.

Bisa sepeda roda 2 memang bukan patokan kepintaran anak. Enggak bisa sepeda roda 2 bukan berarti Ia susah belajar. Tiap anak kan punya jenis kecerdasan yang berbeda. Ada kecerdasan linguistik, kecerdasan logika, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan musikal, kecerdasan spasial, dan kecerdasan kinetik, kecerdasan naturalis.

Tiap anak bisa memiliki kecerdasan di atas lebih dari satu, namun berbeda antara kecerdasan satu dengan yang lain.

Misalnya gini, si A ini punya tingkatan kecerdasan kinetik, dan musikal yang lumayan. Tapi di bagian kecerdasan logika, dia males banget. Suka sih berhitung, suka sih maen puzzle, cuma ya gitu, punya limit waktu. Enggak bisa yang diem anteng selama itu. Sedangkan SI b punya tingkat kecerdasan logika dan kecerdasan intrapersonal yang tinggi, tapi kecerdasan naturalisnya kurang. Suka lihat gambar dan foto sama alam, tapi begitu lihat gunung yang sebenarnya, ogah diajak main ke sana.

Nah, itu bukan berarti bisa keduanya bisa dibandingkan. Enggak apple to apple kalau orang bilang. Intinya, punya kecerdasan apapun, sama levelnya.

Back to sepeda roda 2 yah. Tingkat kecerdasan ini juga bisa dipicu oleh faktor lingkungan tadi. Mungkin sekarang sudah biasa ya, ketimbang zaman kecil kita dulu. Aku saja bisa roda 2 waktu sudah kelas 3 SD kok. Sangat sangat ketinggalan sama Alya hahaha. Makanya, aku semangatin Alya terus dengan bilang "Wah kamu hebat lho nak. Mama sama Papa dulu bisa roda 2 pas SD".

Terus ada pertanyaan dari temen begini, "kamu punya target enggak sih yos, Alya bisa roda 2 umur berapa?"

Jawabannya, jujur saja nih, tentu I-YA. Aku selalu berharap Alya standart pada umumnya dulu. Ngebandingin juga ini ceritanya, tapi ngebandingin yang baik. Misal rata-rata anak sudah pada bisa roda 2 sementara Alya belum, jelas aku ketar-ketir. Aku berupaya biar Alya bisa mengikuti dulu. Urusan nanti dia bisa lebih dulu, itu bonus.

Seenggaknya umur 5 tahun dia harus bisa memulai roda 2. Karena dari yang aku baca, dengan bersepeda, anak bisa melatih konsentrasi, keseimbangan, keberanian, kekuatan tangan dan kaki, juga beradaptasi. Pokoknya bagus buat daya tahan dan kemampuan berkomunikasi. Lagian kalau dirutinin bersepeda, konon badan ketarik-tarik dan bikin lebih tinggi, ya enggak sih hahaha. Apapun deh aku lakukan kalau buat tinggi badan Alya. Maklum, aku pendek soalnya. Kraaay.

Perlu dicatat, aku memberlakukan hal seperti ini karena melihat Alya sebenernya sudah mulai tertarik sama roda 2. Tapi sifatnya kan mudah pesimis sama hal-hal yang baru. Kudu ke-trigger dulu buat bikin dia mau maju. Aku sudah mengusahakan sebisa mungkin dia belajar roda 2. Dari yang melepas roda kanan atau kirinya, dilepas semua biar kayak balance bike, sampai disuruh main sama yang lebih tua. Tapi nihil, kalau anaknya enggak mau ya enggak mau! Mantep enggak tuh.

Biar ada gambarannya aku jabarin langkah-langkahnya saja deh ya. Bukan tips sih, tapi berbekal pengalaman kemaren saja.

Langkah 1
Kami sempat melepas roda Alya langsung begitu sudah 3 bulan pakai roda 4. Harapannya biar langsung bisa cus, toh dia juga sudah kelihatan gampang banget handle sepedanya. Cuma butuh keseimbangan saja. Terus Alya ngambek dong, enggak mau katanya. Berkali-kali ngayuh terjatuh terus. Kami semangatin kalau naik sepeda memang perlu jatuh supaya bisa bangkit lagi. Ealah, malah makin males. Sempet mogok enggak mau sepedaan lagi, karena capek.

Langkah 2
Kami lepas pedal kanan kiri. Ini kami samain kayak balance bike. Siapa tahu dia mau yekan. Terus begitu dicoba dia bingung, gimana cara jalannya. Habis itu dikasih tahu caranya melalui video anak-anak kecil via youtube, tapi tetep nihil. Anaknya enggak mudeng, lebih memilih dikasih pedal, mungkin kagok kali ya.

Langkah 3
Sudah umur 4 tahun. Alya terus ganti lingkup pertemanan. Walaupun masih sama-sama sekomplek, tapi kali ini dia lebih sering main sama yang seumurannya. Kebetulan yang seumurannya sudah bisa roda 2 lebih dulu, dan badannya lebih bongsor. Sepeda si anak ini roda 3, hanya saja, dia sudah bisa lurus kenceng. Kalau dilihat bahkan sudah bisa roda 2. Roda 3 nya hanya buat bisa sandaran sepeda biar bisa berdiri saja.

Nah, abis main sama si anak ini, Alya timbul keinginan pakai roda 2. Aku enggak tahu awal mulanya gimana, yang jelas, di sini, kondisi roda tambahan kanan kiri sudah jelek, geripis kayak gigi, dan sengaja enggak kami ganti. Niatnya biar langsung roda 2.

Eh bener dong. Kalau enggak salah inget, Alya ini belajar ngayuh dengan cepat dulu. Otomatis kan kalau stabil ngayuhnya, dia bakal seimbang. Jadi istilahnya, sudah siap roda 2.

Akhirnya, surprisngly ya kemarin ini, tiba-tiba dia bawa sepedanya temen dan teriak-teriak kalau dia sudah bisa roda 2. Padahal posisinya sepeda temennya roda 3. Suamiku juga kaget dong, sampai teriak-teriak biar aku keluar rumah. Kami seneng banget pokoknya.

Lalu, Suamiku nawarin buat ngelepas roda bantunya. Alya mau! Tanpa cacicu dicopotlah detik itu juga. Temennya juga minta dicopot. Jadi dua anak ini sudah roda 2 semua. Dan ketika ngayuh.... Alya langsung bisa! Kami sesenang itu jadi orang tua, pakai selebrasi pula. Lebay biar, pencapaian soalnya haha.

Dan oh, ada pertanyaan satu lagi dari temenku: "yosa, Alya pakai jatuh-jatuh enggak sih?"

Waktu langsung nyoba itu enggak jatuh lho. Tapiii... habis itu... Sering jatuh. Seringnya karena kondisi Alya ngantuk, capek, dipaksa sepedaan. Atau kalau enggak ya tabrakan. Makanya, dia aku pakein legging terus. Takut kakinya bondes-bondes. Ini saja sudah banyak noda karena luka. Jangan ditambah-tambah lagi, kasihan kan.

Beberapa hari ini, kaki Alya kerasa kenceng banget, dan sering ngeluh capek. Aku rutinin pijetin seminggu sekali. Ya gimana enggak capek sih, orang dari pagi sampai malam sepedaan terus kok. Mana liburan pula. Selamat!

Jadi buat orang tua yang sedang berjuang supaya anaknya bisa roda dua, yang semangat ya! Kalau memang dia suka, pasti ada jalannya. Tapi yang utama, perlu dilihat dulu basic kecerdasannya apa. Jangan sampai MEMAKSA. Kalau anak memang enggak mau, mungkin memang bukan ketertarikannya. Dalam belajar, pemaksaan itu bukan hal yang dihalalkan loh. Nanti anak malah enggak bisa memilih apa yang dia suka. Ogah kan!

Ya sudah, panjang lebar juga nyeritainnya. Semoga sharingnya bisa bermanfaat bagi kita semua. :)

You May Also Like

2 komentar

  1. wahm dulu anak2ku agak penakut jd belajar sepeda roda dua hrs yang pendek yang kakinya nyampe di tanah jd kalau gak seimbang bisa menjejakan kakinya ke tanah

    ReplyDelete
  2. aku lgs inget, pas dulu aku bisa roda 2, itu SD kls 2 wkwkwkwkwk... pake acara jatuh2 segala. tp pas bisa lgs senenggggg. tp anak zaman skr memang cepet yaaa. walopun anakku jg termasuk telat mba. umur 5 baru bisa roda 2. si bungsu malah belum bisa -_-. tp yaaaa aku ga mau maksa juga. biar aja keinginan mereka sendiri utk belajar :D.

    ReplyDelete