YOSA IRFIANA

Powered by Blogger.
For the first time, terhitung sejak Alya lahir, Alya mengalami juga yang namanya panas tinggi  hingga mencapai 40,2°C. Panik? Iya jelas, dan enggak pakai pikir panjang, kami bawa ke rumah sakit saat itu juga.


Sudah seperti yang aku ceritakan sebelum-sebelumnya, Alya didiagnosa Bronkitis dan butuh konsistensi sama pola hidup sehat. Ada kalanya kami capek dan ngasih Alya jajan pasar yang mengandung pewarna buatan. Jujur, ada masanya kami sebal karena Alya ternyata gampang bosan, sementara skill masak kami enggak seberapa. Kalau sudah gitu, Alya kami nekad belikan ayam crispy di luar, sambil ngerasa bersalah juga karena setelahnya, Alya enggak kunjung sembuh seperti anak sehat pada umumnya. 

Sometimes i just want to realize, we are just human. Sebagai orang tua biasa, kami sering capek ngurus Alya. Belum beli obat, belum penyembuhan, belum bikin makanan sehat terus. Almost 24 kami harus siaga termasuk pada malam tiba. Jaga-jaga kalau Alya kambuh batuk ngikilnya, jaga-jaga dia panas demam, jaga-jaga dia keringetan dan sekujur badannya basah semua. Jujur capek, beneran. Tapi kalau kalian nanya, apakah kami ikhlas melakukan yang terbaik buat Alya? Definitely yes, ini tanggung jawab kami. Enggak usah meragukan usaha kami, ya walaupun kalau kami sedang banyak kerjaan dan harus ngejar deadline, energi kami enggak se-powerful waktu masih muda. We try our best buat ngasuh Alya. Cuma sesekali ingat omongan temen yang bilang, kalau kami cuma mikir straight banget sama makanan, justru Alya makin gampang ringkih. I don't know, but i'm still confuse, as always.

Aku paham kok, ngurus Alya yang ekstra ini terbayar lunas begitu lihat anaknya yang lincah dan aktif. Kemampuan berpikirnya kritis, pelajaran di sekolah juga alhamdulillah bisa ngejar. Kalau kata Suami, yang ada di otak Alya ini bermain dan bermain, tapi kadang enggak berbanding lurus dengan fisiknya. Sampai sering Alya ngigau bermain dan becanda sama temen-temennya. Bahkan kadang kalau malam ia cuma bisa di rumah dan bengong karena bingung mau ngapain. Dalam hati kasihan juga, makanya, kalau aku berdoa, yang nomor satu pasti terucap Alya.

Baru-baru ini aku sempet jumawa karena bangga Alya sudah lepas antibiotik yang ia konsumsi sudah lebih dari 2 bulan. Nafsu makan oke, minta makan terus malah, ya walaupun harus gonta-ganti. Tapi aku perhatikan, tiap batuk, BB Alya pasti turun. Kelihatan agak kurusan siapa yang tega. Aku juga kerasa banget obat-obat generik sudah jarang yang mempan. Ini basic dari pengalamanku sendiri lho ya. Makanya, pengobatan Alya sekarang enggak pakai BPJS lagi. Bukan salah BPJS sih, tapi karena Alya sudah terkontaminasi obat-obatan sudah lama, mana antibiotik terus. Jadi, obatnya enggak bisa yang biasa.

Nah, beberapa hari kemarin kan obat-obatannya habis tuh, padahal batuknya masih. Aku langsung stop ke Dokter dan googling apakah bronkitis ini bisa kami tangani dan obatin pakai ramuan herbal yang aku bikin sendiri. Well, mikirnya gampang sih. Kan Dokter bilang Alya ini sakitnya mostly karena makanan yang kurang sehat, so, apakah mungkin bisa juga disembuhkan dengan makanan juga? I mean, aku mencari tahu bahan makanan sendiri seperti jahe, kencur, kunyit, jeruk nipis, lemon, sereh, atau apalah, dan harus diminumkan rutin. Boleh jadi ini semacam jamu, but  why don't we try it?

3 hari berturut-turut aku bikinin ramuan dari kencur diparut + madu dikasih air 5 ml, lalu disaring. Jadinya kayak obat gitu diminum langsung glek glek glek. Cukup ada perbedaan kok ternyata, batuknya berkurang pelan. Paling PR nya ya pas subuh-subuh doang pas angin malam sedang kencang. Selebihnya oke. 3 hari enggak aku kasih obat menurutku sudah much better, efeknya sama. Kan konon kencur, kunyit, madu, bisa menambah daya tahan tubuh serta antibiotik alami.

Kupikir sudah dong, bakalan sembuh dengan sendirinya. Tapi sayangnya, ada satu kejadian yang bikin dia demam tinggi dan harus ke Dokter lagi. Tepatnya setelah pulang sekolah dan aku menawarkan beli serabi. Sampai di sana, Alya minta makan langsung, padahal biasanya dibawa pulang. Nah, tempat jualan serabi itu, cara masaknya pakai kayu, yang otomatis ada asap dari tungku yang dihasilkan. I'm so sorry, kupikir asapnya ya biasa saja sih, enggak yang terlalu mengebul gimana, tapi ternyata, Alya yang enggak kuat.

Bener dong. Sampai rumah langsung demam enggak pakai angkatan. Panas awal berkisar 37°C. Penanganannya kami kasih paracetamol yang ada di rumah. Tapi enggak turun-turun. Malamnya malah jadi naik ke 38°C. Kami enggak henti-hentinya kompres dan kasih air putih sepanjang malam, sampai paginya bisa turun. Alya aku izinin buat enggak sekolah, lalu aku kasih kencur sama madu lagi, sementara untuk badannya aku pijetin pakai bawang merah. Banyak sih yang nyaranin kasih bawang merah, sambil nginget-nginget dulu pas bayi kayaknya pernah juga deh dipjet sama eyangnya pakai bawang, tapi lupa hasilnya gimana. Tapi boro-boro panas turun, yang ada ternyata kulit Alya jadi bruntusan sepunggung. Kadang kumemang mengindahkan omongan orang sih ya.

Well then, siang itu Suami tiba-tiba panik karena jam 2, suhu tubuh Alya mencapai 40,2°C. Ini baru pertama kalinya Alya setinggi itu. Kami enggak pikir panjang sih, langsung bawa Alya ke rumah sakit biar cepat tertangani. Jujur nih, aku takut Alya enggak kuat dan bisa kejang. Hal ini dibuktikan sama Dokter yang bilang bahwa Alya termasuk anak yang kuat dengan demam setinggi itu. Di Rumah Sakit, Alya langsung dikasih obat penurun panas yang dimasukkan dari dubur. Anaknya kaget, ngerengek karena bingung mau diapain, tapi namanya Alya, anaknya lebih sering pasrah karena dia tahu, kalau berontak enggak bakal sembuh.

Kami nunggu sekitar setengah jam, agak ketar-ketir juga misal Alya disarankan opname. Makanya, kami saling nyemangatin supaya sama-sama kuat. Tak lama kemudian Dokter datang dan bilang Alya aman. Alya cuma diresepin Sanmol dan Imunos, enggak ada antibiotik. Lega juga sih. 

Yang jadi catatan aku di sini, adalah cara kami menangani demam mungkin kurang tepat. Pertama, Alya dengan BB badan 17 kilogram, seharusnya dapat 120mg dengan dosis 8ml. Yang kedua, pemberian bisa diulang per 4 jam, setelah anak makan. Jika demamnya sudah turun dan enggak terlalu tinggi, dosisnya baru 8 jam sekali. 

Setelah pulang, kami makin memperhatikan jadwal-jadwal Alya seperti makan, jam istirahat, aktivitas, serta pemberian obat. Alya kami pastikan dapat asupan yang bergizi, dengan rutin minum air putih hangat sebanyak-banyaknya. Setelah itu baru minum obat, baru bisa istirahat. 2 hari dalam masa penyembuhan, Alya terhitung 2 kali tidur siang.

Oh iya satu lagi, kadang ada kan orang yang biarin anaknya enggak mandi ketika sakit? Padahal sebenernya, mandi air hangat itu bagus untuk membuang kuman dan membuat tubuh terasa segar dan bersih. Alya tetap aku mandiin 2 kali sehari. Bahkan kalau malam dia keringetan, kami elap-elap atau bahasa jawanya sibin pakai air hangat.

Hasilnya, demam Alya cepat turun. 2 hari setelahnya Alya bisa beraktivitas seperti biasanya. Walaupun dia masih gampang capek dan enggak kuat untuk aktivitas berlebih kayak upacara. Ini Alya masih aku rutinin minum kencur madu, selang seling sama kunir campur asem. Terus aku kuatin juga sama sayur mayur dan buah. Terus satu lagi, roti. Di rumah selalu sedia roti karena Alya sekarang makannya banyak. Banyak tapi enggak gendut-gendut kayak dulu, sedih deh.

Terimakasih buat semua do'anya ya. Semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan kekuatan. Aamiiin amiiin ya rabbal alamin.

Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Sudah standartnya kalau anak umur 4 tahun akan lebih banyak bertanya soal kehidupan di sekitar dan apa yang menjadi kegelisahannya. Sebagai orang tua yang apa-apa googling dan apa-apa curhat dulu for the sake of sanity, tentunya aku paham bahwa gimanapun semua pertanyaan harus dijawab dengan sebenar-benarnya. Apapun pertanyaannya, jawab secara jujur, logis, dan jangan pernah membohonginya atau efek buruknya akan lebih panjang.

Jadi seperti yang kita semua suarakan di Indonesia ini sejak kecil, bahwa berbeda-beda tetap satu jua. Beragam budaya, ras, suku, agama, sampai warna kulit yang bagi kita-kita yang sudah besar nalar gini sih enggak masalah. Tapi bagi anak?

Dulu waktu aku SD saja masih banyak loh yang nge-bully temen karena kulitnya hitam, atau rambutnya keriting? Bahkan sampai ada yang dimusuhi dan diasingkan padahal mah kodrat tersebut sudah dari sononya. Menyerang fisik itu acapkali dilakukan demi mendapat kepuasan. Padahal kalau dipikir-pikir, merendahkan fisik seseorang bukankah sama seperti menjelek-jelekkan karya SANG PENCIPTA? Fisik kok jadi bahan becandaan. Lucunya dimana?

Jargon Indonesia punya keragaman, pada prakteknya, enggak semudah diucapkan. Buktinya, sekarang orang masih saja sentimen sama sifat kedaerahan. Buktinya, kita pakai sanggul dan kebaya sebagai identitas Indonesia dibilang enggak sesuai kaidah agama. Buktinya, banyak orang masih berlomba-lomba berkulit putih biar dikatain sempurna.

Buatku, semua ke-bullshit-an ini harus segera dienyahnya. Ya paling enggak, aku punya movement  kecil untuk generasi bangsa. Seperti ketika sempat Alya bertanya, "Ma, kenapa kita berbeda?", yass gurl, aku sudah ada jawabannya.


Seperti yang sudah aku bilang sebelumnya. Di telingaku lebih akrab 'mengurusi orang lain' ketimbang mengurus dirinya sendiri. Orang tuh selalu akan menyamaratakan pemikirannya, sebab itu mutlak untuk menjadi patokan. I hope this is not real, but, pengalamanku seperti itu adanya. Entah itu dari keluarga, lingkungan, maupun temen semasa kecil.

Aku inget banget, waktu SD adalah masa yang suram. Bullying datang menyerang karena tubuhku kecil dan pendek. Aku memang kurang dalam pelajaran berhitung dan sains, tapi aku punya sense of art yang cukup baik sehingga sering diikutkan lomba menggambar, menari, atau menyanyi. Cuma ya gimana ya, kelebihanku enggak dianggap tuh. Yang dianggap ya mereka-mereka yang pintar matematika dan IPA sehingga dapet rangking di kelas. Belum lagi pilih kasih karena orang tuanya kaya, kulit si anak putih bersih, rambutnya lurus, atau badannya tinggi. 

Sifat-sifat semacam ini nih yang kudu dihilangkan supaya kita memandang perbedaan sebagai hal yang wajar. Ya beda itu enggak apa-apa, justu kadang malah dibutuhkan supaya kita punya keragaman buat saling melengkapi. Kalau boleh saran nih, mbok kita tuh konsen kelebihan saja ketimbang nyari celah kekurangan.

Suamiku pernah bilang, "sejak kecil, kita memang 'diseragamkan'". Which means, ini bagus sih agar kita berlaku adil dan menyamaratakan kelas sosial. Bangga rasanya lihat anak sudah memakai seragam, apalagi kalau sekolahnya tipe sekolah bergengsi dan kompetitif. Tapi di sisi lain, seragam tuh sama saja membatasi ruang gerak dan karakter kita. Bayanganku langsung tertuju pada sekolah Kolese De Britto di Jogja. Di sana seragamnya cuma hari senin doang. Terus hari selasa-sabtu, bebas asal sopan. Sedangkan untuk penampilan, mau kamu gondrong, botak, keriting papan, it's okay asal kamu pintar. Nah, yang gini ini nih yang bikin aku mikir, "kenapa sih, kita enggak dibebaskan sama cara kita berpenampilan?", "Bisa enggak sih, seragam itu enggak kudu setiap hari dan anak dibebaskan memilih apa yang menjadi ciri khasnya?"

Terbukti waktu kuliah, di kampusku kan banyak banget mahasiswa dari mana-mana, jadi ya seada-adanya kita ketemu orang dari timur dengan rambut gimbal, atau bahkan ada juga wanita-wanita yang pakai cadar. Kami semua lebur jadi satu, tanpa memandang perbedaan itu. Paling kalau beda pendapat, ya murni karena berbeda pemikiran, bukan karena karakter penampilan. Ada sih yang pakai hotpants sama baju kutungan ke kampus, tapi kalau masuk kelas ya teteup ganti dengan pakaian sopan. Yang katanya makluk seni itu paling enggak punya aturan, sejatinya kami malah sadar bahwa setiap individu punya pilihan.

Nah, masalah seragam yang aku bahas ini, sampai pernah bikin Alya kaget. "Wah, si C kalau enggak pakai jilbab ternyata keriting ya ma". Atau pernah juga dia nanya, "kenapa sekolahnya si B enggak pakai jilbab?"

Pertanyaan ini sebetulnya ada pas Alya sekolah PAUD. Yang mana sekolah mewajibkannya untuk menjadi sholelah, agama islam yang utama, sampai ada yel yel "islam-islam yes, kafir-kafir no!" May be itu masuk ke kurikulum atau gimana ya, i don't know. Tapi yang jelas, itu PR banget buat ngejelasin, menetralkan lagi menjadi anak kecil yang innocent, dan mengingatkan anak agar tidak mempermasalahkan perbedaan. Well, i think, aku cuma salah milih sekolah sih sebetulnya, dan beruntung TK ini dia sudah jauh berbeda.

Alya sudah mulai nalar dan didukung oleh sekolah TK nya yang baru ini. Di sana memang ada yel-yel "Islam..islam, yes!" Tapi cuma sampai situ saja, enggak dilanjutkan kofar kafir kofar kafir. Ya keleus kita sebagai manusia yang sama berdosanya bisa mengkafirkan orang dengan mudah. Nanti kalau enggak terbukti, malah kita sendiri loh yang kafir sendiri. Okay, pakai menyadur Al-hadist biar tidak dikira HOAX.

‎وَمَنْ دَعَا رَجُلًا بِالْكُفْرِ أَوْ قَالَ عَدُوَّ اللَّهِ وَلَيْسَ كَذَلِكَ إِلَّا حَارَ عَلَيْهِ

Barangsiapa memanggil dengan sebutan kafir atau musuh Allah padahal yang bersangkutan tidak demikian, maka tuduhan itu akan kembali kepada penuduh" (HR Bukhari-Muslim)


Okay, aku enggak mau debat soal agama, karena pasti bakalan panjang dan i'm not that expert. I'm still learning. Menyambung pertanyaan Alya yang aku yakin sih, di luar sana juga banyak anak bertanya soal perbedaan, aku punya jawaban yang cukup masuk akal. Setidaknya sudah aku praktekkin di Alya, dan it works.

Aku bilang ke Alya,
"Coba bayangin deh Al, kita semua itu sama. Kamu sama si A, si B, sama. Hidungmu mancung semua, rambutmu lurus semua, kulitmu putih semua, kalian pengen jadi pilot semua. Terus mama sama kayak ibu-ibu yang lain. Papa juga sama kayak bapak-bapak yang lain. Lalu kita membedakannya dengan apa? Gimana kalau jadi pilot semua? Siapa yang akan jadi petani? Siapa yang akan jadi polisi?"

Di situ Alya kayak mikir gitu sih. Matanya sampai kemana-mana, dan enggak lama kemudian dia mengangguk, "Ooooh iya ma. Alya mudeng"

Konsep perbedaan yang harus ditekankan adalah bagaimana kita semua ini punya ciri khas, punya masing-masing skill yang bisa saling melengkapi. Kalau masih susah menjelaskan, kasih contoh real yang sekiranya dekat dengan anak. Again, jangan mengada-ada. Nanti anak malah terbiasa enggak pakai logika. Kalau Alya, dia tuh suka robocar poli. Ada salah satu video di youtube-nya yang isinya cuma lagu-lagu doang sih, tapi isinya tentang keragaman bahasa, budaya, sampai keajaiban dunia. Alya seneng banget tuh, ngerasa kalau ternyata belajar ragam bahasa asyik juga ya. Terus dia suka juga sama pakaian-pakaian adat dari berbagai penjuru dunia yang bagus-bagus katanya. Lega sih dengernya.

Jadi, menurutku, kalau mau menjelaskan ke anak, kudu didukung sama lingkungan juga. Masa' sudah susah payah kita ajarin di rumah, tapi praktek sosialnya ternyata banyak yang enggak nerima. Ya kan zonk. Paling tidak, ada satu dua gerakan kecil lain supaya anak ngerasa ada bukti, dan sadar bahwa apa yang kita ajarkan itu baik.

Intinya apa? Kita sebagai orang tua lah yang harus menerima dulu. Apakah selama ini kita mempermasalahkan perbedaan atau justru masih terusik jika masih ada yang tidak sesuai sama keinginan kita. Karena sejatinya anak kan cerminan orang tua, betul kan? :)
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Dunia Beauty Creator tentunya enggak akan pernah bisa lepas dari yang namanya foto, maupun video. Entah itu untuk foto produk, proses editing, ataupun retouching hasil jepretan kita. Nah, sebagai blogger, salah satu hal tersusah adalah ketika mendapatkan produk lipstick. Apalagi kalau lipsticknya enggak cuma satu dua shade saja. Mana bibirnya cuma satu, rentan pecah-pecah pula. Gimana sih nyiasatin itu semua? 

Kali ini Beautiesquad menghadirkan Rissa Lippielust dalam Ngopi Cantik #9 untuk membahas ini semua. Kalian ketinggalan acaranya? Tenang, sudah aku rangkumin nih. Dibaca sampai tuntas ya.


Berbeda dengan Ngopi Cantik sebelumnya, kali ini, dibuka seperti diskusi dengan suasana yang lebih hangat dan dekat. Menghadirkan Rissa Lippielust sebagai narasumber, topik pembahasannya adalah Lipstick Swatching 101.

Rissa menjalani Lippielust sudah 5 tahunan lebih. Mulai serius pada tahun 2014, namun sebenernya sudah suka swatching waktu Rissa masih kerja sebagai freelance graphic designer. Sekarang ini Lippielust adalah tim, ada yang berperan sebagai kreatif, finance, PR/Manager, videographer, dan soon akan ada photo retoucher juga.

INSPIRASI UNTUK MENJADI SWATCHER

Sudah pasti karena dulu Rissa ngerasa susah banget untuk cari swatches lipstik di kulit Asia, khususnya Indonesia. Biasa beli lipstik, liatnya di kulit bule eh pas dipake zonk banget.

Nah, dari situlah Rissa mulai seneng swatching lipstik. Sembunyi-sembunyi aja karena dulu ngerasa malu. Belum lagi efek dari bullying yang sampe sekarang juga masih kerasa efeknya. Dulu, Rissa pernah di-bully karena katanya bibirnya kaya piyo-piyo.

Tapi lama kelamaan, Rissa dapet support dari suami (saat itu masih pacar), karena swatching lipstick itu terasa relaxing dan surprisingly back then, banyak yang ngerasa swatches-nya bermanfaat. Tapi memang banyaknya followers Rissa justru dari luar negeri, terutama US dan Amerika Selatan karena mereka bisa relate betapa swatches saat itu sangat exclusive (banyaknya yang berkulit putih aja).

DURASI MENGERJAKAN SWATCHING MULAI DARI FOTO PRODUK HINGGA UPLOAD

Kalau proses foto & editing, kalau ditotal itu bisa 3 hari atau lebih. Kalau sama scheduling & blog, bisa semingguan. Begini breakdown-nya:

Contoh:
Senin, fotografer produk foto produk dulu. Supaya tube-nya gak kotor. Dan kalau lipstik biasa (lipstik klasik) kan sayang ya kalau swatch duluan baru difoto produknya. Makanya, selalu dahulukan foto produk daripada foto swatches.

Lanjut, Selasa foto arm swatches. Biasanya, kalau gak terlalu banyak, kita buatkan styled arm swatches (yang digambar), dan juga pastinya classic swatches. Ini juga bisa 1-3 brand, tergantung banyaknya warna.

Lanjut, Rabu foto lip swatches 1 produk yang terdiri dari 5 warna. 5 warna masih aman, gak terlalu banyak tapi gak sedikit juga. Jadi di hari rabu itu, mbak Anggi (manajernya Lippielust) masukin jadwal aku untuk foto. Dalam 1 hari itu bisa 1-3 brand yang difoto, tergantung banyaknya warna.

Setelah itu, Kamis, baru bisa bikin blog. Biasanya tim Lippielust kerjakan content ini minimal 1 minggu sebelum tayang. Biasanya Rissa, hari Kamis dan Jumat gak ke kantor, supaya bisa fokus edit foto dan juga bikin blog.

MENGATASI RASA BOSAN KETIKA SWACTHING LIPSTICK

Untuk mengatasinya? Biasanya main game, jalan-jalan, makan, beres-beres rumah, atau tidur seharian. Konten di Lippielust itu 90% non-sponsored IG posts, jadi enggak ada pengaruhnya juga kalau gak swatch/post apapun di IG.

Burnout itu bahaya, jadi kalau udah ngerasa capek mentally, ya istirahat. Enggak perlu dipaksakan.

Rissa pernah loh menghilang dari IG sampe 3 bulan (kalau gak salah). Di tahun ini sampe 2 bulan, tahun lalu sebelum berhijab sekitar 3 bulanan menghilang.

Sampe sekarang pun, Rissa kalau udah ngerasa jenuh, stop ngelakuin apapun. ide itu datengnya dari pikiran yang fresh, kalau pikiran kita sendiri udah capek, mental kita lagi gak bener, dipaksakan juga percuma.

TANTANGAN BIKIN SWACTH LIPSTICK

Kita bicarakan pas Rissa mulai, karena kalau sekarang, perspektifnya udah lain.
- Kalau dulu, tantangan paling besar buat Rissa adalah gimana caranya cari cahaya matahari yang bener-bener bagus. Karena gak ada ring light, gak ada kamera, modalku cuma PC dan Photoshop karena memang kerjaanku dulu adalah Graphic Designer, dan sedikit-sedikit bisa photo retouching.

Rissa dulu tinggal di Sukabumi, kalau dulu sih aku bilang Sukabumi itu Islandia-nya Indonesia karena sepanjang tahun jarang banget ada matahari. Kalau ada matahari, paling cuma sejam-dua jam. Jadi ya itu salah satu tantangannya. Buatku, cahaya matahari adalah sumber lighting terbaik sampai sekarang. Bahkan sekarang peralatan lighting udah alhamdulillah lengkap, tetep kita pakai cahaya matahari juga supaya warna fotonya cantik.

- Kedua, bibir harus bener-bener siap. Enggak boleh pecah-pecah. Setiap kali bibir pecah-pecah, itu udah pasti fotonya ditunda. Ini sampe sekarang masih kaya gini.

- Ketiga, kalau dapet produk lip stain. Itu kan susah banget dihapusnya ya. Apalagi pas foto untuk katalog Make Over Lip Stain kemarin, jujur itu bikin cape banget karena warna stainnya bener-bener nempel di bibir dan tangan.

MUST HAVE TOOLS UNTUK PEMULA

- Keberanian. Karena gak jarang juga pengen coba lip swatching tapi gak pede. takut di-bully/judge, dll. Tapi serius sih. Dulu Rissa cuma pake kamera belakang hape. Pakai smartphone pun bisa kok. Apalagi smartphone jaman sekarang udah canggih-canggih. Nah kalau udah pakai kamera, mungkin kalian rata-rata udah pakai kamera ya.

- Selalu gunakan tripod dan timer (kalau ada), belajar pose dari awal, supaya nantinya terbiasa dengan posenya.

- Tools lainnya ya makeup tools aja semacam lipstick remover, sponge (kalau udah dihapus kan biasanya suka agak rusak tuh foundie), itu harus ada di jangkauan duduk kalian.

- Oh yaa... kalau bisa duduk ya, karena biasanya lama.
Tidak ada tools spesifik sih untuk swatching, sebenernya gampang kok. Tapi setelah swatching, ada proses editing. Ini mungkin bagian complexnya.

Photo retouching itu enggak haram. Kadang ada aja yang ngerasa kalau "fotonya di-photoshop ya". Malah ada lho pekerjaan "photo retoucher" karena memang tugas mereka adalah meng-enhance foto. Photoshop sendiri adalah software professional untuk photo editing/digital imaging, isinya enggak cuma untuk ubah-ubah bentuk badan atau ngebeningin muka aja biar keliatan lebih flawless dan tirus, tapi Photoshop itu bener-bener powerful, gear-nya cuma HP tapi editingnya di photoshop, bisa dapet foto layaknya professional shots.

Jadi, it's safe to say that it's important to have Photoshop too.

BAGIAN KRUSIAL SAAT PROSES EDITING

Jangan foto sekali lalu warnanya diubah-ubah setelahnya ngikutin warna shadesnya. Mau sebanyak apapun lipstiknya, harus dijalanin (swatch satu persatu).

Selain itu, it's ok if you want to adjust the brightness of the photo, color correct warna lipstik, dihalusin pori-porinya, itu gak papa. Asal jangan overdo.

"Color correct" itu gak tau kenapa di beauty community kesannya kayak ngebohongin, padahal apa yang kita ingin tangkap di kamera, belum tentu bisa dihasilkan oleh kamera itu sendiri. Mau sebagus apapun lightingnya.

Beberapa waktu lalu Michelle Phan (owner EM Cosmetics), pasang IG Story tentang dia lagi Color Correct swatches liquid lipsticknya. Itu wajar banget dan udah biasa juga untuk dilakukan. Pokoknya jangan overdo.

KARAKTER DAN BENTUK BIBIR YANG ASIMETRIS

Dulu bibir Rissa juga asimetris. Kalau pake lipstik selalu dibuat keluar garis. karena pas jaman kuliah rahangku pernah dislokasi, jad aku pikir karena itu. Tapi ternyata karena gigi Rissa berantakan (setelah copot behel gak pake retainer). Caranya adalah dengan menggunakan lip liner dengan warna senada dengan lipstiknya. Kalau misal terlalu repot, kamu bisa pakai photoshop.

Catatan pentingnya: kamu akan terbiasa pakai photoshop untuk terus menyeimbangkan bentuk bibir kamu. apa kamu siap untuk itu?

Kalau diliat, gigi aku sekarang masih berubah-ubah posisinya karena lagi dibenerin lagi pakai behel. Jadi senyumnya pun berubah-ubah. Tapi tetep aja ciri khas dari bibir tetep keliatan.

Jadi saranku sih, lebih pede aja sama bibir yang kamu punya. Mungkin disitulah ciri khas kamu nantinya.

Kalau sampe mirror sih kok kayaknya jadinya serem ya, soalnya setiap manusia itu, tubuh kanan dan kirinya beda, bener-bener asimetris. Biasanya kalau editing foto swatches, aku correct warna dan pakai liquify kalau diperlukan.

Tools yang biasa aku pake di photoshop:
- Spot Healing Brush tool (biasanya untuk menghilangkan zits / jerawat), Clone Stamp Tool, Mixer Brush Tool, High Pass / Sharpen, Eyedropper Tool, dan Liquify
- Sama kalau color correct, maininnya Adjustment. Yang paling sering dipakai: Brightness / Contrast, Color Balance, Hue / Saturation, dan Levels.

MENGATASI RASA TIDAK PERCAYA DIRI AKIBAT KULIT WARM UNDERTONE, TAPI DAPAT LIPSTICK COOL UNDERTONE

Jangan dipaksakan. Tujuan swatching adalah membantu orang lain yang kulitnya sama kaya kita, jadi kalau hasilnya ternyata cool banget di kulit, ya memang udah seharusnya seperti itu.

Sekedar sharing, kalau sedang buat katalog (misal: W****H), mereka gak minta warnanya harus sesuai dengan yang mereka inginkan, dan belum tentu juga kan warnanya sama di kulit semua orang. Jadi kalau misal lihat swatchesku yang warnanya seperti itu, ya berarti memang seperti itu di kulitku.

Kalau maksudnya color correcting, itu kalau misalnya lightingnya ternyata terlalu terang, atau terlalu gelap, atau misal pas aku swatch warnanya kurang vibrant, atau kurang muted.

Ketika photo retouching, biasanya aku bawa sekalian sama lipstik-lipstiknya, lalu dipake lagi di bibir atau di swatch lagi di tangan untuk lihat warna seharusnya seperti apa di kulitku.

Dan sebisa mungkin, kalau mau pakai teknik aku (swatch ulang di bibir dan tangan), retouch foto swatchnya jangan di tempat gelap, malah lebih baik kalau pas siang hari. Makanya aku jarang edit foto swatch malem-malem.

Sebetulnya, tidak semua warna bisa cocok lipstick di bibir Rissa. Bedanya kalau sekarang, brand-brand lokal warnanya emang bagus-bagus. Beda banget sama jaman dulu yang kebanyakan menyesuaikan jenis kulit caucasian (bule).

Kayak warna Maybelline Liquid Matte 07 (Barely Nude), itu di aku jadi kayak ijo lumut. Jadi, sama aja kok, enggak semuanya bagus di Rissa.

BAGAIMANA CARA MEMBUAT BIBIR KITA KELIHATAN KHAS, WALAUPUN TANPA KELIHATAN WAJAHNYA?

Enggak ada trik khusus, serius deh. Dulu tahun 2014 ga ada yang kenal aku, aku cuma suburban yang seneng makeup, pusing sama deadline, tau-tau jadi banyak yang tau. Dan sampe sekarang, mungkin karena udah sering seliweran di dunia digital apalagi permakeupan, mungkin orang-orang jadi hapal itu bibir aku.

Prosesnya gak bentar, serius. 2014-2016, aku dapet klien pertama lokal itu Wardah, tahun 2016 akhir kalo ga salah, aku lupa.

Dari sekian banyak lipstik Wardah saat itu, aku lupa totalnya kalo ga salah 70-an. Itu kan langsung bikin katalog printednya, disebar seluruh Indonesia. Dari situ banyak deh olshop-olshop yg scan katalognya dan beredar deh di online shop-online shop. Mereka ga pada tau itu aku.

Malah beberapa hari lalu ada yg DM Lippielust, "oh ini toh yg bibirnya suka ada di olshop-olshop". Mereka lebih tau bibirku daripada Lippielust.

APA YANG DILAKUKAN KALAU LIPSTICK YANG DISWATCH TIDAK PIGMENTED TAPI KALAU DILAYER BERKALI-KALI MALAH JADI TIDAK BAGUS?

Rissa melakukan layer 2x atau lebih lipstiknya, tapi nunggu layer pertama kering dulu. Harus bener-bener kering. Kalau cuma setengah kering, nanti makin keliatan patchy-nya.


Kalau gak kebantu sama sekali, ya review seadanya. Kalau warna spesifik (misal: orange) patchy, karena pengaruh pigment warna yang bercampur putih seperti itu memang biasa patchy. Warna-warna seperti bright, white-based colors itu udah biasa kalo patchy.

BAGAIMANA CARA MENGHADAPI FOTO KITA YANG DICOMOT OLEH ORANGLAIN UNTUK KEPERLUAN TERTENTU?

Biarkan jadi pahala. Karena kadang galakan mereka daripada kita, sedangkan kita enggak bisa ngurusin itu melulu diupload di sosial media Jadi yaudah, itu giliran pemerintah yang bisa mengedukasi tentang konten digital harusnya.

TIPS & TRICK UNTUK SWATCHES PRODUK LIPSTICK YANG NGE-STAIN DAN SUSAH BANGET DIHAPUS

Take your time. Kalau udah tau produk yang bakal di swatch itu stain banget/susah dihapus, ada baiknya kamu jadwalkan seharian itu untuk foto swatch.

Lippielust biasanya kalo foto swatch, setupnya: Rissa | kamera | lighting | fotografer.

Fotografer lah yang ngasih tau kalau misal warnanya enggak bagus, ada yang bolong ditengah swatchnya, ada bekas tisu, dll. Pokoknya dia yang ngasih tau imperfection foto saat itu. Jadi udah bisa dipastikan gak sekali-dua kali takenya, bisa sampe 10x kalau kita berdua gak puas sama hasil di take awal.

Jadi, kalau waktu seharian, dan kamu ternyata udah pake lighting, itu bawa santai aja jangan terburu2. Kamu bisa apply lip balm dulu, bisa minum dulu, dll.

TENTANG PENGGUNAAN LIPLINER PADA BIBIR YANG SUDAH 'OVER'

Rissa sih sekarang jarang bgt pake lip liner. Ada masanya lip liner itu sebuah keharusan banget kayanya soalnya kan nge-trend Kylie Lip Kits dulu tuh. Kalau kontur bibir aku udah oke, kenapa harus dipakein lip liner lagi?

Kalau kamu rasa perlu, ya kenapa enggak? Biasanya lip liner dipakai supaya produk enggak bleeding/tahan lama di bibir, tapi kan sekarang trennya matte liquid lipstick yang udah oke banget daya tahannya, ya enggak perlu sih, kecuali kalau mau pakai lip gloss atau lipstik padat biasa.

KESIMPULAN

Sebagai blogger/vlogger, untuk memulai swatching lipstick, kita harus mempunyai niat dan keberanian dulu. Jangan takut dengan karakter maupun bentuk bibir kita, karena hasil swatches tiap orang pasti berbeda, dan justru itulah yang siapa tahu jadi keunikan kita.

Selain itu, ada baiknya kita mempelajari gear, sampai tools untuk fotografi seperti Photoshop. Supaya lebih menarik, asal tidak over do.

Nah, gimana guys, sudah banyak banget wawasan yang bisa kita ambil dari obrolan seru bersama Rissa Lippielust kan? FYI, beneran deh, aku enggak nyangka kalau Rissa orangnya buaiiik banget, terbuka, dan malah suka ngelucu. Buatku ini penting sih, karena ngerasa kalau ilmu itu memang harus dibagi, dan blogger baru macam aku gini nih kayak diingetin supaya tetap asyik namun juga baik.

Well, sudah panjang banget ini blogpostnya, semoga bisa menjadi ilmu baru kalian juga ya. 
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Dapetin lagi nih Socobox dari Sociolla, yang kali ini bekerja sama dengan Loreal Paris. Isinya ada 3 buah produk, yaitu Loreal Revitalift Micro Essence, dan 2 Liquid Lipstick Loreal Rough Signature (shade I Embrace dan shade I Rule). Senang, of course! Sudah lama aku pengen produk-produknya Loreal. Bagiku, brand Loreal cukup mewah sehingga cuma beberapa produknya saja yang pernah aku coba. So, enggak usah lama-lama yuk. Di blogpost ini aku bahas dulu 2 Liquid Lipsticknya ya, biar lebih detail.


LOREAL LIQUID LIPSTICK ROUGE SIGNATURE

Netto: 7 ml
Harga: Rp 150.000

Jujur, pada awalnya aku sempet nyangka, kalau produknya bakal biasa saja, alias ya sama kayak kebanyakan lipmatte pada umumnya. Catet ya, aku tahunya cuma lipmatte. Aku tahu dari beberapa vlogger yang mengelu-elukan produk ini nyaris tanpa cacat. Kadang mikir juga nih, mereka ini review atau ngiklan sih? T.T 

Nah, pas socobox-ya dateng, aku buka tuh kemasannya dan kaget dong, ternyata memang mewah, elegant, dan bentuknya beda. Kalau diperhatikan, packaging liquid lipstick pada umumnya kan bentuknya panjang dan lonjong biasa, terus aplikatornya juga panjang meruncing di bagian ujung. Loreal totally different. Kemasan liquid lipsticknya melonjong di bagian ujung, lalu tutupnya ada nama brand dengan background gold yang di-embose yang menunjukkan bahwa ya ada harga ada rupa haha.


Belum sampai situ, aplikatornya pun beda dari produk kebanyakan. Bentuknya seperti love, eh ya enggak love sih, waru, eh ya enggak waru, pokoknya kayak daun, nah daun gitu. Gendut bagian atas, lalu meruncing di bagian bawah. Bentuk semacam ini akan memudahkan kita untuk mengaplikasikan lipstick sesuai dengan bentuk bibir. Terlebih bagi kita-kita yang punya bibir tebel dan jontor. (Kita? Lu aja kali yos)

Cuma, kadang aku ngerasa aplikator bawaannya ini cenderung ringkih dan gampang patah. Waktu aku aplikasiin nih, aku kan agak sedikit neken ke bibir, nah, bentuk daunnya tuh kayak ikutan gerak dan enggak kokoh gitu loh. Ya semoga enggak patah sih, tapi kan yang namanya orang grusa-grusu kayak aku, mana mikir kalau pakai lipstick. Tinggal srat sret srat sret, sudah gitu. Akan lebih enak dan nyaman kalau aplikatornya kuat.


Selain itu, pada bagian packaging, Loreal Rouge Signature ini cukup informatif loh, mulai dari ingredients, isi produk, PAO produk yang setelah dibuka bisa dihabiskan sebelum 12 Month, dan... beberapa kata yang berbahasa china/mandarin. Iya, produk ini memang diproduksi di China, namun jangan salah, bukan berarti kosmetik palsu. FYI, banyak kok produk-produk luar yang di produksi di China, kayak Maybelline. 

Biar lebih meyakinkan, berikut list ingredientsnya aku sadur dari website resmi Loreal

INGREDIENTS
Aqua / Water / Eau, Dimethicone, Octyldodecanol, Isododecane, Butylene Glycol, Alcohol, Acrylates/Polytrimethylsiloxymethacrylate Copolymer, Cetyl PEG/PPG-10/1 Dimethicone, Trimethyl Pentaphenyl Trisiloxane, Disteardimonium Hectorite, Polyglyceryl-4 Isostearate, Magnesium Sulfate, Phenoxyethanol, Propylene Carbonate, Synthetic Fluorphlogopite, PEG/PPG-18/18 Dimethicone, Alumina, Disodium Stearoyl Glutamate, Aluminum Hydroxide, Linalool, Pentaerythrityl Tetra-Di-T-Butyl Hydroxyhydrocinnamate, Tocopherol, Parfum / Fragrance. May Contain: CI 77891 / Titanium Dioxide, CI 77491, CI 77492, CI 77499 / Iron Oxides, CI 45410 / Red 28 Lake, CI 15850 / Red 7, CI 45380 / Red 22 Lake, CI 15985 / Yellow 6 Lake, CI 42090 / Blue 1 Lake, CI 19140 / Yellow 5 Lake.


Seperti sudah aku tulis di judulnya, aku dapetin shade I Embrace dan I Rule. Kedua ini termasuk warna aman lah ya buat pemakaian sehari-hari. I Embrace seperti warna peach ke-orange-an. Sedangkan I Rule menurutku berwara pink tua, tapi warnanya masih yang masuk ke bibir gelap seperti aku gini.

Aku swatch di tangan hasilnya cakep banget. Teksturnya kerasa ringan. Sesuai klaimnya, agak cair kayak liptint, tapi urusan pigmentasi enggak kalah sama lipcream. Sekali oles warnanya keluar. 

Aku ngiranya, shade I Embrace akan cocok di aku, karena seperti sebelum-sebelumnya, warna yang cenderung peach dan orange itu seperti warna bibir yang bisa nutupin bibir gelap. Aku bahas satu-satu deh.


I EMBRACE

Shade nomor 124 ini paling banyak di-rave oleh para beauty entusiast. Banyak yang sampai nangis saking bagusnya. Aku enggak sampai nangis sih, tapi ya suka gitu saja, hahaha. Warnanya cocok buat dijadiin ombre. Jadi misal kalian punya satu lagi warna merah, lalu dioles di bibir bagian dalam, wah sudah bakal mantep.

Untuk warna ini, masalah awet enggaknya, jujur kurang awet dibanding sama I Rule. Tapi semua lipstick gitu sih ya, kalau dapet shade yang lebih bold, biasanya lebih awet. Alias warna-warna natural lebih gampang pudarnya.

Oh iya, tadi aku belum bilang kalau liquid lipstick ini sebetulnya transfer ya? Nah, ketika dioles kan ternyata agak glossy, jadi ya jelas saja lebih gampang transfer ke gelas misalnya. Beda sama matte. Tapi aku suka sih, no problem mau transfer apa enggaknya, lha wong urusan ketahanan cukup juara.


I RULE

Setelah mencoba keduanya, aku ngerasa warna ini lebih cocok sama aku. Sebelumnya aku belum pernah loh nemu warna pink tua yang cocok kayak gini. Shade 105 I Rule ini bikin bibirku terlihat penuh! I love it, bisa dipakai buat acara-acara yang formal dikit. 

Seperti yang kubilang tadi, warna yang cenderung lebih bold biasanya akan lebih awet. Terbukti shade I Rule mantep banget awetnya. Aku pakai dari jam 2 siang, sampai jam 9 malam, pakai acara makan siomay, jus alpukat, lekker, sampai rumah minum kopi, tetep oye. Bersihinnya sampai harus pakai cleansing oil. Jauh berbeda dengan yang shade I Embrace.


Berikut perbedaannya ketika aku oles di bibir. Yang bilang warnanya sama, sini aku kepretin. Belum ngerti pantone warna banyaknya bikin pusing. Beda warna satu kode saja bikin beda semuanya. Dan ini juga berpengaruh dengan bentuk bibir, warna kulit yang bisa ditentukan dengan undertone kulit kita. Jadi, ya seperti biasa, cocok di aku belum tentu cocok di kamu. 


Oh iya, aku lupa bilang, kedua warna ini di aku enggak bisa di-ombre, yang ada warnanya akan bias dan nyatu. Kalau mau bikin ombre, usahakan warnanya yang tingkatan warnanya beda, yang dalem kan biasanya yang merah. Kedua shade yang aku dapetin enggak cocok di-ombre karena warnanya netral semua.

Kalau kalian nanya ke aku, apakah produk ini bagus? Ya, jelas. Aku mupeng juga sama warna lainnya, tapi aku kan orangnya enggak seimpulsif itu dan dengan gampangnya beli-beli. Aku ngelihat dulu, di rumah tuh masih banyak makeup dan skincare yang bisa dipakai enggak. Kalau ada yang sudah habis atau kadaluarsa, langsung aku buang. Baru mikirin beli produk apa. 

Cara menilainya gini saja deh. Tampaknya kedua liquid lipstick ini enggak akan aku hibahin ke siapa-siapa, aku cocok semua soalnya hahaha. Anway, semoga review ini ngebantu kalian ya!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Rasanya sudah lama skip makeup collab barengan komunitas beauty kesayangan, apalagi kalau bukan Beautiesquad. Maklum, sekarang jadwalku lagi padet banget, mulai dari nulis skenario untuk animasi, video company profile dan bikin webseries, belum lagi ngurus anak yang sedang masa pemulihan karena paru-paru basah. Ya ada sih waktu buat nyalurin hobby, kalau sudah malem gitu, atau pas weekend, tapi nyatanya lebih sering gegoleran nonton film saking sudah capeknya.

Wait, ternyata selama itu pula, aku sadar bahwa aku jarang makeup juga. Paling banter aku pakai bedak tabur, bingkai alis, sama lipstickan. Sudah gitu doang aku berani sampai mana-mana. Nah, kemarin nih, waktu Beautiesquad mencetuskan ide Graduation Makeup Collaboration dalam rangka memperingati hari sarjana nasional pada tanggal 29 September, dalam hati aku bilang, "aku harus maksa ikutan gimanapun caranya".

So, berbekal tekad kuat disamping karena dulu waktu wisuda makeup-ku jadul abis, aku pun rela bongkar kardus buat ambil toga-nya Mas Suami, dan bela-belain makeup pagi sebelum rempong kerja. Aku ceritain deh detailnya.


Buat yang belum tahu, aku wisuda tuh di tahun 2009, 10 tahun yang lalu. Kala itu masih berumur 23 tahun, dan bangga banget dong, karena aku satu-satunya mahasiswa termuda yang bisa lulus dalam waktu 4 tahun saja. Mungkin itu hal yang biasa ya, tapi di kampusku, lulus cepat adalah hal yang enggak lazim. Antara dikatain sok pinter lah, sarjana prematur lah, yang artinya "yosa habis ini mau kemana? Ilmumu belum melekat betul kok berani-beraninya wisuda?". Aku enggak bohong loh. Sampai ada yang ngirimin aku testimonial di friendster soal sarjana prematur gitu. Aku dikira enggak becus berilmu dan bakal nganggur karena lulus saking mudanya. Yang bilang seperti itu kok ya kakak tingkat yang enggak lulus-lulus coba. Ya iya sih dia mangkir kuliah karena kerja, tapi memangnya waktu aku kuliah aku ongkang-ongkang ngadelin duit orang tua apa? Aku kan ya kerja, ya cari beasiswa.

But, time will prove everything kan. Apalagi asumsi orang yang cuma tebak-tebak buah manggis saja. Wong kenal saja tidak kok berani-beraninya meramal masa depanku tanpa diminta. Sibuk bener ngurusin hidup orang. Aku akhirnya malah justru semangat buat buktiin bahwa aku bisa. Mulai sibuk cari link, benerin sifat egois, sampai masukkin lamaran kemana-mana. And you know, enggak nyampai sebulan aku bisa langsung kerja dan diterima di sebuah production house yang siap kejar tayang. Sampai saat ini, aku enggak ngerti kenapa wisudawan-wisudawati yang lulus cepet di-judge enggak siap di lapangan kerja. Padahal di lapangan, aku banyak menemukan fakta bahwa anak-anak SMK sekarang tuh enggak kalah cekatan. Jadi, aku pikir yang penting itu kualitas diri, dan enggak bisa diukur mau seberapa lama durasi kalian kuliah. 


Sekarang aku makin paham, bahwa ilmu pengetahuan itu bakal terus ada sepanjang kehidupan. Lagian zaman sekarang, kursus online, sertifikasi profesi, maupun pendanaan film bahkan ada kalau kita mau berusaha dan gencar cari tahu. Enggak usah khawatir dikatain minim ilmu, karena sejatinya, kalau kita memang minim ilmu, justru kita yang selalu berusaha cari tahu kan? 

Fiuh, malah marah-marah hahaha. Oh iya, aku sudah cerita di atas kan ya kalau aku kurang cocok sama makeup pas wisuda? Dulu aku dirias, karena enggak bisa makeup sendiri. Sudah aku kesusahan pakai softlense, alisnya dibikin tipis pis, ketambahan pula dulu bedaknya padet banget kayak mantenan. Sumpah malu! T.T

Makanya dengan collab kali ini, aku tuh pengen deh bikin makeup wisuda yang sesuai dengan keinginanku. Yang dewy, flawless, awet, yet natural. Awalnya bingung sih beneran, mau bikin look bagaimana, karena kalau wisuda kan aslinya cuma merayakan kemenangan ya. Tapi di sisi lain, cewek-cewek zaman sekarang makeup sudah gorjes to the bone euy, jadi jomplang kalau cuma natural biasa. So, aku pilih menambahkan beberapa elemen make up seperti banyakin highlighter, dan pakai eyeshadow yang berglitter. 

Pakai apa saja produknya? Monggo sudah aku catat di bawah, barang kali ada yang suka sama look-nya hehe.


FACE
Loreal Revitalift Crystal Micro Essence
Pixy Beauty Skin Primer
Pixy Dewy Cushion (Natural Beige)
Focallure Big Cover Concealer (Warm Ivory)
POND'S BB Powder
Pixy Aqua Beauty Protecting Mist

EYEBROW
Viva Eyebrow (shade Brown)

CHEEKS
Focallure Trio Blusher & Highlighter Palette Original
Pixy Twin Blush (Shade Pop Teracotta)

EYES
Inez Color Contour Plus Eyeshadow (Venice)
Popfeel Eyeshadow Pallet Matte-Glitter
Madame Gie Silhouette Eyeliner (Silver)
Maybelline Magnum Volume Express
Wardah EyeXpert Optimum Hi-Black
Bulu mata palsu

LIP
Loreal Rouge Signature (Shade I Rule)
Pixy Tint Me (Shade On Pink)


Step pertama, aku pastikan dulu kulit wajah aku sudah bersih. Aku sampai exfoliating wajah dulu, plus maskeran, niatnya biar makeup nempel pel kayak perangko. Keingetan dulu pas wisuda, aku pas perawatan dokter sebuah klinik kecantikan ternama. Pakai acara kulit ngelupas segala. Wah beneran deh, salah timing kayaknya. Yang ada, sepanjang acara, kulitku bedaknya matte, tapi ada kulit ngelupas di bagian hidung dan pipi. Ya mohon maaf, namanya juga Yosa, yang sudah dapet gelar sudah paling selamet daripada mikirin mau makeup apa.

Kali ini aku sekalian bikin tutorial ala-ala deh. Enggak ribet kok. Setelah wajah bersih, aku masih pakein toner, kemudian lanjut pakai Loreal Revitalift Crystal Micro Essence. Aku tuh ya, kalau pakai essence, mau makeup gimanapun, kulit tetap aman tentram. Enggak tahu ini perasaan doang, atau memang fungsinya sebagus itu. Aku juga pakai sunscreen sebagai step terakhir skincare.

Baru aku mulai ke makeup. Aku pakai Pixy Beauty Skin Primer biar nanti riasannya jadi tampak glowing gitu. Terus aku pakai Pixy Dewy Cushion di seluruh area wajah. Ya memang sih, ini enggak akan dempul banget, plus enggak awet kalau cuma ngandelin cushion. Jadi aku tambahin concealer punyanya Focallure di bagian dahi, bawah mata, hidung, dagu, dan beberapa spot jerawat. Habis itu baru ditempel POND'S BB Powder dengan spons agak basah. Kenapa enggak pakai brush? Karena aku agak alergi dengan partikel kecil. Selain itu, kalau pakai spons akan lebih nempel dan bisa nutup pori-poriku yang besar. Nah, selanjutnya baru aku semprotin Pixy Aqua Beauty Protecting Mist supaya makeupnya nempel dan tampak basah. Eh tampak segar ding haha.

Before and After

Untuk decorative mata, aku pilih warna coklat tanah, coklat tua, dan gold di bagian tengah. Lalu di pinggir bawah, aku madame gie silhouette eyeliner warna silver. Setelah semua diblend sampai halus, aku kasih wink liner pakai produk Wardah EyeXpert Optimum Hi-Black. Baru terakhir pakai maskara Maybelline Magnum Volume Express, dan ditempelin bulu mata palsu. Sampai sini aku sudah mau bangga dulu sih, karena ternyata wow bisa juga aku bikin look yang aku inginkan, yaaasss!

Move ke bagian pipi, aku pulaskan Pixy Twin Blush (Shade Pop Teracotta). Warnanya orange bata, enggak terlalu ngejreng, tapi natural manusiawi gitu lah. Kemudian aku tambahkan Focallure Trio Blusher & Highlighter Palette Original di bagian tulang pipi, hidung, dan atas bibir. Aku shading juga pinggiran hidung dan bawah pipi biar muka chubby-nya enggak terlalu bulet-bulet amat. Yaaaa gimanaaa????


Bagian terakhir adalah bibir. Aku pakai lipstick Loreal Rouge Signature Shade I Rule yang finish-nya berwarna pink tua. Ngerasa agak enggak cocok sama riasan mata aku mix dengan Pixy Tint Me shade on pink. Hasilnya agak glossy nan terkesan muda. Love it!

Menurutku, ketimbang makeup dulu pas wisuda, mending yang aku bikin sekarang ini deh. Selain aku enggak tampak tua, juga enggak terlalu dempul banget, sampai gatel kulitnya. Btw, kalau menurut kalian gimana sih? Semoga bisa menginspirasi kalian juga ya.

And as always, kalau kalian mau cari-cari look lain, coba deh lihat si Tulipakasia ini. Tampilannya enggak kalah fresh loh.


Masih kurang juga? Nih, peserta yang lainnya dalam satu banner. Cakep-cakep kan? 


Kalian pengen juga ikutan collab kayak gini? Pastikan follow Instagram Beautiesquad, gabung di fanpage Facebooknya, dan pantengin terus info-info menarik tiap harinya. Collab kayak gini diadain terus tiap bulannya kok. Jadi, selain kita bisa dapetin banyak temen, juga bisa ngelatih skill makeup kita.

See ya next collab ya!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Mau ngelanjutin review-nya Pixy nih. Kalau kemarin Pixy Make It Glow Series untuk complexion-nya sudah, kini giliran decorative buat pipi dan bibir. Yas, kalian lagi enggak salah baca. Baru-baru ini lagi gencar produk yang bisa digunakan untuk riasan bibir, pipi, bahkan bisa juga untuk eyeshadow. Pixy juga ikutan meramaikan tren ini dong. Tenang, yang akan aku ulas kali ini tentunya cocok untuk siapapun kamu, mau masih muda, mau kepala 3, mau pensiunan juga bisa kok.  Yang pertama Lip Tint berjudul Pixy Tint Me, dan yang kedua Pixy Twin Blush.

Enggak usah lama-lama, yuk langsung simak review-nya.


PIXY TINT ME 02 (ON PINK)

Netto 4 ml
Harga Rp 45.000

Sebenernya, sudah lama aku denger produk ini keluar, tepatnya sekitar akhir 2018. Judulnya boleh saja Tint Me, tapi packagingnya mirip sama kebanyakan lip cream yang berhasil akhir matte. Enggak ada aturan khusus sih soal kemasan, cuma kan orang cenderung judge by the cover bagaimana pun juga. Dan ternyata benar, kemarin pas update Instastory pakai Pixy Tint Me, banyak yang kaget karena hasilnya glossy. Ya gimana, wong namanya saja lip tint kok ya, mungkin orang sudah terpatok sama packaging lip cream.

Tapi yang aku suka, packaging-nya termasuk lux dan enggak banyak desain aneh-aneh. Bagian bawah berwarna transparant, sehingga kita bisa tahu warna yang ada di dalamnya. Aku suka sih desainnya, enggak aneh-aneh. Terus semua informasi seperti ingredients, kadaluarsa produk, sampai label Halal MUI.  

Oh iya karena harganya terjangkau, banyak orang mengira Pixy adalah produk lokal Indonesia. Tapi nyatanya, Pixy merupakan brand yang berasal dari Jepang, yaitu PT Mandom Coorporation Japan. Kemudian di Indonesia, Pixy diproduksi oleh cabangnya, PT Mandom Indonesia, Tbk. Seluruh produk Pixy, walaupun cocok untuk orang Indonesia, tapi standarisasi dan teknologinya dari Jepang. Begitu ceritanya.

Tak bisa dipungkiri, kehadiran Pixy selalu menjadi warna berbeda dari brand lainnya. Melalui jiwa muda-nya, Pixy selalu gercep soal tren. Mulai dari skincare, sampai makeup, semua ada. Seperti Pixy Tint Me ini! Lip Tint kan sedang digemari, teksturnya yang ringan, dan hasilnya yang tampak natural, diburu para pecinta makeup. 

Pixy Tint Me, hadir dalam 3 warna:
01 In Red
02 On Pink
03 That Orange

Pilihan warnanya enggak banyak, tapi tetiga warna ini bisa disesuaikan untuk warna kulit orang Indonesia. Aku dapetin yang nomor 02, On Pink. 


Klaimnya, Pixy Tint Me diperkaya dengan kandungan madu supaya bibir tetap terjaga kelembapannya. 

INGREDIENTS

Water, Butylene Glycol, Glycerin, Ammonium Acryloyl Dimethyltaurate, VP Copolymer, Phenoxyethanol, Peg-60, Hydrogenated Castor Oil, Silica, Sodium, Acrylate, Sodium Acryloyl Dimethyl Taurate Copolymer, Isohexadecane, Sodium Saccharin, Ethylexyl, Glycerin, Fragrance, Polysorbate 80, Sorbitan Oleate, Alumunium Hydroxide, Honey, Extract, Ammonium Polycrylate, Polymethyl, Silsesquioxane.


Sekarang kita bahas isinya ya. Kuas aplikator bawaan Pixy, sebetulnya sama dengan kuas lip cream pada umumnya. Dibilang unik, enggak juga, tapi dibilang enggak fungsi ya salah. Kuasnya berbentuk memanjang dan sedikit miring di bagian atas, dengan tujuan agar mudah diaplikasikan di bagian pinggir bibir. 

Yang paling aku perhatikan, Lip Tint ini punya wangi dan rasa yang manis. Sampai ketika aku pakai, rasa manis di bibirnya kerasa banget, agak artifisial sih menurutku. Selain itu, teksturnya cukup cair, namun enggak lengket di bibir.


Untuk hasilnya sendiri, Pixy Tint Me On Pink berwarna rossy pink. Ketika dioles di tangan, warnanya kayak pink neon. Tapi begitu dioles di bibir, kaget dong, ternyata warnanya aman. Kalau kalian berbibir gelap, warna ini bisa melapisi warna asli bibir sehingga terlihat pink merona natural. Dengan catatan, aplikasinya enggak cuma satu layer, karena satu layer bakal enggak kelihatan. Di aku yang berkulit kuning dan punya bibir gelap, warna On Pink cukup masuk dan kayak cuma pakai lip gloss biasa. 

Buat kalian yang punya warna kulit wajah putih dan bibir yang enggak hitam, jaminan produk ini akan lebih bagus dipakainya. Nah, tapi yang aku kurang suka adalah daya tahannya yang minim. Maklum, sehari-hari aku bar-bar banget. Minumnya sering, menu makannya bar-bar, plus seneng ngemil snack tiap 3 jam. Pokoknya dari jam 7 pakai, jam 9 sudah bubar jalan.

Di kemasannya, konon Lip Tint ini bisa dipakai sebagai eyeshadow. Tenang, sudah aku coba, dan hasilnya biasa saja hehe. Ya ada sih hint pink nya tipis-tipis, tapi di aku enggak cocok. Kelopak mataku tampak glossy and i dont like it. Mungkin kalau buat topper bagus kali ya. Misal dioles eyeshadow pink gonjreng dulu, baru terakhir Pixy Tint Me ini. Kapan-kapan boleh deh nyobain.

Satu lagi, bibir aku kan kering pakai banget ya, ketika pakai ini memang sih terlihat lebih pink natural dan sehat gitu, tapi urusan crack, tetep ada. Nanti ketika warna-nya sudah hampir pudar. Aku tetap harus mengoleskan lip balm sebelum pemakaian dan mengoleskan sleeping mask bibir sebelum tidur. 

Buat yang penasaran warnanya, berikut ketika aku aplikasikan di bibir. Aslinya lebih glossy sih, tapi di kamera kok ya enggak begitu kelihatan. Maaf ya, kurang cahaya soalnya.


PIXY TWIN BLUSH 01 (POP TERACOTTA)

Netto 4 gram
Harga Rp 50.000

Another product yang sama kerennya, Pixy Twin Blush. Klaimnya buat pipi dan bibir, yang juga diperkaya dengan ekstrak madu. Seperti biasa, aku komen soal kemasannya dulu ya. Aku cukup suka sama kemasannya yang simple dan gampang dibawa kemana-mana. Tapi sayangnya, aku ngerasa kemasannya agak ringkih. Kalau jatuh, bisa pecah gitu maksudnya.

Untuk kalian yang tertarik, Pixy Twin Blush punya varian warna yang cukup bervariasi. Ada 5 pilihan warna:
1. Active Pink
2. Neon Orange
3. Pop Teracotta
4. Pretty Plum
5. Stunning Red


Walaupun tajuknya blush, tapi Pixy Twin Blush bertekstur cream, bukan serbuk yang so last year. Creamnya lembut dan pigmentasinya cukup baik. Warna Pop Teracotta yang aku dapetin, jatuhnya seperti orange bata. Masih natural buat pemakaian sehari-hari dan cocok buat makeup no makeup look. Jadi menurutku, siapapun bisa memakai warna ini tanpa batasan usia.


Aku pernah lihat beberapa vlogger mengaplikasikan dengan tangan dan terlihat aman. Tapi kalau aku, aku masih butuh sponge buat merapikan dan blending area pipi biar enggak ndemplong kemana-mana. Kalau dipakai buat kondangan atau yang butuh makeup agak tebelan, warna ini akan lebih menyala karena kita pakai complexion yang oke duluan. Tapi kalau cuma sehari-hari pakai sunscreen dan bedak tabur terus pakai twin blush, enggak begitu kelihatan.

Ada yang bilang kalau hasilnya powdery dan tahan lama. Lagi-lagi, aku enggak terlalu merasakan hal yang sama. Dibilang powdery tapi kok ya masih kerasa cream yang nempel, dibilang tahan lama, 3 jam juga hilang.

Mungkin karena tipe wajahku oily, ada jerawat, serta nodanya kali ya, jadi enggak terasa tahan lama. Mungkin buat kalian yang punya wajah normal dan mulus, akan lebih terasa nyata. 

Tapi gimanapun juga, aku yes sama pigmentasinya, dibanding sama blush on yang berbentuk powder. Selain itu, ketika diaplikasikan ke bibir, warnanya juga langsung kelihatan, enggak kaleng-kaleng. Warna batanya keluar dengan hasil akhir matte. Fotonya bisa dilihat di bawah ini ya.


Untuk keseluruhan, Pixy Tint Me dan Pixy Twin Blush ini got my attention. Secara harganya cukup terjangkau dan hasilnya sepadan. Kalau buat pemakaian sehari-hari cocok banget dengan tampilan natural. Habis bedakan, enggak ada salahnya tambahin Twin Blush di pipi, dan pakai Pixy Tint Me. Nah, kalau untuk pergi yang agak lama, memang harus touch up di tengah hari biar makeup tetap on.

Semoga review ini membantu kalian ya. Ingat, hasil reviewku bisa saja berbeda dengan kalian, karena experience tiap orang tetaplah berbeda. See ya on next post!
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Fiuh, lagi ngerasa makin tua makin banyak tingkatan masalah nih. Aku pikir badai akan segera berlalu ketika kami sudah menemukan secercah harapan terutama soal financial. Kalau kalian belum baca, beberapa waktu lalu kami lagi mengalami kondisi keuangan yang sangat memprihatinkan. Bukan dari kami yang enggak berusaha sih, tapi karena pembayaran fee yang nunggak, atau ketemu klien yang curang. Itu terjadi enggak cuma sebulan dua bulan loh, dan uang tabungan kami jadi ludes des. Sebenernya pernah sih ngalamin hal kayak gini, wong namanya juga freelancer. Tapi yang kemarin ini nih, yang sangat bikin emosi. Kadang sampai bikin berantem, enggak jarang juga bikin nangis terus-terusan.

Kami sudah ikhlas kok, dan kasus ini sangat menjadi catatan biar ke depannya lancar. Cuma yang namanya hidup, ada saja urusannya. Kemarin sudah lega karena nemu ritmenya. Sekarang dihadapkan lagi pada masalah baru. Yang ternyata kerjaannya enggak sesuai sama fee lah, yang ternyata kerjaannya ngepush banget lah, yang ternyata ketemu atasan baru yang ribet lah. Iya sih, ini masalah sepele, tapi beneran loh, bikin nguras energi karena bikin mood jadi jelek. Pengen nginget-inget terus "this is too shall pass", tapi kan kapan sih bener-bener keluar dari masalah? Kraaay.


Waktu nulis ini, aku baru saja ngerjain satu storyline untuk program animasi. Alur nulisku memang biasa sinopsis dulu, atau langsung storyline juga bisa, lalu diajukan ke Produser, dan dibahas bareng-bareng, baru kemudian diajukan ke stasiun televisi. Enggak tahu ya, ngerjain animasi satu ini nih sampai bisa bikin aku capek luar biasa. Mungkin terlalu banyak revisi dan divisi yang ikutan urun rembug kali ya. Jadi ide orisinal dan ceritanya berkembang sampai mbuh, draft berapa. Belum ketambahan pula ada beberapa program web series dan company profile. Yang terakhir santai sih, ndilalah klien dan teamnya sudah klop banget, enggak ada masalah berarti.

Jujur karena pekerjaan yang numpuk-numpuk begini, aku jadi agak males ngurus pekerjaan rumah tangga. Kayak setrika sama masak. Iya, kalian bisa teriak, "Suamimu kan bisa masak", tapi kan ya enggak semudah itu. Kadang Suamiku sama sibuknya walaupun kami sama-sama di rumah. Bahkan nentuin menu makan apa, sampai bisa berantem segala. Maklum lah sama-sama capek, apalagi Alya ini kan ekstra ya. Enggak semua menu makanan dia diperbolehkan sama Dokter. Wong yang sudah kami jaga saja, batuknya masih sering kambuh kok.

Aku sempet mikir, dulu nih, aku selalu berharap bisa bekerja tapi enggak jauh-jauh dari anak. Waktu zamannya aku jobless dan kesusahan gara-gara baby blues, aku sampai ingin ninggalin anak. Tapi  lucunya, sekali ditawarin kerjaan, berubah mikir, "terus Alya nyusunya gimana ya?" Belum lagi urusan siapa yang bakal ngasuh Alya, mengingat aku masih tinggal di Jogja dan Mama di Magelang juga belum pensiun, Mau cari asisten rumah tangga atau ninggalin anak di daycare? Monmaaf, di Jogja kok daycare jarang ada yang dari bayi. Terus asisten rumah tangga pulung-pulungan kan. Aku enggak tega coba.

Dalam kesusahan itu aku kemudian berdo'a biar aku dapet kerjaan yang sesuai dengan kondisiku saat itu. Rasanya enggak mungkin lagi kembali ke dunia perfilman dalam waktu dekat. Gimanapun aku pasti bakalan pergi pagi pulang larut kalau urusan syuting. Mana harus mikirin ASI pula. Wes lah, mending aku berubah haluan jadi penulis naskah walaupun aku harus belajar lagi mulai dari nol.

Tahun demi tahun pekerjaan jadi penulis naskah makin menjanjikan. Aku sudah mulai percaya diri dan makin dikenal. Tahun ini misalnya, aku sama sekali enggak nyangka bisa teken kontrak sama beberapa perusahaan, yang artinya, penghasilanku sudah jelas dan enggak nunggu kepastian lagi kapan ditransfernya. Cuma ya itu tadi, kok ya ada wae yang bikin nyesek. Bukan masalah uang sih, tapi masalah salah seorang rekan yang aku kurang sreg karena too much bossy. 

Baca juga: Kenyamanan Bekerja

Masalahnya, aku tuh apa-apa gampang kepikiran. Masih mending kalau buntu, paling diajak nonton, atau makan di luar, bisa langsung ketemu ide. Lah kalau ketemu orang nyebelin padahal satu team? Apa enggak emosi. Kalau sudah gitu, bisanya cuma nangis. Mau mundur kok ya sudah teken kontrak. Mau maju tapi angot-angotan. Ya wes, solusinya memang kudu diterusin, gimanapun berdarah-darahnya.

Nah, kemarin ini, aku ketemu sama temenku kan. Dia cerita, kalau dia punya masalah keluarga. Jadi dia ini hidupnya sudah enak banget, sudah dapet passive income dengan bisnis ayam potong. Pokoknya tiap hari kerjaanya tinggal mantau, telpon, dapet uang. Muter terus saja gitu. Kalau dipikir-pikir nih, hidupnya sudah enak banget. Tanah banyak, rumah di mana-mana, suami setia, anak dua komplit cowok cewek. Rumah tangganya tuh sudah belasan tahun dibina dan nyaris enggak ada apa-apa. Lah kok ya masalah datang dari luar. Dia digoda sama cowok gitu dan sampai mau. Dia ngaku sih, dia sempet gandrung sampai ngumpet-ngumpet sama keluarga. Si cowok minta apa saja, monggo. Ngajak kemana saja, ayo. Terus beberapa bulan jalan, akhirnya ketahuan juga! Jeng jeng! Waini nih, kalau aku sudah pasti langsung aku kepret.

Ternyata enggak dong. Suaminya temenku nih malah yang akhirnya introspeksi diri. Temenku cerita, Suaminya refleksi barang kali dia yang salah duluan hingga akhirnya temenku ini mau digoda cowok lain. Suaminya juga lebih khusyuk berdoa dan makin sayang keluarga. Sekarang bahkan memperbolehkan si temenku main keluar tanpa harus dia antar. Mungkin sebelumnya dilarang kali ya, jadi temenku juga main sembunyi-sembunyi. Lagian mungkin temenku bosan dikekang?

Well, i have to stop the story here, because i'm pretty sure you guys got the point.

Iya, maksudku, introspeksi memang diperlukan ketimbang kita sibuk nyalahin orang. Pernah enggak kita ketemu pada titik yang bikin kita ngerasa kecil dan enggak berguna? Kalau aku nih, pada saat ngerasa kayak gitu, aku cenderung mencari celah kekesalan untuk melampiaskan. Seperti misalnya pulang kerja, capek dari luar kota, terus di rumah ketemu anak. Niatnya pengen main seneng-seneng nih ya, tapi anak malah numpahin susu sampai rumah kotor dan lantai pliket. Nah, langsung kesel kan. Plus, aku kalau lagi capek, keselnya bakal kemana-mana. Nanti mrembet ke Suami yang enggak cepet bantuin kek, lihat pekerjaan rumah lain yang enggak kalah banyak kek, belum lagi inget naskah next episode yang enggak kunjung di acc. Rasanya, semua kena imbasnya. And everything feels like gloomy.

Aku sadar betul beberapa hari ini ngerasa demikian. Aku masih sering ngerasa bahwa aku sudah paling benar dan paling cepat bekerja. Giliran ada yang enggak sama, aku langsung ngegas. Mungkin faktor umur juga kali ya, yang gampang capek. Terus pengen mengasah skill lain, misal kayak menggambar, main gitar, mikirnya kok waktu sudah habis duluan. Ini saja masih mending, emosinya sudah aku salurkan dengan olahraga, jadi ya wes capek buat huru hara yang enggak-enggak.

Sekarang aku mau pelan-pelan memperbaiki diri. Enggak mau membandingkan sama orang lain dulu. Biar apa-apa dikerjakan semampunya dan ya enggak semua orang bisa sama. Misalpun mau upgrade kemampuan ya enggak bisa cepat-cepat. Begitu juga sebaliknya, orang lain juga enggak selalu sejalan sepemikiran sama kita loh. Gimana caranya biar semua berimbang dan saling melengkapi. Terutama soal rumah tangga ya, karena terus terang, kalau aku stress, larinya ke rumah terus. Mau marah sama siapa lagi? Mau nangis sama siapa lagi? Aku kan butuh meluapkan emosi, walaupun caranya yang masih salah.

Self development kayak gini kalau ditulis memang seperti berlebihan sih ya. Aku enggak masalah kalau ada orang yang bilang, "halah, kayak gitu saja dipikirin to yos?". Karena, ya apa sih yang orang tahu tentang kita? Toh luarnya saja.

Makanya, kata introspeksi ini paling cocok di aku. Entah itu banyak-banyakin sujud, ngaji, nafas panjang, yoganya dirutinin, atau mungkin i just need teman curhat yang enggak semata ngedengerin doang?

Oh iya, introspeksi ini juga bikin aku inget-inget lagi, barang kali dulu aku pernah mempersulit orang dan membuat seseorang terluka, sampai aku bisa berbalik kepada ku? Who knows bahwa proses sebab akibat itu bisa membalikkan keadaan? Atau jangan-jangan apa yang aku anggap berjuang ini adalah doaku dari masa lalu? Entahlah, aku masih mencari jawaban.

Makin hari, aku harus bisa mengolah diri lebih baik lagi, kepada siapapun. Boleh lah sesekali marah, tapi harus segera mencari cara untuk melampiaskan biar keluar. Habis itu, jangan sampai ada dendam. Mungkin benar kata orang, sebaik-baiknya manusia hidup, adalah bagaimana cara ia agar bermanfaat bagi sesama. Semoga aku pun juga ya!


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

HELLO!


I'm Yosa Irfiana. A scriptwriter lived in Magelang. Blog is where i play and share. Click here to know about me.

FIND ME HERE

  • Instagram
  • Twitter
  • Facebook
  • Google Plus

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  January 2023 (1)
  • ►  2022 (14)
    • ►  December 2022 (1)
    • ►  October 2022 (1)
    • ►  August 2022 (2)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (1)
    • ►  April 2022 (2)
    • ►  March 2022 (2)
    • ►  February 2022 (3)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (60)
    • ►  December 2021 (1)
    • ►  November 2021 (3)
    • ►  October 2021 (3)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (2)
    • ►  June 2021 (3)
    • ►  May 2021 (15)
    • ►  April 2021 (21)
    • ►  March 2021 (2)
    • ►  February 2021 (2)
    • ►  January 2021 (5)
  • ►  2020 (44)
    • ►  December 2020 (5)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  October 2020 (4)
    • ►  September 2020 (5)
    • ►  August 2020 (3)
    • ►  July 2020 (7)
    • ►  June 2020 (6)
    • ►  May 2020 (1)
    • ►  April 2020 (4)
    • ►  March 2020 (2)
    • ►  February 2020 (3)
    • ►  January 2020 (2)
  • ▼  2019 (89)
    • ►  December 2019 (5)
    • ►  November 2019 (7)
    • ►  October 2019 (6)
    • ▼  September 2019 (10)
      • ALYA PANAS TINGGI
      • MAMA, KENAPA KITA BERBEDA?
      • NGOPI CANTIK #9 - LIPSTICK SWATCHING 101 WITH LIPP...
      • LOREAL ROUGE SIGNATURE - I EMBRACE& I RULE
      • GRADUATION MAKEUP COLLABORATION WITH BEAUTIESQUAD
      • PIXY TINT ME DAN PIXY TWIN BLUSH, BAGUS ENGGAK SIH?
      • INTROSPEKSI
      • DO MORE OF WHAT MAKES YOU HAPPY
      • PIXY MAKE IT GLOW PADA KULIT BERJERAWAT
      • ORANG TUA YANG BAPERAN
    • ►  August 2019 (6)
    • ►  July 2019 (6)
    • ►  June 2019 (9)
    • ►  May 2019 (9)
    • ►  April 2019 (8)
    • ►  March 2019 (7)
    • ►  February 2019 (7)
    • ►  January 2019 (9)
  • ►  2018 (135)
    • ►  December 2018 (21)
    • ►  November 2018 (17)
    • ►  October 2018 (9)
    • ►  September 2018 (9)
    • ►  August 2018 (10)
    • ►  July 2018 (9)
    • ►  June 2018 (12)
    • ►  May 2018 (9)
    • ►  April 2018 (9)
    • ►  March 2018 (9)
    • ►  February 2018 (10)
    • ►  January 2018 (11)
  • ►  2017 (116)
    • ►  December 2017 (8)
    • ►  November 2017 (7)
    • ►  October 2017 (8)
    • ►  September 2017 (9)
    • ►  August 2017 (8)
    • ►  July 2017 (11)
    • ►  June 2017 (8)
    • ►  May 2017 (11)
    • ►  April 2017 (8)
    • ►  March 2017 (12)
    • ►  February 2017 (15)
    • ►  January 2017 (11)
  • ►  2010 (9)
    • ►  November 2010 (9)

CATEGORIES

  • HOME
  • BABBLING
  • BEAUTY
  • FREELANCERS THE SERIES
  • HOBBIES
  • LIFE
  • PARENTING
  • BPN 30 DAY BLOG CHALLENGE
  • BPN 30 DAY RAMADAN BLOG CHALLENGE 2021

BEAUTIESQUAD

BEAUTIESQUAD

BLOGGER PEREMPUAN

BLOGGER PEREMPUAN

EMAK2BLOGGER

EMAK2BLOGGER

Total Pageviews

Online

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose