YOSA IRFIANA

Powered by Blogger.
Hi! Welcome back again with my unfinished problem, apalagi kalau bukan jerawat! Setelah sekian lama aku enggak ngribetin jerawat sebiji dua biji, dan mostly aku diemin aja dengan layering skincare  fokus ke hidrasi yang mantep, finally aku memutuskan beli semacam spot treatment biar bisa ditotol khusus ke jerawat. Maklumlah ya, masker on terus apalagi kalau lagi di luar, sampai pernah almost 20 jam karena selalu ketemu orang. Well, intinya, aku mau jerawat sebiji dua biji ini lebih mudah gone, engap juga rasanya jerawatan terus apalagi yang gedhe-gedhe. Males euy.

So, aku memutuskan beli Whitelab Acne Cream waktu jatah belanja bulanan skincare bulan lalu. Bentuknya emang kecil, ramping, tapi kalau dilihat dari ingredients-nya bakal oke nih buat melibas jerawatku, mengingat aku punya pengalaman baik sama sulfur dan tea tree.


Sedikit cerita dulu yah, waktu pertama kali munculnya brand Whitelab, aku tuh nyaris enggak tertarik. Alasan utamanya adalah brand ini mengusung nama Whitelab, yang dalam pikiranku "kenapa sih kok white? Apa jangan-jangan produknya emang fokus supaya memutihkan? Memangnya harus white?"

Berbagai pertanyaan muncul, dan di saat yang bersamaan, Whitelab ini gencar dipromosiin para Beauty Entusiast dan ternyata punya beragam produknya, mulai dari essence, serum, acne cream, bahkan yang paling viral Mugwort Pore Clarifying Mask. Dalam hati jadi pengen juga nih cobain beberapa produknya, apalagi Whitelab ini dibuat dengan bahan premium, diformulasikan oleh ahli, dan semua produknya udah terdaftar BPOM.

In sum, Whitelab tuh bukan produk yang fokus ke white-white aja sih sebenarnya, tapi untuk mayoritas kulit orang Indonesia dengan berbagai macam masalah kulitnya. Seperti kusam karena polusi, kusam karena terpapar sinar matahari, atau berminyak dan jerawatan. Beberapa produk awal yang aku lihat emang mengusung Brightening Series, tapi lama-lama, makin ke sini makin banyak variannya yang bikin aku makin tertarik dengan produknya, dan dimulai dari beli Whitelab Acne Cream. 


Kalau acne spot lain kan biasanya dikemas kayak salep tuh, Whitelab Acne Cream ini punya kemasan ramping memanjang dengan tube meruncing. Kemasannya sangat higienis dan terjaga kualitasnya dengan plastik sealed yang melengkapinya. Di dalam kemasan juga sudah ada no BPOM, info produk, sampai PAO produk yang harus digunakan sebelum 12 bulan. Kemasannya simple sih, dominan warna putih dan sentuhan hitam, tapi bukankah kemasan yang simple itu justru yang sulit? Wkwkwk, okay sorry, kadang I judged something by its cover soalnya.

Sekarang kita lihat ingredients-nya aja yah.


INGREDIENTS:
Aqua, Glycerin, Calamine, Zinc Oxide, Kaolin Clay, Propylene Glycol, Bentonite Clay, Sulphur, Niacinamide, Salicylic Acid, Acrylates Copolymer, Polysorbate-20, Magnesium Aluminum Silicate, Camphor, Tea Tree Oil, Sodium Carboxymethylcellulose, Menthol Hexamidine Diisethionate.

Star ingredients-nya adalah Calamine 10%, Sulfur 5%, dan Tea Tree. 
Calamine ini punya manfaat buat ngebantu mengeringkan jerawat, membantu mengurangi produksi minyak dan sebum pada wajah, serta membantuk mencegah munculnya noda hitam akibat bekas jerawat.
Lalu kandungan sulfurnya bermanfaat untuk membersihkan pori-pori yang tersumbat, serta membantu mencegah pertumbuhan bakteri penyebab jerawat.
Sedangkan kandungan Tea Tree, punya manfaat buat ngurangi kemerahan maupun iritasi yang disebabkan oleh jerawat, kemudian merawat kulit agar tetap lembut.

Selain itu, Whitelab Acne Cream juga dilengkapi dengan zinc, kaolin clay, niacinamide, salicylic acid, champor, Menthol Hexamidine Diisethionate yang baik untuk membantu mengobati jerawat. Sedangkan untuk bahan yang mungkin termasuk sensitif adalah Acrylates Copolymer sebagai turunan Acrylics, yang bisa berpotensi menutup pori-pori. Serta Magnesium Aluminum Silicate, yang biasanya punya dosisnya sendiri tergantung pada jenis kulit masing-masing orang, dan jika hamil/ menyusui, bisa berkonsultasi ke Dokter terlebih dahulu.


Karena Whitelab Acne Cream ini mengandung sulfur dan clay, jadi teksturnya pun creamy berwarna putih ke-pink-pink-an, dan agak pekat. Mirip sama pasta. Kalau kamu pakai di malam hari agak tebelan, paginya pasti masih meninggalkan bekas teksturnya dan berubah jadi agak kering. Whitelab Acne Cream juga punya aroma menthol yang cukup kuat, tapi masih bisa aku tolerir. Bikin adem dan nyaman soalnya.

Oh iya, aku pernah pakai lotion jerawat yang mengandung sulfur, tapi bentuknya cair dan harus dikocok terlebih dahulu serta gampang berlepotan kemana-mana, nah, Whitelab ini enggak. Enak banget dipakainya. Cuma ambil seuprit lalu totolkan ke jerawat yang muncul. Ngolesinnya bisa pakai tangan langsung, atau bisa juga pakai cutton bud. 

Tesktur acne spot seperti ini lebih cocok dipakai pada tipe jerawatku saat ini. Kalau dulu beli lotion jerawat kan emang karena lagi bruntusan. Jadi lebih enak dipakai dalam satu area yang berjerawat. Kalau Whitelab ini, cocok buat jerawat yang satu biji dua biji yang aku ceritain tadi.

Aku sendiri prefer ngolesin langsung pakai tangan, dan ditap-tap perlahan, supaya creamnya cepat membaur ke kulit. Pakai tangan juga lebih gampang karena sekalian bisa meraba mana yang mau muncul jerawat, ataupun teksturnya kepakai semua alias enggak kebuang sia-sia. Tapi... jangan lupa bersihkan tangan terlebih dahulu ya.

Karena aku tuh punya tipe jerawat dari yang kecil maupun gedhe, dari yang cuma ngintip aja, sampai yang kemerahan, aku totol langsung tiap malam, atau kalau pas enggak kemana-mana, aku bisa totol juga siang-siang. Kebetulan banget, beberapa minggu kemarin aku lagi ada satu jerawat gedhe genggeus di pangkal hidung. Asli pedih dan bikin puyeng. Udah lama soalnya enggak ngerasain kayak gini, jadi... kok ya pas mau review pas ada jerawat. Pengertian apa gimana nih?


Untuk jerawat yang tipenya kecil-kecil, mendem, atau yang cuma gerenjel aja alias belum jadi, dipakain Whitelab Acne Cream ini cukup membantu. Di aku, jerawatnya jadi kalem, enggak keluar, dan bener-bener kempes tanpa ninggalin kemerahan di kulit wajah. Di foto mungkin enggak kelihatan, tapi kalau kalian notice, di pipi bagian kiriku, dan di dekat bibir bagian kananku, ada jerawat tipe kecil ini. 4 harian udah ilang enggak berbekas kok.

Nah, tapi yang tipe gedhe genggeus ini nih yang amit-amit jabang bayi. Ini beneran loh tumbenan aku punya jerawat segedhe ini. Merah, berdarah, berangsur jadi koreng, dan ninggalin bekas kalau enggak diberesin. Jadi, aku bikin timeline-nya aja yah, supaya lebih detail.

19 MEI 2021
Jadi awal munculnya jerawat ini berbentuk bulat kecil kemerahan. Tipe jerawat yang belum jadi, masih normal kalau dilihat secara langsung. Aku udah pakein Whitelab dan sempet kasih info di Instagram Story.

20 MEI 2021
Di tanggal ini, bangun-bangun jerawatnya udah kayak meradang gitu. Pagi-pagi abis mandi, dan ritual skincare-an, sekalian aku pakai Whitelab Acne Cream niatnya supaya jerawat ini enggak jadi. Wes cukup sampai sini jangan meletus atau lebih gedhe lagi. Eh tapi ternyata di hari itu juga, malamnya aku ada acara silaturahmi keluarga besar, yang mana mengharuskanku dandan T.T. Ya bisa sih enggak dandan, tapi kan malu, jerawatnya gedhe banget lagi.

Malam habis acara, aku ritual double cleansing, layering skincare seperti biasa, lalu pakein Whitelab Acne Cream lagi sebelum tidur.

21 MEI 2021
Di hari kedua, malah makin gedhe dan kayak ada isiannya, yang mungkin kalau dikeluarin antara 2 sih, kalau enggak nanah ya darah. Pusing pokoknya. Kayaknya karena belum kelar jerawatan udah berani makeup-an. Huhuhu. Jadi, aku pakein Whitelab Acne Cream siang dan malam. Karena kebetulan hari-hari ini enggak ada acara.

23 MEI 2021
Skip langsung tanggal 23 ya. Alhamdulillah di hari ke-4 ini jerawatnya udah agak mendingan dan agak kempesan. Memang jadi agak kering dan ada koreng kecil gitu, tapi nanah/ darah sama sekali enggak keluar. Bentuk jerawatnya sendiri jadi kayak ada bolong kecil di tengahnya gitu, di mana biasanya isiannya keluar dari sini. Enaknya lagi, rasanya pun enggak pedih. Masih dalam tahap aman lah, walaupun secara kasat mata masih kelihatan mengganggu.

25 MEI 2021
Hari ke-6, tepatnya hari ini tanggal 25 mei, pagi-pagi jerawatnya udah kempes cuy! Seneng banget! Cuma kalau diraba, masih ada kayak bekas dan jendolannya gitu (wkwkwk jendolaaan). Tapi kalian bisa lihat sendiri progresnya di foto berikut ini ya.


Menariknya nih, Whitelab Acne Cream meski mengandung sulfur dan clay, tapi enggak bikin kulitku kering kerontang dan enggak bikin jerawat ngelupas. Terbukti waktu makeup-an di tanggal 21 Mei, makeup-ku sama sekali enggak crack tuh. Jerawatnya emang gedhe, sakit, dan kelihatan besar banget, cuma bener-bener mild dan enggak kayak abis pakai spot treatment. Wah sayang aku enggak ada foto close up waktu makeup-an kemaren. 

Aku masih akan pakai Whitelab kalau dibutuhkan, terutama buat jerawat gedhe-gedhe, Ya semoga enggak ada lagi sih, tapi kan enggak ada salahnya jaga-jaga. Sedangkan kalau kulit lagi aman, dan jerawat cuma kecil-kecil, aku prefer merawatnya dengan layering skincare seperti biasa, jaga pola makan dan kesehatan, serta lebih memperhatikan faktor kebersihan. Kalian lihat sendiri kulit wajahku akan tampak cerah kalau bersih kan? Soalnya kalau ada jerawat emang kadang fokusnya jadi ke situ, jadi yang lain tampak kusem gitu.

All is all, Whitelab Acne Cream ini worthy of praise! Seneng banget ada produk lokal yang cakep-cakep dan bisa disesuaikan dengan jenis kulit kita. Whitelab Acne Cream aku beli seharga Rp 60.000 an, dengan isi 10 gram. Enggak mahal kan?
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Produk skincare yang paling cepet habis dan cenderung berani ganti-ganti adalah sunscreen. Selain karena emang dipakai tiap hari dan re-apply tiap 4 jam sekali, mayoritas sunscreen di kulit wajahku emang jarang yang bermasalah. Ada sih dulu pernah ngerasa enggak cocok sama salah satu suncreen lokal terkenal, wajahku jadi bruntusan, dan kemerahan. Tapi ternyata itu karena aku enggak rutin double cleansing dan belum bisa perawatan dengan benar. Terbukti beberapa tahun lalu aku ulangi pemakaian sunscreen merek tersebut dalam kondisi yang sudah ngerti tipe wajah sendiri, alhamdulillah enggak apa-apa tuh. Ini mungkin karena hidrasi-ku cukup dan aku rutin membersihkan wajah dengan benar. Jadi emang bukan salah sunscreen-nya melainkan aku yang belum paham.

So, karena bulan lalu sunscreen-ku habis, dan emang jatah beli skincare, aku memutuskan untuk beli sunscreen sekalian. Kebetulan, di e-commerce yang aku tuju, ada sunscreen lokal yang harganya cenderung terjangkau dengak tajuk gel. Namanya Azarine Hydrasootie Sunscreen Gel SPF 45+++.

Karena Azarine ini sudah aku pakai selama beberapa minggu, jadi yuk kita review.


WHAT IS AZARINE?

Merek Azarine emang terdengar baru. Tapi setelah aku baca dari website-nya, Azarine sudah ada sekitar tahun 2012, dengan menghadirkan resep herbal Indonesia. Lalu, dari 15 varian produknya tersebut dibuat menjadi kosmetik  secara khusus dengan menggunakan rempah terpilih. Di tahun 2016, bersamaan dengan dibuatnya laboratorium penelitian WKI, Azarine telah berganti nama, dan menggabungkan konsep herbal dengan science tentang kecantikan. Azarine kemudian diproduksi secara resmi oleh PT WKI yang tersertifikasi Good Manufacturing di tahun 2017, dan semua produknya didaftarkan ke BPOM. Mulai tahun 2018, produksi Azarine dipindahkan ke gedung baru dengan standart internasional dan pabriknya dilengkapi mesin-mesin modern, dengan SDM yang berkompeten.

Jadi, Azarine tentu sudah banyak riset mengenai produk-produknya. Kita enggak perlu khawatir karena pasti aman! Azarine Hydrasoothie sendiri punya nomor BPOM NA18201700868.

Sebelumnya, kita lihat dulu ingredients-nya ya:

INGREDIENTS:
aqua, glycerin, propanediol, ethylhexyl methoxycinnamate, butyl methoxydibenzoylmethane, aloe barbadensis juice extract, portulaca oleracea extract, sodium hyaluronate, cucumis sativus fruit extract, camelia sinensis extract, punica granatum fruit extract, phenoxyethanol, octocrylene, butylene glycol, sodium acrylates c 10-30 alkyl acrylates crosspolymer, propolis, piscea abies extract, allantoin, xanthan gum, panthenol, fragrance, lecithin.


Secara keseluruhan, ingredients-nya nyaris enggak ada yang bikin sensitif kulit aku. Kecuali butylene glycol di urutan ke-16 yang comedogenic, fragnance di urutan ke 24 yang rentan buat kulit/penciuman sensitif. Dan litichin di urutan terakhir yang enggak fungal acne safe. Namun ternyata enggak ada masalah berarti, dan enggak bikin kulitku muncul bruntusan/ jerawatan.

Azarin Sunscreen ini sendiri punya key ingredients, yakni: Aloe Vera, Greentea, Propolis, Pomegranade (punica granatum fruit extract). Buat kamu yang sensitif terhadap kandungan alcohol, tenang aja, Azarine ini 0% alcohol kok. Juga 0% silicone dan 0% Oil, yang bisa digunakan buat kulit berminyak, kombinasi, ataupun berjerawat. 

Untuk ingredients lain, kira-kira breakdown-nya seperti ini:

Anti Acne & skin brightening: Niacinamide, Punica Granatum Fruit Extract
Antioxidant: Portulaca Olearacea Extract, Green Tea (Camelia Sinensis) Extract, Punica Granatum Fruit Extract
Soothing: Aloe Barbadensis Leaf Extract, Portulaca Oleracea Extract, Cucumis Sativus (Cucumber) Extract, Green Tea (Camelia Sinensis) Extract, Allantoin, Pathenol
Sunscreen: Ethylhexyl Methoxycinnamate, Butyl Methoxydibenzoylmethane, Octocrylene

Azarine Hydrasoothie Sunscreen Gel SPF 45+++ adalah organic sunscreen atau sama aja dengan chemical sunscreen. Loh kok organic tapi chemical? Yaps, itu hanya penamaannya aja guys, karena bahan-bahan se-organic apapun juga ada unsur kimia kan? Even air sekalipun ((DIJELASKAN)). Jadi organic sunscreen/ chemical sunscreen ini punya kandungan senyawa organic, yang bisa membantu menghasilkan reaksi kimia dengan mengubah sinar UV menjadi panas, lalu melepaskan panas tersebut dari kulit.

Sunscreen organic/ chemical biasanya emang enggak menimbulkan whitecast, ringan, gampang menyerap dengan perlindungan yang lebih luas terhadap UVA UVB, tapi memiliki photostability yang berbeda-beda. Sehingga, perlu diaplikasikan ulang lebih sering ketimbang psysical/ inorganik/ mineral sunscreen.


Seperti klaimnya, Azarine ini bentuknya emang gel water base, yang ringan, terasa dingin, dan mudah menyerap untuk seluruh jenis kulit termasuk acne prone sekalipun. Bahan-bahan alaminya diformulasikan supaya semua orang nyaman memakai sunscreen ini, mau cewek atau cowok, mau muda atau dewasa, semua bisa. Setelah dibuka, Azarine punya PAO 10 bulan, alias lebih dari itu kamu harus buang karena udah enggak bermanfaat dan malah bisa bikin bahaya.

Azarine punya SPF 45 yang mampu menghalangi 98% sinar UVB. Cara hitungnya begini 10 menit x 45 = 450 menit atau 7,5 jam. Tapi sayangnya, kandungan butyl methoxydibenzoylmethane atau agent avobenzone ini, enggak photo-stable, dan bakal ilang 36% kapasitasnya setelah 1 jam kena sinar matahari. yang artinya tetep harus di re-apply tiap 2 jam biar manfaatnya tetep kepake.


Terus bagaimana di kulitku yang berminyak dan berjerawat? 

Karena aku sering icip produk-produk sunscreen, aku jadi agak ngerti produk mana yang nyaman di kulitku. Nah, Azarine ini termasuk enak karena enggak lengket, enggak pilling, dan mudah menyerap, walaupun agak perlu waktu ya. Tapi cara terbaik mengaplikasikan sunscreen di kulikku tuh adalah dengan menepuk-nepuknya, bukan dengan cara menggosok-gosok/ mengoles kayak kita pakai masker. Cara tap-tap di wajah ini sama hal-nya ketika kita pakai foundation ketika belum mengenal brush/ sponge. Jadinya lebih nyerap, lebih nge-blend, nyaman, dan enggak gesek. Dengan mengaplikasikan sunscreen seperti ini, kulitku jauh lebih menerima dan tentunya jadi lebih cepat menyerap.

Misal mau apply bedak sesudahnya, aku tetap harus nunggu sekitar 7 menit, sebagai syarat aja sih, karena kepercayaanku, sunscreen tuh butuh menyerap dulu biar enggak keganggu. Hasilnya emang enggak bikin kulit makin berminyak, tapi bukan matte. Masih lembap, dan agak kerasa sedikit ketarik, tapi enggak pedih. Cuma semacam after taste aja aduh gimana aku ngejelasinnya. Mungkin buat kalian yang berjenis kulit kering bakal lebih terasa. 

Oh iya, beberapa orang enggak suka sama aromanya yang konon menyengat. Tapi aku enggak terlalu ngerasain sih, masih taraf aman. Mungkin karena aku sekarang lebih sering nyium bau-bau-an kali yah hehehe. Anyway, yang penting masih nyaman dan enggak menimbulkan reaksi macam-macam.


Aku enggak heran sih, kalau Azarine nge-klaim bahwa produknya ini emang diformulasikan buat Sunscreen Haters. Karena gimana yah, bahkan hingga saat ini orang-orang yang katanya udah mulai rajin skincare-an pun kadang masih lupa sama sunscreen dan betapa pentingnya stuff satu ini. Beberapa nyepelein, dan lebih tertarik coba seram serum, dan beberapa ada yang emang males karena mostly sunscreen terasa engap. Well yes, Azarine did its best. Kamu-kamu yang males pakai sunscreen bisa cobain produk satu ini.

Dengan ukuran 50ml, harga Azarine di beberapa e-commerce yang aku dapatkan sekitar Rp 65.000. Aku enggak bisa bilang murah karena aku butuh 2 sampai 3 kali re-apply tiap harinya, apalagi kalau pas di luar ruangan. Kalau dibandingkan dengan hybrid sunscreen dengan nilai spf yang kurang lebih  aja dengan Azarine ini, biasanya aku hanya butuh sekitar 2 kali aja soalnya. Tapi Azarine enak kok, aku enggak ada komplain. Kulitku nyaman dan enggak jerawatan. Disuruh repurchase lagi? Jelas mau! Dalam artian kalau aku enggak tergiur sama produk lain lagi yah hehe.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Ngomongin Somethinc kayak enggak ada habisnya yah. Belum kelar nyobain yang ini, muncul baru lagi yang itu. Apalagi sekarang banyak banget skincare enthuasiast yang selalu gercep sama produk-produk baru. Sebagai blogger yang 'kalau beli pas butuh dan pas mampu', aku sadar sih, ngejar ketinggalan tuh enggak gampang. Jadi, kalau kalian lihat aku sering ketinggalan, ya salah satunya karena enggak sanggup buat nyobain semua-mua ke wajahku yang berminyak dan rentan jerawat. Tiap mau nyobain skincare baru, biasanya karena emang habis, dan produk yang aku pilihpun aku sesuaikan sama kebutuhan kulit wajah.

Produk yang menurutku worth to try kali ini adalah Somethinc 5% Niacinamide + Moisture Sabi Beet Serum. Serum lokal ini digeber habis-habisan sama beauty vlogger/ blogger, sampai viral di Tik Tok karena emang canggih serta bisa membuat kulit kita lebih cerah dan bersih. Jujur, mau bahas ini tuh kayak mubazir enggak sih, karena emang banyak banget ya udah bahas, hahah. Tapi demi menaikkan traffic, dan emang termasuk produk kecintaan, aku tulis sekarang yah. Aku udah pakai ini lebih dari 4 minggu, btw. Jadi emang aku tunggu-tunggu biar kelihatan before-afternya.

SOMETHINC 5% NIACINAMIDE + MOISTURE SABI BEET SERUM

Kenapa aku pilih yang 5%? Karena bisa dikatakan, aku tuh pemula dalam nyobain niacinamide sebagai active ingredients. Kadar 5% termasuk yang minim iritasi, baru misal cocok, lanjut cobain yang kadar lebih tinggi.

Produk-produk yang mengandung niacinamide emang buanyak banget. Aku sendiri memang sering pakai niacinamide, tapi produk yang aku pakai, niacinamide-nya bukan disebutkan di urutan-urutan awal. Biasanya cuma buat pemanis, atau lengkap-lengkap aja wkwkw. Oh iya buat yang belum tahu, urutan paling awal menggambarkan urutan level/ konsentrasi yang lebih besar, nanti semakin akhir, levelnya makin mengecil. Kita lihat full ingredients-nya aja yah.

INGREDIENTS:
Centella Asiatica Water (72,5%), Niacinamide (5%), methylpropanediol, Betaine, water, 1,2-Hexanediol, glycerin, polysorbate20, ammonium acryloyldimethyltaurate/vp copolymer, polyglyceryl-10 laurate, Tetrahydrocurcumin, butylene glycol, xanthan gum, ethylhexylglycerin, adenosine, Hydrolyzed Algae Extract, Anthemis Nobilis Flower Extract, Beta Vulgaris (Beet) Root Extract, allantoin, Caffeine, Tocopherol (Vit E)

SOMETHINC 5% NIACINAMIDE + MOISTURE SABI BEET SERUM

Produk ini punya kandungan utama yakni niacinamide dan beet extract, yang bermanfaat untuk melembapkan, memperkuat skin barrier, mencerahkan, menyamarkan noda hitam, mengatasi jerawat, mengurangi kemerahan di kulit. 
Pada urutan pertama ada bahan Centella Asiatica atau yang biasa kita sebut sebagai cica. Serum ini emang punya kadar air sejumlah 72,5% dari bahan Cica, karena cica punya efek menghindrasi dan menenangkan. Perpaduan niacinamide plus cica biasa digunakan oleh banyak produk skincare, dan biasanya cocok untuk semua jenis kulit.
Terus ada juga Tetrahydrocurcumin yang terbuat dari ekstrak kunyit, dan punya strong brightening effect. Bahan ini konon bisa mencerahkan lebih kuat dibanding hydroquion khas produk abal-abal. Jadi buat kalian yang suka pakai produk abal-abal, mending tobat dan beralih ke sini deh, jauh lebih aman dan enggak berbahaya. Selain itu ditambah Vitamin E, Beet Root Extract yang kaya akan vitamin C,  Anthemis Nobilis Flower Extract/ Roman Chamonile, yang bisa menyembuhkan bekas luka serta meredakan kemerahan. Mantap ya, terdapat beribu kebaikan dalam satu botolnya

SOMETHINC 5% NIACINAMIDE + MOISTURE SABI BEET SERUM

Sama seperti produk serum Somethinc yang lain, Somethinc 5% Niacinamide + Moisture Sabi Beet Serum punya botol kaca yang simple, dan pakai aplikator berupa pipet. Ketika dikirim/ dikemas, enggak pakai box, tapi langsung dilapisi plastik supaya isinya tetap terjaga. 

Teksturnya sendiri watery gel based dengan warna transparant dan enggak ada wangi macam-macam. Yang 5% termasuk agak padat tapi katanya masih lebih cair ketimbang Somethinc 10%. Nah, teksturnya ini, agak susah diambil pakai pipet. Beda sama Bakuchiol-nya yang bertekstur oil, lebih gampang diambil. Awal-awal waktu isinya masih penuh sih paling dipencet sekali dua kali bisa terhisap di pipet, tapi menuju ke isinya habis, aku lebih sering nuangin botolnya ke tangan langsung. Jauh lebih gampang keluar. 

SOMETHINC 5% NIACINAMIDE + MOISTURE SABI BEET SERUM

Menurutku, serum ini butuh waktu yang enggak sebentar buat menyerap ke kulit, kalau dibandingkan dengan serum yang biasa aku pakai ya. Awal aku pakai Somethinc, seperti biasa, pakainya dijeda dulu untuk melihat reaksinya. Aku jeda 3 hari sekali, lalu di minggu kedua aku jeda 2 hari sekali, dan pakai tiap hari di minggu ketiga. Ambil 3 drop aja buatku udah cukup, pakainya setelah pakai hydrating toner/ essence yah. Dengan cara seperti ini kulitku terasa lebih aman tentram. Maklum, selain Somethinc Serum, aku juga nyobain produk layering skincare lain. 

Tapi di tengah jalan waktu transisi menuju pakai tiap hari, aku ngerasa kulitku jadi agak berat. Sempet keluar jerawat di bagian bawah pipi dan aku pikir itu maskne. Cuma mikir lagi, aku kan udah jarang pergi keluar rumah, kalaupun pakai masker, enggak lebih dari 3 jam tuh. Malah kalau lebih dari 4 jam, aku ganti masker medisnya sekalian. Sebelum pakai Somethinc, cara ini sudah paling aman untuk menghindari masker. Nah, berarti bukan Maskne dong.

Setelah nyobain berbagai macam cara, aku menemukan kontra-nya produk ini ketika dipakai di kulitku. Tapi tolong diperhatian, reaksi tiap orang berbeda ya, cocok di aku belum tentu di kamu. Sekarang, aku jabarin aja.

1. Aku enggak bisa pakai Somethinc 5% Niacinamide + Moisture Sabi Beet Serum dengan AHA/BHA sebelumnya. Jatuhnya kulit iritasi dan kemerahan.
2. Aku enggak bisa pakai Somethinc 5% Niacinamide + Moisture Sabi Beet Serum dengan Bakuchiol karena kulit terasa engap dan berat. Jatuhnya kulitku berjerawat.
3. Aku enggak bisa pakai Somethinc 5% Niacinamide + Moisture Sabi Beet Serum dengan toner/essence yang masih setengah basah. Artinya, kalau mau pakai serum ini, aku harus nunggu sampai toner/ essence meresap sampai terasa pliket. Kalau masih setengah basah, agak heavy dan makin susah menyerapnya. 

Kalau kalian bingung karena saking banyaknya produk yang harus dipakai, mungkin kalian bisa ikuti caraku yaitu dengan selang seling produk. Misal kamu pakai Somethinc 5% Niacinamide + Moisture Sabi Beet Serum tiap pagi, dan Bakuchil waktu malam hari. Atau misalnya lagi jatahnya pakai produk AHA/BHA atau yang bersifat ekfoliasi, kamu bisa skip penggunaan serum ini.


Dengan penggunaan yang lebih nyaman dan setelah melalui proses yang butuh kesabaran, ternyata sudah terlihat hasilnya di minggu ke-empat. Untuk jerawat, di kulitku masih tetap keluar apalagi kalau menjelang haid ataupun enggak bisa jaga pola makan. Sedangkan bopeng sendiri, mungkin butuh waktu yang lebih lama. Karena faktanya, sebuah penelitian menemukan manfaat niacinamide bisa menunjukkan hasil yang nyata setelah 8-12 minggu pemakaian. Jadi ya harap sabar aja, toh ini bukan produk instan.

Pada foto di atas, yang paling terlihat di kulitku justru efek calming dan meredakan redness pada wajah. Enggak bikin putih pucet, tapi kelihatan lebih sehat, segar, dan bercahaya. Ya sejalan sih dengan campaign Somethinc: RealisticWhite, and achieve a maximum level of #BrightBeautifully skin. Sejak waras dalam menghadapi cobaan, aku enggak neko-neko pengen kulit putih rupawan. Dapetin kulit sehat dan bersih aja sudah kebanggaan. Somethinc ini akan ngebantu memperoleh level cerah tertinggi di kulit kita. Kalau udah mentok, enggak perlu dipaksain karena kulit punya batasannya sendiri-sendiri.

Eventually, aku suka sama produk ini dan akan aku pakai lebih hikmat lagi. Semoga bisa lebih optimal dalam memperbaiki kulitku yang bermasalah. Kalau kalian gimana? Ada yang pernah pakai? Share di kolom komen ya.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Tuntas sudah ikutan BPN 30 day Ramadan Blog Challenge tahun 2021 ini. Fiuh, akhirnya selesai juga. Jujur aja, awal-awal agak berat karena kok ya ndilalah kerjaan sama banyak, baik itu nulis naskah, tugas Alya sekolah + aktivitas ramadannya, belum juga kita kan lebih ekstra ibadah. Sempet mbatin bisa enggak ya? Tapi aku tuh kayak men-challenge diriku sendiri sih, biar gokil. Kalau berhasil alhamdulillah, enggak ya enggak apa-apa. Nulis blog tuh selain buat healing, juga bikin aku terlatih nulis supaya lebih enak dibaca,

Permasalahannya, dengan waktu 24 jam ini masih kurang sebenernya, jadi cara supaya bisa menggunakan waktu dengan optimal dan semua kerjaan serba beres, ya harus ngurangi jatah tidur. This was like totally insane, tapi aku suka ya gimana ya. Aku ngersa menggunakan waktuku dengan sebaik-baiknya. Enggak ada rasa menyesal justru kayak kaget dengan pencapaian diri. Enggak capek sampai kekuras energinya sih. Tapi yang penting, another goals tentang multitasking is ticked off our wishlist! Yeay, aku bisa dan aku bangga. Bukan buat siapa-siapa, kecuali buat diriku sendiri aja.


Kalau kalian baca sejak blog post pertama aku ikutan challenge ramadan ini, aku sering ngeluh soal masa kecil yang suram, kurang pede, dan sering di-bully. Oleh orang tua aku selalu dikekang, sedangkan oleh teman-teman jarang dikasih kepercayaan. Rasa percaya diriku itu justru tumbuh ketika udah menikah dan punya suami sebagai partner yang paling support aku bahkan sejak zaman pacaran. Dia enggak pernah over protect, selalu ngerti apa kemauan dan niatanku, paham dengan kondisi, dan percaya kalau aku bisa bertanggungjawab atas pilihanku.

Paham banget kok, dapet suami kayak gini itu patut disyukuri. Tapi kalau ngomongin aku kudu bersyukur terus tuh rasanya kok enggak adil ya. Sejak brojol aku kayak dipaksa supaya memahami konsep bahwa anak yang lahir dan dibesarkan orang tua itu sudah alhamdulillah bentuknya. Whereas, mereka ini kadang lupa bahwa anak juga punya hak dan mereka harus ngerti kewajibannya. Lalu ketika punya temen yang keren, kadang mereka bilang aku tuh beruntung punya temen yang bisa jadi panutan, meanwhile mereka enggak ngelihat potensiku sendiri apa. Sampai detik ini aku punya suami, masih wae disuruh bersyukur tanpa ngelihat perjuanganku sejauh apa. Lha gimana kalau kita berpikir sebaiknya, bahwa aku emang worthy, bahwa aku emang sudah susah payah berjuang? Beribu malam aku nangis sendirian sambil kebingungan. Sering mikir sendirian apakah aku bermanfaat. Sakit sih, tapi kan tiap orang punya 'pain'nya sendiri-sendiri. Memangnya kalian tahu apa sampai nyuruh aku selalu sepaham dengan kalian yang enggak tahu apa-apa tentang aku. Enggak usah disuruh bersyukur sih, because I-ALWAYS DID. Kamu enggak tahu kan, tiap aku berdoa, aku sampai enggak bisa minta apa-apa karena saking ngerasa cukup dikelilingi circle yang penuh kebaikan, terutama saat ini. Tapi ya masa aku harus pakai toa keliling provinsi sih ngomongin ini? 

Sekarang aku jauh lebih tenang karena aku mengenali diriku sendiri. Enggak mudah, butuh waktu lama. Pelan-pelan, dari yang nangis sendirian, aku peluk diriku sendiri sambil berkata, "yosa, everything is gonna be okay, you are valuable. You matter! Tapi mungkin kamu belum tahu aja bagaimana cara yang benar". Iya, aku sering ngerasa enggak guna.

Dulu, ada masa di mana setiap hari setiap mandi, aku selalu self proclaimed bahwa aku tuh mampu, aku bisa seperti mereka, bahkan lebih, walaupun saat itu enggak ngerti gimana caranya. Aku cuma banyak-banyak berdoa, kadang cari info lowongan kerja di warnet, atau gercep bantuin papa menata koran-koran, agar aku bisa lihat kolom lowongan pekerjaan. Aku sadar enggak punya banyak kenalan, sekali kenalan dianggapnya aku instan dan maunya cari duit aja enggak ada idealisme seperti sarjana seni pada umumnya. Aku sempet sesak, kaget dengan orang-orang yang langsung nge-judge dengan gampangnya ketimbang nyari info alasannya. Sadis sih, tapi aku terima, lha wong aku bukan siapa-siapa. Mau battle juga kalah segalanya. Pokoknya I can't beat 'em at all.

Tapi nyatanya emang seperti yang aku duga. Ketika aku bisa cari uang sendiri means aku bisa melakukan segala yang aku suka. Aku bahkan bisa ikutan berkarya dan menemukan passion-ku yang baru. Beberapa kali aku ikut pameran, beberapa kali aku ngajuin proposal sendirian. Enggak langsung keterima, identik dengan proses panjang, dan disitulah aku belajar. Aku berusaha mengenal diriku sendiri lebih dalam. 

Aku juga ngerti bagaimana pentingnya merawat pertemanan. Kalau kalian bisa investasi macem-macem kayak tanah, emas, alat, atau yang mendukung karir kalian, aku punya invest paling urgent, yaitu: invest in people. Ketika aku kaget ternyata ada orang yang support dan percaya pada kemampuanku, di situlah aku enggak mau kehilangan mereka. Mereka ini nantinya akan membuat karirku lebih banyak melesat ke depan. Akan banyak mempertemukanku dengan proyek-proyek gedhe yang bergengsi buat sebagian besar orang. Di sini aku juga sadar, menemukan circle yang tepat adalah salah satu kunci untuk membuat kalian tumbuh lebih baik. Cuma jalannya yang agak terjal, butuh keberanian dan keluar dari zona nyaman.

Thus far,  mungkin aku sudah cukup diperhitungkan. Orang kalau mau mencerca aku, aku juga enggak punya banyak waktu. Aku lebih fokus ke perkembangan diri yang jauh lebih berguna. Well, aku pun paham tiap orang punya perjuangannya. Makanya, kalau ada orang yang minta tolong sama aku, sekecil apapun, apalagi berhubungan dengan karir, aku sudah berjanji bahwa akan membantu mereka sebisa mungkin. Aku berusaha mengajak saudara atau teman terdekat buat diajak kerja sama. Kalau udah gitu, aku justru ngerasa lega. Lega bahwa rantai bully tidak menjadi dendam kesumat dan membuatku jumawa. Enggak, aku yosa irfiana yang tahu diri. 

Blog post ini aku khususkan untuk self reward. Aku yang tadinya enggak yakin dengan apapun, sekarang berubah menjadi lebih bahagia. Aku bisa bermanfaat buat orang-orang di sekitarku, tapi juga aku enggak lupa bermanfaat untuk diriku sendiri. Aku enggak mau terlalu banyak mikirin orang sehingga aku lupa sama kebahagian diri. Aku harus punya waktu agar diriku tetap bisa bertahan dihantam berbagai cobaan. Aku sering menghadiahi diriku sendiri dengan sekedar makan enak, berbagi kue bikinan sendiri, dan mensupport apapun yang anakku minati. 

Kebanggaanku ini bukan buat siapa-siapa, tapi buat diriku sendiri. Aku yakin, aku berharga. Aku bangga pada diriku sendiri. Aku mampu berkembang lebih baik karena caci maki. Kalau mau menghalangiku lagi, then I'm so sorry, aku udah jauh berlari.


#BloggerPerempuan
#BPN30dayRamadanBlogChallenge2021
#day 30
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hi! Hari ini adalah hari ulangtahunku loh (selametin dong woy!). Di umurku yang sudah kepala 3 ini, kalau dibilang enggak kerasa, ya kerasa juga. Time to time aku punya fasenya sendiri, seperti fase remaja labil yang sering di-bully, fase tumbuh dewasa yang kadang enggak dipercaya, sampai saat ini bisa berdiri dan berlari itu karena aku berjuang enggak ada henti. Kadang mikir juga nih, di umurku saat ini, aku jauh lebih mending dan punya kebebasan memilih. Karirku alhamdulillah berkembang, tapi ngurus anak juga enggak keteteran. Kalau boleh sombong dikit aja, aku tuh justru ngerasa lebih muda dan lebih berenergi ketimbang umur-umurku waktu masih remaja. Jadi, aku sebetulnya agak enggak heran juga ketika ada yang bilang, "mba yosa kok awet muda?"

Yaps, selain pikiranku sekarang lebih chill dan udah ngerti gimana manage waktu maupun hati, jadi otomatis bawaannya happy. Kalau udah malem gitu, sampe sering scroll akun-akun receh supaya tetep ada asupan ngakak tiap hari. Menurutku awet muda itu selain keadaan, pilihan, juga harus ada niatan. Keadaan sudah mendukung, pilihan juga jauh lebih maju, dan yang terakhir niatan yang seharusnya diimbangi dengan tools. Tools di sini aku artikan sebagai skincare pendukung. Eaaa, ngomongin skincare aja prolognya bukan main. Nah, daripada berlama-lama, aku bahas di sini aja ya.


Sebelum memasuki bulan ramadan, aku sebenernya udah beli produk-produk skincare yang nyaris semuanya baru dicoba. Ini sotoy sih, hasil dari suka ngelihatin media sosial para beauty entuasiast aja, kadang enggak pakai riset segala, asal kelihatan menarik angkut - bayar - sampai - dan pede pakai. Kenapa aku terlalu berani ekperimen? Karena saat ini aku emang ngerasa udah ngenal jenis kulitku beserta cara merawatnya. Mau pakai produk apapun mereknya, bisa kok di mix-and match dengan merek lain, asal tahu gimana cara pakai ternyaman di kulit kita. Nah, dari sekian banyak skincare yang aku coba, aku tuh enggak pernah melupakan teknik CTMP sebagai basic skincare. Kalau CTMP-nya udah ada dan aku sesuaikan ingredients-nya, insyaallah mah enggak apa-apa. Ini sesuai pengalaman loh ya.

Produk-produk terbaru ini sudah aku coba satu persatu sejak seminggu sebelum lebaran. Diberi jeda dan masuknya selang seling dengan produk lama dulu, baru bisa ngerti ternyata cocok apa enggak. Karena produk yang aku pakai kayaknya bakal panjang kalau dijadiin satu blogpost, aku klasifikasikan aja sesuai basic skincare ya. Kali ada yang masih bingung gimana cara layering yang nyaman. Eh tapi disclaimer dulu deh, cara dan hasil tiap orang berbeda. Aku kasih kalian review bukan berarti harus kalian lakukan dengan cara yang sama, tapi kalian jadi punya bayangan akan pakai seperti apa. Kalau cocok di aku dan di kalian juga ya syukur, kalau enggak ya, enggak usah debat lah, wong kulit tiap orang berbeda.

Seperti biasa, kalau ada yang nanya gimana cara layering skincare yang bener? Sesungguhnya enggak ada yang baik dan benar, menurutku adanya nyaman dan enggaknya. Cocok enggaknya. Aku lebih nyaman pakai dari tekstur yang cair/ ringan dulu, menuju layer padat. Pakainya dijeda, sampai kerasa pliket, karena kalau pas setengah kering, jatuhnya engap kalau di kulitku. 

Kalau kalian lihat foto di atas, kerasa kebanyakan toner enggak sih hahah. Ya itu karena lagi puasa aja. Selain berjenis acne prone, kulitku juga dehidrasi soalnya. So, langsung aja aku breakdown ya!

CLEANSING

Aku pakai 2 step cleansing yaitu first cleansing pakai produk Viva Milk Green Tea. Pakainya enggak pakai kapas, tapi langsung dioles ke kulit wajah, dipijat pelan, kasih air dikit, pijat lagi, lalu bilas. 

Kemudian lanjut pakai Acnes Face Wash. Aku sebenernya cocok varian yang Yogurt Touch, tapi kadang susah ditemuin, jadi ya seada-adanya merek Acnes kalau lagi males beli yang lain. Acnes termasuk paling terjangkau dan enak dipakai soalnya. Hasilnya di aku pun termasuk mild dan enggak bikin kulit kayak ketarik. 

Kenapa pakai double cleansing? Karena kulitku ada whitehead yang susah keluar. Kalau cuma pakai face wash doang mah kurang nampol. Dengan metode double cleansing kayak gini, kulitku terasa lebih seger dan jarang bruntusan lagi.

TONING

Nah ini nih, yang paling penting. Aku sampai punya4 produk yang kadang harus pakai selang-seling, atau kalau lagi ngerasa dehidrasi, aku pakai keempatnya sekaligus. Toner yang aku punya antara lain Viva Tonic Greentea, COSRX AHA/ BHA Clarifying Toner, Avoskin Your Skin Bae Niacinamide + Kale, dan Hale Balancing Essence Toner.

Kalau kalian masih bingung kenapa kok harus sebanyak ini? Ya memang enggak ada keharusan sih, aku aja yang nyaman pakai layering yang banyak supaya keseimbangan kulit tetap terjaga after cleansing. Dengan layer toner yang nyaman, nanti apapun yang kita pakai setelahnya, bakal berfungsi secara optimal ketimbang enggak pakai sama sekali.

Oh iya, ada juga yang kebingungan soal toner dan essence apa bedanya ya? Menurutku hampir sama, cuma beda penamaan dan manfaat dari klaim produk itu sendiri. Contohnya ya Si Hale itu, dia itu udah toner tapi juga essence, semacam lebih praktis kan. Toh kalau dilihat dari segi tekstur, mereka-mereka ini bisa dikategorikan sebagai HYDRATING. Teksturnya cenderung cair, dan bisa digunakan kayak diraupin aja ke wajah gitu. Nah, soal berapa kali harus layering, kamu harus berani coba-coba sendiri yah, senyamanmu aja pakainya.

MOISTURIZING

Tahap ini dulu sering aku skip karena kulitku kan udah berminyak, ya ngapain dilembapin lagi, apa enggak justru makin tambah berminyak? Ternyata enggak saudara-saudara! Kadang kulit tuh ngeluarin minyak berlebih, justru karena kulit kekurangan pelembap. Kulit kan pinter, bisa kasih sinyal kalau butuh sesuatu. Jadi setelah paham hal tersebut, aku segera mencari pelembab yang tepat, dan bener aja, kulitku malah aman sentosa!

Saat ini aku pakai Ariul Watermelon Hydro Glow Cream. Ini klaimnya selain melembapkan juga bisa menghidrasi dan membuat kulit terlihat bercahaya. Yes, aku lagi suka yang punya efek-efek glowing kayak gini. Rasanya kulit terasa kenyal dan sehat.

PROTECTING

Last but not least, protecting yang bisa kita pakai setiap pagi dan re-apply saat siang, apalagi kalau bukan Sunscreen. Saat ini aku back to L'oreal UV Perfect Transparent, karena di aku jatuhnya enak deh, kelihatan glowing seharian. Enggak lengket, juga enggak whitecast. Tapi aku pernah baca-baca ada yang enggak cocok juga sama varian ini karena jatuhnya jadi abu-abu. Nah, anehnya dia aku enggak sama sekali loh. Malah kelihatan nyatu dan enggak bikin putih. 

Cara pakai sunscreen paling nyaman di kulitku, adalah dengan cara menepuk-nepuknya, sama kayak waktu kita pakai foundation. Kalau perlu, pakai bantuan sponge sih, biar bisa menyerap dengan cepat. Cara ini lebih enak ketimbang digosrek-gosrek, selain bikin sakit, juga sunscreennya jadi lebih lama meresap. Nah, kalian bisa cobain cara ini deh.

***
Setelah memakai rangkaian skincare di atas, kulitku tetep aman aja bahkan selama puasa. Ya ada sih jerawat satu dua muncul, apalagi kalau lagi mau datang bulan, tapi itu normal kok. Dulu waktu masih muda geradakan parah soalnya. Sekarang udah ngerti skincare gini, jatuhnya lebih stabil dan kulit emang beneran terlihat terawat. Yang tadinya I hate my skin, also my pimples or my acne, sekarang lebih manuawi aja.  I realized that I was still human, so I wasn't perfect. I love my pimples dan aku merawatnya dengan penuh kasih sayang. :)


#BloggerPerempuan
#BPN30dayRamadanBlogChallenge2021
#day 29
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Sebagai generasi 90-an yang tumbuh di circle perbedaan itu bukan masalah besar, sejak dulu aku memaknai idul fitri dengan hari kemenangan, yang identik dengan perayaan semua orang. Enggak cuma muslim, tapi temen-temen non muslim pun sering loh ikutan silaturahmi dari rumah ke rumah. Bahkan beberapa di antara mereka, sering menyuguhkan kue di rumah mereka, supaya tamunya pada datang. Kebiasaan ini bikin hati aman dan tentrem. Nyaris enggak ada tuh yang namanya batasan dan ngerasa paling bener.

Dewasa ini kebetulan aku selalu bertemu di lingkungan yang sama tolerannya. Temen-temen berasal dari mana-mana, sedangkan tetangga juga sama baiknya. Mereka aku anggap saudara saking deketnya. Malah kadang terasa lebih deket karena mereka selalu ada dan support kami apa adanya.


Mungkin beberapa kalian yang sedang membaca blog post ini bakal bingung, memangnya aku jauh dengan keluarga? Jawabannya ya dan tidak. Keluarga paling deket saat ini ya kami bertiga gini. Posisiku sekarang ada di Magelang, di mana nyaris semua keluargaku tinggal. Baik itu dari keluarga Mama, atau keluarga Papa. Sedangkan keluarga Suami banyakan di luar kota, seperti kota-kota besar, dan orang tuanya berada jauh di Kalimantan. Tapi anehnya, meski jarak ku dengan mertua lumayan jauh, nyatanya mereka lebih deket ketimbang kami dengan keluarga di Magelang. Kami tiap hari berusaha kasih kabar. Kalau ada apa-apa diomongkan, supaya jarak bukan lagi penghalang. Agak aneh sih, yang dekat malah jauh, yang jauh malah dekat.

Moment-moment kekeluargaan biasanya didekatkan lewat lebaran. Kadang bergiliran tempat agar bisa silaturahmi keluarga besar. Karena keluarga Mama banyakan di Magelang, jadi kumpulnya ya cuma di rumah Eyang. Sedangkan keluarga Papa, karena Eyang sudah enggak ada, jadi moment lebaran bergantian dari satu keluarga ke keluarga lain per tahunnya. Bagiku semua ada sisi kedekatannya kok, masing-masing punya caranya, meski kini mereka sudah berpisah. Kadang aku harus ke rumah papa dulu, atau ke rumah mama secara bergantian, supaya mereka ngerasa adil tanpa harus dipaksa. Ya kalau ngomongin soal legowo, aku pribadi harus melewati waktu berbulan-bulan dulu baru bisa menerima keadaan. Susah sebenernya, tapi ya mau gimana.

Kini aku mengubah sudut pandanganku ketika merayakan moment idul fitri. Alih-alih mau mikirin yang bikin kepikiran, aku justru maunya konsen dengan perkembangan keluarga kecilku yang makin kompak luar dalam. Aku senang karena tiap tahun punya goals yang bisa aku capai, dan semuanya kadang ada di moment lebaran. Kan kalau biasanya kita punya resolusi tiap tahunnya tuh, nah, enggak tahu kenapa, kok seringnya nyaris terpenuhi di akhir ramadan. Contohnya sepelenya, aku pengen beli motor buat mobilitasku pribadi. Motornya yang matic supaya lebih gampang buat boncengin Alya. Tapi, aku takut kredit dan pengennya milih motor second aja enggak apa-apa, wong cuma buat kota-kota. Berbulan-bulan rasanya aku susah nabung. Ada sih uang terkumpul, tapi kok enggak sampai-sampai yah mau beli motor second. Sempet kepikiran kredit aja wes lah, daripada enggak ada sama sekali. Toh kalau cuma 700 ribuan, aku sanggup.

Berkah kemudian datang ketika ramadan. Aku dapat tambahan penghasilan karena tiba-tiba dapat job nulis film pendek bertema ramadan, dengan jumlah total 15 episode! Awal ditawarin film pendek ini, jujur kepala sempet kemut-kemut. Bisa enggak ya aku bikin cerita dalam waktu yang cepat. Direvisi banyak enggak ya? Langsung di-acc enggak ya? A lot of thoughts filled my head, but it only lost with one strong determination: POKOKNYA AKU MAU BELI MOTOR TITIK

Singkatnya, meski kadang emosi karena bikin naskah tuh enggak segampang yang dikira orang, akhirnya aku dapat juga cuan buat beli motor, tepat waktu takbir terdengar! What a life :) Tuhan memang Maha Mendengar dan Maha Tahu cara yang terbaik untuk umatNya yang berusaha.

Cerita lain deh, aku tuh tiap tahun selalu punya step by step pencapaian terlebih soal karir. Ya gimana ya, Alya tahun ini sudah SD, otomatis penghasilan juga kudu bertambah. Dulu waktu masih jadi freelancer terbesit juga pengen kantoran biar ada pemasukan tetap, cuma permasalahannya, umurku tuh udah kepala 3, kebanyakan perusahaan lebih percaya dan sreg dengan fresh graduated atau yang umurnya lebih muda. Pernah kok beberapa kali apply job di perusahaan besar, tapi endingnya antara 2, terbatas sama umur, atau dicuekin karena enggak tahu mau diletakkan di bagian apa. Kerja di perfilman itu kadang emang pakai kenal-kenalan. Sedangkan orang lebih mengenalku sebagai seorang Line Producer daripada Scriptwriter.

Berbekal pengalaman tersebut, aku mulai memahami bahwa link itu segalanya. Gimana supaya kita bisa dapat link, ya harus bersikap baik dan tunjukin bahwa umur bukan masalah utama. Aku enggak malu untuk belajar lagi, mau mendengar, tak patah arang supaya karyaku dilihat orang. Dari situ kemudian aku dapat link perlahan, beberapa orang memercayaiku sebagai penulis naskah, hingga akhirnya aku bisa fokus ke animasi dan bergabung dengan team yang hebat-hebat. FYI, baru setahun yang lalu kok, studio animasi ini berkembang pesat terutama saat ramadan. Dan seketika itu juga, ketika lebaran datang, aku bisa lebih settle ketimbang sebelumnya. Yas, hari ini beda dengan lebaran-lebaran sebelumnya. Semua tercapai pelan-pelan, sampai ketika harus jatahnya bayar sekolah SD Alya, semua dengan gampangnya aku bayar cash cuma-cuma. Ngomong ini kayak sombong ya, tapi aku bangga. Enggak apa-apa ya, yang penting aku bersyukur banget bisa sampai titik ini. Say what? Alhamdulillah.

So, kalau sebelumnya aku memaknai lebaran atas kemenangan dari kemauan hambaNya, kini aku lebih sadar bahwa kemenangan itu ada ketika kita bisa paham keadaan dan menerima segala bentuk prosesnya. Entah itu mau dikabulkan Tuhan, atau mau ditunda supaya enggak bikin kita tergesa-gesa. Ada banyak isyarat yang Tuhan berikan lewat kehidupan. 

Moment lebaran paling berkesan adalah ketika aku bisa baca pertanda alam termasuk situasi untuk terus belajar. Dari situ aku selalu berusaha mengambil hikmahnya, yang nantinya membuat kita bersyukur bahwa banyak keajaiban di sekitar kita. Semua yang sudah Tuhan berikan, memang yang terbaik untuk kita.


#BloggerPerempuan
#BPN30dayRamadanBlogChallenge2021
#day 28
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Salah satu hal yang aku suka pada saat Ramadan dan Lebaran tentu adalah kuliner dan menunya. Rasanya, bau baking di setiap rumah yang bukan tukang jual kue itu identik dengan momentum, kebersamaan, dan keceriaan. Sejak kecil, hidangan lebaran yang ada di rumahku nyaris biasa aja, enggak ada special, dan justru malah identik dengan keripik-keripik. Ya ada sih satu dua cookies, tapi itu juga seringan karena dapat parcel dari beberapa klien papa/ perusahaan tempat mama bekerja. Untuk cookies premium yang dijual di pasaran, atau ala-ala bikin sendiri itu, bisa dipastikan nyaris enggak pernah ada. Simply, karena Mama enggak suka kue. Sukanya keripik wes titik.

Aku dan adekku yang kedua sebetulnya suka banget kue kering. Jadi kami cenderung tahu rasa kaastengel, nastar, putri salju, atau kue semprit, biasanya ya karena silaturahmi dari rumah ke rumah. Baik ke saudara, atau tetangga. Agak saru sih emang, tapi ya hidangan kan emang buat dimakan. Malah hidangan di rumah aku jarang makan. 

Karena memori kecilku tentang ramadan dan lebaran (or anything sih) seringnya teringat membingungkan, jadi dewasa ini aku semacam balas dendam untuk memilih apa yang aku suka. Aku bisa beli baju baru tanpa dipilihkan Papa Mama, dan aku bisa bikin kue karena aku udah tau mana yang cocok di lidahku. In fine, now I am happy because in my own home there are various cakes that I really love - every ied.


Kue-kue yang aku suka ada banyak sih, mulai dari citarasa coklat, keju, dan selai-selai jadul rumahan seperti nanas atau strawberry. Cuma ada beberapa bahan yang harus aku kurasi karena aku enggak suka rasa yang cenderung manis dan eneg. Untuk keju sendiripun, aku udah cukup bisa ngerasain mana yang premium, mana yang mix, mana yang biasa-biasa aja. Jadi, aku udah pede bikin beberapa kue kering berdasarkan resep yang udah aku sesuaikan. Tapi, juga ada kue kering yang lebih baik aku beli di luar saking maju mundurnya karena takut hasilnya enggak maksimal. 

Kue-kue favoritku dan harus ada saat lebaran tiba, sebagai berikut:

1. KAASTENGEL
Yes, for sure! Aku penyuka Kaastengel garis keras sejak bisa ngerasain keju dengan sebenar-benarnya. Kue ini konon berasal dari Belanda, dan dulu digunakan sebagai pengganti mata uang. Dulu, keju tuh memang mahal, sehingga dianggap sebagai makanan yang cukup bergengsi, terutama di Kota Krabbedjike.

Kaastengel masuk ke Indonesia pada masa kolonial Belanda, dan biasa disajikan di rumah-rumah atau pegawai Belanda yang menikah dengan warga Indonesia. Karena akulturasi budaya tersebut, kaastengel jadi banyak digunakan sebagai sajian istimewa terutama di hari raya.

Setelah banyak icip kaastengel sana sini, aku jadi ngerti bahwa kue ini bisa disesuaikan dengan budget, yang mempengaruhi pilihan kejunya. Kalau kaastengel yang premium, biasanya pakai keju gouda, edam, parmesan, maupun cheddar. Tapi ada juga kaastengel yang bikinnya pakai keju biasa atau bahkan keju kiloan mbuh mereknya apa dan dijual murah di pasaran. Enggak usah jauh-jauh nyari buktinya, wong Eyangku aja pertama kali bikin kaastengel dengan tambahan royco supaya lebih gurih kok! Rasanya jangan ditanya, seperti kue tapi ada citarasa sop nusantara! Antara asin gurih, tapi kok ada hint kaldu ayamnya. Ya apa enggak bikin ketawa? Memang eyangku ini juara kalau bikin yang aneh-aneh. 

Tapi kami sebagai keluarga tetap happy dan enggak nganggep itu sebagai sesuatu yang harus dinilai secara berlebihan sih. Seperti yang aku percayai, kalau kita bukan tukang kue dan berani bikin kue, itu artinya kita sedang belajar proses. Kadang kita malah enggak expect ke hasil, tapi menikmati cara demi cara, yang nantinya akan membuat kita perlahan tahu mana yang terbaik. Bikin kue itu momentum, keceriaan, kebersamaan, bahkan healing untuk sebagian orang. Repot amat baru sekali bikin udah di-judge macam-macam.

2. NASTAR
Kue kedua yaitu nastar. Aku paling suka nastar nanas, yang selainya bener-bener bikin sendiri karena again, kita bisa nakar sesuai selera. Selai nanas yang dijual di luar, seringnya agak lembek, terlalu artificial, dan eneg kalau banyak-banyak dimakan. 

Sejujurnya aku lebih suka nastar yang punya kekuatan aroma cengkeh, karena rasanya jadi agak pahit-pahit ngangenin. Dulu waktu kecil, tiap bikin nastar di rumah eyang, tiap bulatan nastar pasti ditancepin cengkeh. Nah, kata suamiku, alasannya karena dulu harga cengkeh cenderung murah. Sekarang agak mahal. Kalau mau dikasih cengkeh di semua bulatan nastar, rasanya kayak sultan haha.

Nastar sekarang yang sering aku temui, banyak yang kempling-kempling. Bentuknya bulat cakep-cakep. Kemarin pas aku bikin sendiri, topper dari kuning telur ini aku olesin semampunya aja dan cenderung aras-arasen. Hehe. Jadi hasilnya emang kelihatan banget kurang berkilau, dan bikin tampilan nastar kurang menarik. Padahal kalau soal rasa udah juara loh. Next aku mau bikin lagi ah, karena sekarang aku udah ngerti tips and trick-nya.

3. THUMPRINT COOKIES
Another cookies yang aku suka, thumprint cookies. Biasanya yang aku suka topping nutella, tapi strawberry juga suka. Thumprint yang aku suka ada parutan kejunya, karena bikin rasanya jadi kaya. Manis, tapi gurih. Kalau makan enggak kira-kira karena enak banget saudara-saudara!

Nama thumprint ini karena emang cara membuatnya seperti ditekan dengan jari jempol, dengan maksud supaya enggak perlu banyak cetakan. Adonan kue digulung menjadi bola, diratakan dikit, baru ditekan dengan jembil di bagian tengah supaya jadi ada cekungan. Nah, cekungan ini lalu diisi selai atau sesuatu yang manis. Kue sidik jari ini dikenal sebagai hallongrotta dalam bahasa swedia yang berarti gua raspberry. Kue ini emang asli swedia, dan biasa disajikan saat moment besar seperti natal. Mungkin karena mereka menyajikan pakai selai raspberry, jadinya dinamai gua raspberry. But anyway, tetap enak sih pakai selai apapun sesuai selera.

4. CHOCO CHIP ALMOND COOKIES
Kue kering satu ini baru nyoba juga sih, karena dari dulu aku suka sama cookies kayak good time. Nah, karena Alya ini jarang bisa makan yang ada pengawetnya, jadi mau enggak mau bikin sendiri. Dan ketika kemarin sempet nyobain bikin cookies ini ternyata Alya suka banget! Sampai habis beberapa cookies sendiri loh.

Aku bikinnya tipe yang kering. Kan ada tuh yang soft cookies, dan ya sama enaknya sih. Cuma supaya lebih awet disimpan, jadi aku bikin yang kering. Bikinnya gampang kok, aku manut resep di youtube dan pakainya coklat dark choco karena aku enggak suka yang terlalu manis lebay. Gulanya sendiri aku kurangi karena kalau kebanyakan waduh jadi tambah eneg. Supaya lebih variatif, aku beri taburan almond dan choc chips secukupnya. Rasanya agak pahit, dan manisnya tipis. Karena udah berhasil bikin sekali, jadi aku pede menyajikan kue ini sebagai hidangan lebaran besok. Atau boleh deh sesekali aku kirim ke temen-temen biar ikut ngerasain juga. Seneng rasanya kalau apa yang kita bikin, ikut dinikmatin temen-temen dan ngerasa enak semuanya. Hehehe.

***
Walaupun sekarang udah bisa bikin kue sendiri, tapi sebiasa mungkin enggak memakannya setiap hari biar enggak bosan. Aku tetap akan membuat kue-kue ini sebagai citarasa klangenan, supaya kita jadi ada semangat untuk bertemu di ramadan selanjutnya.

#BloggerPerempuan
#BPN30dayRamadanBlogChallenge2021
#day 27
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Alhamdulillah puasa tinggal beberapa hari lagi, yang mungkin akan bikin mellow sebagian orang termasuk aku. Entahlah, puasa kali ini tuh beda banget kayak biasanya. Kadang kerasa klentrak-klentruk, kadang semangat 45 karena jadi punya hobby baru yaitu baking. For your information, ramadan kali ini kami kehilangan 2 sepupu kesayangan, yang bikin kami jadi kelihatan lesu luar dalam. Hari-hari kami dipenuhi doa dan jaga diri di tengah pandemi yang angkan positifnya masih tinggi.

Mungkin buat sebagian orang sudah biasa beradaptasi. Ya, awalnya kami pun juga sama. Kami bahkan berani bepergian dan beberapa kali keluar kota, tentunya karena ada alasannya. Tapi satu yang kami jaga, kami selalu ngapa-ngapain bertiga. Jarang mau kumpul rame-rame dengan banyak orang, dan bersentuhan kalau enggak kepepet banget. Waktu kami mudik bulan maret lalu juga menghindari kerumunan, selalu pakai masker, dan bersih-bersih sesering mungkin. Atau misal lagi ke kantor, aku tetap pakai masker, dan meminimalisir sentuhan. Oh ya, sekarang kami beralih ke masker medis demi keselamatan dan proteksi optimal. Intinya, kami enggak mau kecolongan lagi kena Covid-19, yang tentunya bikin stress dan kepikiran.

Hence, sekarang kami memilih di rumah aja, sampai angka positifnya menurun. Kemarin aja waktu pembagian parcel di kantor, aku pilih paketin aja saking takutnya. Belum lagi kan udah diberlakukan larangan mudik selama kurang lebih 2 minggu, jadi ya aku cari aman aja. Toh sekarang aku jauh terbiasa di rumah dan keliling kota-kota aja kalau mendadak buntu.


Awal-awal ramadan, aku, alya, dan suami masih sering belanja kebutuhan bareng. Misal sembako, beli jajan, takjil, atau sesekali makan di luar. Bukan apa-apa, aku tuh gampang jenuh soalnya. Aku orangnya extrovert, butuh sering ketemu banyak orang biar bisa dapat energi kebaikan. Aku juga butuh melihat suasana luar karena enggak nyaman di depan laptop seharian. Buatku, atmosphere udara di luar dan tantangannya adalah perlu, supaya aku bisa dapat ide, atau juga kesenangan. Tapi harap dicatat, dari dulu aku seperlunya aja kalau keluar rumah. Kadang aku juga jengah, dan capek kalau udah kelamaan. 

Memasuki pertengahan ramadan kemarin, aku mulai mengurangi kegiatan di luar, dan prefer go-food, belanja on line, atau mentok nyuruh suami yang pergi sendiri. Kalau ngajakin alya bakal lebih lama, dan rempong soalnya. Jadi, alya pun juga aku kasih pengertian supaya bisa bertahan di rumah dan berusaha berkreasi biar enggak bosan. Anaknya alhamdulillah paham. Sudah semingguan lebih kami ngapa-ngapain di rumah almost 24 jam, ya minus main di lapangan kalau alya mah.

Untuk killing time, kami sebetulnya udah punya jadwal yang padat. Kesibukan kami bener-bener udah ter-manage dengan baik, sehingga kadang sampe enggak kerasa udah wayahnya mau berbuka. Jadi yah, kami tuh udah terbiasa menikmati proses dan enggak menganggap ramadan harus cepat berlalu. Justru ketika udah hampir lebaran gini rasanya berubah mellow. "Loh kok secepat ini?"

Sehari-hari kami kerja, sedangkan alya ngerjain tugas dan main. Tapi, jika sudah jam 3, kami biasanya stop semua aktivitas untuk persiapan berbuka. Enggak muluk-muluk kok, aku jabarin satu-satu aja yah.

1. BIKIN KUE
Sehabis beli oven tuh jadi kerasa banget punya aktivitas baru yang lumayan mengasyikkan. Kalau biasanya aku ke dapur, hanya untuk bersih-bersih dan masak, kini aku selalu seneng menyempatkan waktu buat bikin kue. Dulu waktu muda, boro-boro aku kepikiran mau bikin kue, nyentuh loyang aja jarang. Aku tuh paling mentok bikin nastar dan itu pun cuma bisa dilakukan di rumah Eyang. Sadar diri aja sih, misal dulu aku kepikiran pengen bikin kue, ya tentu enggak bisa terealisasikan. 

Sekarang, karena punya suami yang seneng masak, jadi dia sering bikin aku ke-trigger bikin makanan yang lebih enak dan aneh-aneh ketimbang biasanya. Sampai suatu saat tercetus beli oven supaya bisa bikin macem-macem. Lama enggak bisa kebeli, akhirnya bulan ramadan ini bisa juga nyisihin demi bisa punya kesibukan baru biar enggak stress. 

Sedikit cerita yah, kapan hari perutku sakit bukan kepalang. Iya, aku punya masalah radang usus sejak aku gadis. Rasanya sering melilit, sering kayak ketusuk, dan bikin perut kembung. Apalagi dulu aku melahirkan caesar, jadi perut tuh lebih gampang bermasalah, seperti kadang ngerasa sakit di bekas simpul benang caesar. Kalau dipikir-pikir, rasa sakitku ini muncul terutama kalau stress, atau seharian duduk di depan laptop, dan kadang ditambahi tekanan pekerjaan. Otomatis banget tuh kerasa kesakitan dan enggak nyaman. Suamiku sampai sering bilang mau dibeliin apa, atau mau diperiksain saat itu juga. Tapi aku pernah ke Dokter dan memang aku punya riwayat radang usus yang bisa kambuh-kambuhan.

Dua harian ini aku bikin-bikin kue seperti nastar, dan almond choco cheese. Kamu tahu enggak, rasa sakitku tiba-tiba hilang! Hampir malah enggak kerasa sama sekali, padahal bikin kue sambil masak tuh capek juga loh. Tapi ini tuh rasanya sueneng! Mau dibilang kue yang aku bikin enggak enak sekalipun, tapi buatku enak! Aku bangga pada diriku sendiri haha. Jadi ya bisa aku ambil kesimpulan kalau bikin kue seperti ini bisa juga buat healing karena jadi punya bahan kegiatan baru yang mengasyikkan.

Aku biasa bikin kue bareng alya start jam 3-an. Semua aku manut takaran dari resep-resep di youtube atau instagram. Supaya enggak kemanisan, dan emang aku enggak suka yang terlalu manis, aku kurangi takaran gula dan susu. Aku juga menghindari susu kental manis karena kalau di aku terasa pekat, kayak nyangkut di tenggorokan. Nastarnya ternyata enak juga kok, walaupun masih ada hint manisnya dikit, tapi enggak apa-apalah wong baru pertama. Nah, kalau almond choco cheese-nya enak, sayang pas loyang kedua over cook, jadi gosong haha. Yang penting alya sama suami bilang enak, itu udah cukup buat aku.


2. NONTON FILM
Another kegiatan seru yang bikin aku enggak stress: nonton film. Film yang aku tonton macem-macem, kayak thriller, horror, drama, history, sampai animasi. Ini lagi seneng nonton animasi sekalian biar aku punya asupan visual. Alya sering ikutan nonton tapi sambil main dan sibuk sendiri. Start-nya sama, jam 3 an. Cuma, kalau pas nonton film gini, aku pasti jadi beli makanan di luar karena enggak sempet ngapa-ngapain. Mungkin buat kalian biasa yah, nonton sambil ngapa-ngapain bisa. Kalau aku enggak, aku berusaha melihat detail pengambilan gambar, mimik actress, sampai hafalin dialognya. Bahkan aku sering kok nonton satu film selama berkali-kali. Maklum, aku harus sambil belajar dari film soalnya. Ya bukan cuma film, tapi juga program TV seperti TV Documentary, atau TVC. Semua aku libas!

3. JALAN-JALAN SORE SEKITAR RUMAH
Cara ini kalau aku udah mentok pengen banget keluar rumah dan melihat orang-orang di luar. Kadang-kadang diajak jalan-jalan keliling naik motor sambil beli takjil, atau jalan kaki sambil sekalian olahraga. Kami selalu bertiga, dan kebetulan juga kompak kalau urusan jalan-jalan. Kadang kami bisa gegoleran dan malas keluar seharian, tapi ada kalanya kami bisa happy banget keliling desa dan lihat persawahan. Nah, kalau udah lihat yang ijo-ijo, biasanya kami lebih happy dan sampai rumah krutelan bertiga sambil nunggu bedug tiba.

***
Saat ini, 3 cara di atas adalah cara paling bisa bikin waras. Enggak mungkin soalnya aku nonton film di bioskop walau aku kangen banget sama baunya dan makan popcorn. Ketakutan juga kalau misal aku memberanikan diri keluar kota hanya buat jalan-jalan saja. Atau sekarang jadi lebih nyaman ketika bisa menghasilkan kue kering sendiri, walaupun rasanya kadang ambyar. Yes, aku extrovert, tapi bukan berarti aku maksa harus bisa hura-hura di luar sana. Aku lebih mengandalkan logika dan sadar diri untuk saling jaga. Kalau semua bisa saling mengerti dan sadar diri seperti ini, insyaallah pandemi akan segera surut dan tibalah saatnya nanti kita bersua. :)


#BloggerPerempuan
#BPN30dayRamadanBlogChallenge2021
#day 26
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Jujur aja nih ya, ramadan kali ini adalah fase paling males-ku, terutama buat sahur. Selain karena aku pasti tidur larut karena kerjaan makin banyak, jadi kalau mau masak pun terasa malas. Boro-boro sahur, wong makan malam aja kadang kelupaan kok. Kacau deh pokoknya. 

Jadi, biasanya Suamiku yang ngurus menu sahur. Tenang, cuma ngangetin kok, karena kadang malamnya udah beli atau disiapin. Nah, biar agak imbang, aku tetep bikin menu praktis dong haha. Bikin agak lengkap supaya tetap ada asupan dan bisa berstamina selama puasa. Yang penting enggak pake ribet bikinnya, karena kalah sama ngantuk huhuhu. Nah, kebetulan, Suami dan Alya juga sama. Mereka tipe yang misal adanya itu, ya itu aja enggak usah repot. Apalagi sahur. Tahu banget lah, rasa kantuknya gimana.


Menu praktis yang aku maksud tersebut adalah variasi roti, smoothie buah/ sayur, salad, ataupun a bowl of granola. Makannya lahap, enggak mikir dosa-dosa di perut karena lemak jahat, juga ini adalah my comfort food. Enggak tahu yah, setiap ngabisin semangkuk granola atau salad buah penuh gitu, perutku kerasa enteng, celana tetep longgar, dan buang air besar lancar. Oh aku belum cerita ya, aku punya penyakit radang usus besar, dan harus selektif memilih makanan. Sebisa mungkin tiap hari ada asupan buah dan sayur. Misalpun pengen makanan yang berat/ aneh-aneh gitu, biasanya aku kasih makanan pembuka dulu, seperti buah-buahan. Kalau enggak ada landasan makanan sehat, bisa dipastikan perutku kerasa begah.

Begitupun ketika minum kopi. Aku penyuka kopi arabika btw. Karena kopi ini konon kopi paling aman buat penderita asam lambung, dan alhamdulillah cocok di perutku. Tiap aku minum kopi, sebelumnya aku makan secukupnya dulu, lalu cara minumnya disruput-sruput pelan. Cara ini paling aman, karena sebelum tahu bagaimana cara minum kopi yang nyaman, aku cenderung grusa-grusu, dan minum kopi sembarangan. Baik itu sachetan, atau kopi robusta yang bikin deg-deg-an.

Makan makanan sehat buat sahur, posisinya sama kayak kita sarapan. Pagi hari tuh paling bagus makan makanan sehat, biar kita bisa fit selama seharian. Aku percaya sih, karena kalau dibandingkan dengan makan nasi soto lengkap dengan pernak pernik cemilannya plus teh nasgitel, jatuhnya perut sudah penuh duluan. Kenyang sih kenyang, tapi kadang siang malah jadi ngantuk! Beneran. Berbeda kalau aku makan salad sayur dengan protein seimbang. Widih, kerasanya otak ikutan segar.

Aku nganggep sahur juga sama kok. Kadang kalau siang kan kita klentrak-klentruk, bedanya cuma lebih kerasa haus dan sering dehidrasi apalagi kalau kepanasan, nah, misal paginya kita makan menu sehat, insyaallah sesiangan mood kita stabil, lebih kalem. Stamina tetap ada, dan sesuai porsinya.

Untuk resepnya, aku sendiri biasa mix and match alias campur apa aja stock di rumah. Misal ada buah, ya jadiin smoothies buah, misal ada sayur hijau ya digadoin atau direbus aja biar seger. Tapi aku breakdown beberapa menu favorit aku yah.

1. GRANOLA AND YOGURT BOWL
Ini sebetulnya bisa buat buka puasa juga. Tapi tentatif sih, soalnya enak dimakan kapan aja. Kalau sahur pun, sebelum makan makanan yang agak berat, kadang aku makan ini dulu. Granolanya biasanya cuma 2 sendok makan, campurin dengan 2 sendok makan greek yogurt (aku suka rasa plain), terus kadang aku tambahin buah naga karena buah ini menurutku paling enak buat campuran. Rasa manisnya ada, tapi padet, dan enggak eneg. Cocok buat hidangan pembuka, dan enak kalau dimakan dikit-dikit aja.

2. SALAD SAYUR + SMOKE BEEF
Di rumah, aku selalu sedia selada, dari selada air, lettuce, atau romaine. Selain itu tomat cherry, mayonaisse, keju, sampai slide daging asap frozen supaya kalau males, bisa langsung bikin salad. Semua bahan sayuran aku cuci bersih dan potong sesuai selera. Kemudian daging asap dipanggang pakai teflon yang udah dioles margarin, terus potong kecil-kecil. Alternatif lain misal enggak ada daging asap, kalian bisa juga pakai telur rebus. Nanti kalau udah siap semua, campur sayur dan beef/ telur rebus di mangkok atau piring besar, lalu perciki dengan Extra Virgin Olive Oil dikit aja, baru tambahkan mayonnaise jika suka. Lebih enak lagi ditaburi wijen, wah bakalan terasa lebih wangi dan enak. Salad sayur satu mangkuk kayak gini aku bisa habis sendiri. Again, aku ngerasa sangat sehat dan berenergi.

3. TEH PANAS/ JUS BUAH
Another menu yang selalu aku suka buat tambahan stamina. Kadang aku ngerasa harus ada asupan gula supaya lebih bertenaga. Soalnya dulu zamannya masih nyusuin Alya, aku tuh sering loyo dan kurus banget. Suatu ketika, aku nanya ke dokter kenapa aku sangat lemes, apa karena asupanku kurang? Padahal tiap hari rasanya aku makan banyak. Eh ternyata, aku kurang gula. Dan seketika itu juga, aku selalu menyempatkan diri minum teh/ kopi dengan takaran gula yang normal. Efeknya apa? Bisa ditebak ya, aku langsung giras dan bisa ngerjain apa-apa tanpa ngeluh kecapekan. Hahah, mantap ya.

Jadi menurutku, berbekal pengalaman yang pernah aku alami, porsi makan kita tuh harus ada takaran sesuai kebutuhan. Misal badanku kecil, sehari-hari aku cuma di rumah dan mentok olahraga lari, aku harus bisa nyeimbangin. Enggak usah banyak-banyak, sebutuhnya aja, karena tentu akan berbeda dengan atlit olahraga misalnya. Aku juga bukan vegan kok, aku masih makan protein dari ikan, ayam, sapi, telur, karena kalau aku cuma makan sayur dan buah, kadang aku loyo. Apalagi aku darah rendah, sering kerasa pusing dan tangan sering basah. Aku butuh asupan protein hewani supaya lebih berenergi. Tenang, enggak berlebihan kok, sekarang aku tahu batasan.

Karena aku percaya, you are what you eat, apa yang kamu makan biasanya akan berpengaruh besar pada keseharian. Kalau kita lemas kurang makan, bisa bikin enggak maksimal dalam bekerja. Atau kalau kita kekenyangan akibat makan berlebihan, bisa mengancam kesehatan. Jadi kalem aja, semua lebih enak serba secukupnya, sepantasnya.

#BloggerPerempuan
#BPN30dayRamadanBlogChallenge2021
#day 25
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

HELLO!


I'm Yosa Irfiana. A scriptwriter lived in Magelang. Blog is where i play and share. Click here to know about me.

FIND ME HERE

  • Instagram
  • Twitter
  • Facebook
  • Google Plus

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  January 2023 (1)
  • ►  2022 (14)
    • ►  December 2022 (1)
    • ►  October 2022 (1)
    • ►  August 2022 (2)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (1)
    • ►  April 2022 (2)
    • ►  March 2022 (2)
    • ►  February 2022 (3)
    • ►  January 2022 (1)
  • ▼  2021 (60)
    • ►  December 2021 (1)
    • ►  November 2021 (3)
    • ►  October 2021 (3)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (2)
    • ►  June 2021 (3)
    • ▼  May 2021 (15)
      • REVIEW WHITELAB ACNE CREAM
      • REVIEW AZARINE HYDRASOOTHIE SUNSCREEN GEL SPF 45+++
      • REVIEW SOMETHINC 5% NIACINAMIDE + MOISTURE SABI BE...
      • SELF REWARD
      • SKINCARE UPDATE DURING RAMADAN
      • IED BEST MOMENT
      • MUST HAVE COOKIES RAYA FOR IED
      • RUTINITAS SAAT MENUNGGU BUKA PUASA
      • MENU PRAKTIS BUAT SAHUR
      • RESEP FAVORITE SAAT RAMADAN
      • KEEP PRODUCTIVE
      • OLAHRAGA DI SAAT RAMADAN
      • FUN THINGS MY FAMILY DURING RAMADAN
      • RAMADAN FASTING DURING PANDEMIC
      • THE LIFE I YEARN FOR
    • ►  April 2021 (21)
    • ►  March 2021 (2)
    • ►  February 2021 (2)
    • ►  January 2021 (5)
  • ►  2020 (44)
    • ►  December 2020 (5)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  October 2020 (4)
    • ►  September 2020 (5)
    • ►  August 2020 (3)
    • ►  July 2020 (7)
    • ►  June 2020 (6)
    • ►  May 2020 (1)
    • ►  April 2020 (4)
    • ►  March 2020 (2)
    • ►  February 2020 (3)
    • ►  January 2020 (2)
  • ►  2019 (89)
    • ►  December 2019 (5)
    • ►  November 2019 (7)
    • ►  October 2019 (6)
    • ►  September 2019 (10)
    • ►  August 2019 (6)
    • ►  July 2019 (6)
    • ►  June 2019 (9)
    • ►  May 2019 (9)
    • ►  April 2019 (8)
    • ►  March 2019 (7)
    • ►  February 2019 (7)
    • ►  January 2019 (9)
  • ►  2018 (135)
    • ►  December 2018 (21)
    • ►  November 2018 (17)
    • ►  October 2018 (9)
    • ►  September 2018 (9)
    • ►  August 2018 (10)
    • ►  July 2018 (9)
    • ►  June 2018 (12)
    • ►  May 2018 (9)
    • ►  April 2018 (9)
    • ►  March 2018 (9)
    • ►  February 2018 (10)
    • ►  January 2018 (11)
  • ►  2017 (116)
    • ►  December 2017 (8)
    • ►  November 2017 (7)
    • ►  October 2017 (8)
    • ►  September 2017 (9)
    • ►  August 2017 (8)
    • ►  July 2017 (11)
    • ►  June 2017 (8)
    • ►  May 2017 (11)
    • ►  April 2017 (8)
    • ►  March 2017 (12)
    • ►  February 2017 (15)
    • ►  January 2017 (11)
  • ►  2010 (9)
    • ►  November 2010 (9)

CATEGORIES

  • HOME
  • BABBLING
  • BEAUTY
  • FREELANCERS THE SERIES
  • HOBBIES
  • LIFE
  • PARENTING
  • BPN 30 DAY BLOG CHALLENGE
  • BPN 30 DAY RAMADAN BLOG CHALLENGE 2021

BEAUTIESQUAD

BEAUTIESQUAD

BLOGGER PEREMPUAN

BLOGGER PEREMPUAN

EMAK2BLOGGER

EMAK2BLOGGER

Total Pageviews

Online

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose