MEMUTUSKAN PUNYA ANAK LAGI SETELAH 7 TAHUN

by - February 27, 2024

Setelah sekian lama ngga nyentuh blog, kecuali ada review tentang dunia beauty, kini aku putuskan buat menghidupkan blog ini lagi. Entah dengan tulisan tentang kegundahan, tentang pengalaman, atau bahkan tentang parenting - sama seperti awal blog ini berdiri. Yaps, mungkin sekarang kamu ngga cuma bakal denger tentang Alya aja, tapi juga tentang Timur. 

So, mari kita sambut Timur dan aku kenalkan kelahirannya yang yaaah cukup banyak drama. Aku mulai dengan awal memutuskan punya Timur yaps.

PROLOG

Kehadiran Timur bukan tanpa sebab. Timur adalah jawaban dari doa-doa kami bertiga, terlebih Alya yang memang keburu pengen adek. Tepatnya sejak umur 3, Alya sebetulnya udah nanya terus tentang kapan aku bisa hamil lagi. Kala itu, bukannya sulit untuk mewujudkan keinginan Alya, karena secara kesehatan, aku dan suami cukup subur. Cuma yang jadi soal adalah kondisi keuangan yang belum stabil benar. Mungkin kamu bilang kalau anak adalah rezeki, tapi kami berusaha realistis aja, karena rezeki bukan melulu soal anak. Lagian, punya anak itu tanggung jawabnya besar banget. Cakupannya luas, bukan melulu soal uang tapi juga mendidik dan membesarkannya menjadi manusia baik yang berguna. Takutnya, nanti kalau mikir anak adalah rezeki, justru bikin kita sudah sejak awal beranggapan bahwa jika nanti anak besar, dia punya tanggungan atas orang tua yang melahirkannya. Kasihan ih, anak kok belum-belum sudah dikasih beban. Aku lebih nalar kalau kita bisa handle punya anak berapa, lewat program berencana. Kalaupun ngga bisa, ya yang penting kita udah usaha. Yang di luar kuasa kita, berarti tinggal berserah sama Allah, udah gitu aja.
"Alya, Timur... Papa Mama sayang kalian berdua. You owe me nothing"
TENTANG KEPUTUSAN YANG LAMA

Singkat cerita, beberapa tahun berselang, Alya tiba-tiba terasa sudah besar saja. Dia sudah super mandiri, karena didikan tegas kami. Iya, kami menyiapkan agar dia bisa apa-apa sendiri buat dirinya sendiri. Dia bahkan bisa kami tinggal di rumah kalau kami ada kerjaan. Berkali-kali diajak kerja dan diajak kemana-mana seringnya nolak dengan alasan, "nanti Alya ngga ada temannya". Aku membenarkan. Alya memang seringan bengong kalau kami ajak syuting. Parah-parahnya jadi hapean terus sepanjang kami sibuk kerjaan. 

Akupun makin hectic karena aku sempet kerja hybrid kantoran dan kadang seminggu sekali harus ke Semarang. Capek banget boss rasanya! Belum lagi beberapa project freelance yang dikerjakan dan rugi banget kalau ditolak. Mana harus bagi waktu sama suami yang kerjaannya juga sama gilanya. Lagi-lagi, yang kena dampaknya juga Alya. Alya sudah terbiasa memang dengan ritme kerja kami. Tapi kan dia tetap harus di Magelang, dan kadang harus dititipkan ke Eyang kalau kami masih di perjalanan luar kota. Sayangnya, di tempat eyang dia lagi-lagi sambat kalau ngga ada teman.

Alya yang sering main sendiri

Nah,beda lagi kalau kami sedang sibuk dengan kerjaan di rumah. Alya justru happy karena seharian bisa main sama teman, dan pulang kalau makan, mandi, dan sholat. Betul kami bisa kerja di rumah, cuma ya itu belum tentu ada quality time yang dibangun sama Alya. Alya kesepian, pada intinya. Maka, lewat pembicaraan yang panjang dan berbulan-bulan mikirin segala konsekuensinya, aku bilang, "aku siap buat anak kedua, salah satunya demi Alya". 

Tapi ternyata, punya anak kedua ini tidak bisa simsalabim begitu saja. Habitku yang buruk karena tidak bisa manage kerjaan, benar-benar kerasa efeknya. Aku mengalami PCOS, dimana berat badan tubuhku naik dan susah turun, jadwal menstruasiku kacau sama kacaunya dengan pola tidur. Maka, untuk menghitung waktu subur pun jadi gembling. Kalau begini caranya, berarti aku harus ubah pola hidupku karena aku mau sehat seperti waktu punya Alya. Nah, jika kalian pernah tahu kenapa aku sempet resign di bulan Agustus 2022 dari kantor animasi yang sebetulnya cukup menjanjikan, sekarang kalian tahu apa penyebabnya.

Sejak itu aku mengubah pola hidupku mulai dari siklus tidur yang baik. Mulai tidur dari jam 9 malam, dan bangun maksimal jam 6 tanpa tidur siang. Aku mulai olahraga lagi setelah sekian tahun lamanya. Aku makan makanan yang sehat dengan masak sendiri, biar aku juga ikutan gerak. Aku kurangi kopi, kalaupun minum kopi, aku minum di waktu pagi. Aku mulai benar-benar memperhatikan Alya dan memutuskan memberhentikan catering Alya di sekolah, supaya bisa aku bikinin sendiri. Dan yaaa, mengasyikkan juga, plus aku kasih note berisi kata-kata :)

Kerjaanku pun membaik setelah aku memutuskan mempunyai asisten, yang mana itu adalah adikku sendiri. Jika tenaga, waktu, dan pikiranku belum bisa aku gunakan untuk membuat naskah pesanan, maka aku lempar ke adikku yang tentunya masih lewat mentoringku. Lagi-lagi menyenangkan. Aku jadi punya banyak waktu untuk diri sendiri maupun keluargaku.

Setelah semua dirasa membaik, siklus menstruasiku menunjukkan jadwal yang cukup rutin meskipun durasinya masih sedikit-sedikit. Aku dan suami makin percaya diri kalau akan cepat diberi momongan lagi. Tapi pernah juga, saking percaya dirinya, begitu aku mual, aku sudah mikir itu hamil. Ternyata setelah ditest pack, zonk! Hahaha. Ya namanya juga usaha.

Lalu kami juga sempat liburan ke Bali dengan harapan senang-senang dan mendekatkan diri satu sama lain. Alya tampak happy sekali, bahkan sampai detik ini dia tidak pernah berhenti cerita pengalamannya sendiri. Aku dan suami juga makin dekat dan bahagia karena bertiga saja sudah seceria ini apalagi kalau berempat. Kami berangan-angan jika suatu saat Alya punya adik, maka kita akan road trip berempat ke mana saja anak-anak mau. Sungguh angan-angan yang menyenangkan.




Foto sama buku yang didesain oleh Papa

Benar saja, beberapa minggu setelah dari Bali, aku menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Perutku mual bukan main yang aku ngga mau gegabah lagi buat test pack. Kemudian aku pusing, dan tidak menstruasi. Selang 4 harian dari tanda-tanda tersebut, suamiku mantap beli test pack dan yakin kalau janin sudah ada di perutku. Aku pun test pack dengan rasa yakin "pasti jadi nih", dengan senyum-senyum sendiri, dan yes! Garis dua terlihat meski super samar, memang tidak seperti punya Alya.

Maka sore itu kami putuskan ke Klinik Ibu dan Anak, sejujurnya bukan hanya memastikan saja, namun pengen banget rasanya say hello sama janin dan terimakasih sebesar-besarnya. Alya langsung sumringah ketika layar LCD memperlihatkan janin sebesar biji kacang. Janin sudah berusia 4 minggu, itu artinya ketika kami berlibur ke Bali, aku sudah hamil muda. Untungnya belum mual yang gimana-gimana dan kuat-kuat saja. Mulai saat itu, kami menjaga Timur dengan perasaan sayang dan penuh cinta. Hari-hari kami dipenuhi perasaaan yang mungkin terlalu sulit untuk diungkapkan.

Hallo Timur!

Januari, 2023
"Hallo Timur, kamu sudah ada di perut Mama"

Alya dan Timur bersaudara dengan selisih 8 tahun lamanya.

You May Also Like

0 komentar