ALYA PANAS TINGGI

by - September 30, 2019

For the first time, terhitung sejak Alya lahir, Alya mengalami juga yang namanya panas tinggi  hingga mencapai 40,2°C. Panik? Iya jelas, dan enggak pakai pikir panjang, kami bawa ke rumah sakit saat itu juga.


Sudah seperti yang aku ceritakan sebelum-sebelumnya, Alya didiagnosa Bronkitis dan butuh konsistensi sama pola hidup sehat. Ada kalanya kami capek dan ngasih Alya jajan pasar yang mengandung pewarna buatan. Jujur, ada masanya kami sebal karena Alya ternyata gampang bosan, sementara skill masak kami enggak seberapa. Kalau sudah gitu, Alya kami nekad belikan ayam crispy di luar, sambil ngerasa bersalah juga karena setelahnya, Alya enggak kunjung sembuh seperti anak sehat pada umumnya. 

Sometimes i just want to realize, we are just human. Sebagai orang tua biasa, kami sering capek ngurus Alya. Belum beli obat, belum penyembuhan, belum bikin makanan sehat terus. Almost 24 kami harus siaga termasuk pada malam tiba. Jaga-jaga kalau Alya kambuh batuk ngikilnya, jaga-jaga dia panas demam, jaga-jaga dia keringetan dan sekujur badannya basah semua. Jujur capek, beneran. Tapi kalau kalian nanya, apakah kami ikhlas melakukan yang terbaik buat Alya? Definitely yes, ini tanggung jawab kami. Enggak usah meragukan usaha kami, ya walaupun kalau kami sedang banyak kerjaan dan harus ngejar deadline, energi kami enggak se-powerful waktu masih muda. We try our best buat ngasuh Alya. Cuma sesekali ingat omongan temen yang bilang, kalau kami cuma mikir straight banget sama makanan, justru Alya makin gampang ringkih. I don't know, but i'm still confuse, as always.

Aku paham kok, ngurus Alya yang ekstra ini terbayar lunas begitu lihat anaknya yang lincah dan aktif. Kemampuan berpikirnya kritis, pelajaran di sekolah juga alhamdulillah bisa ngejar. Kalau kata Suami, yang ada di otak Alya ini bermain dan bermain, tapi kadang enggak berbanding lurus dengan fisiknya. Sampai sering Alya ngigau bermain dan becanda sama temen-temennya. Bahkan kadang kalau malam ia cuma bisa di rumah dan bengong karena bingung mau ngapain. Dalam hati kasihan juga, makanya, kalau aku berdoa, yang nomor satu pasti terucap Alya.

Baru-baru ini aku sempet jumawa karena bangga Alya sudah lepas antibiotik yang ia konsumsi sudah lebih dari 2 bulan. Nafsu makan oke, minta makan terus malah, ya walaupun harus gonta-ganti. Tapi aku perhatikan, tiap batuk, BB Alya pasti turun. Kelihatan agak kurusan siapa yang tega. Aku juga kerasa banget obat-obat generik sudah jarang yang mempan. Ini basic dari pengalamanku sendiri lho ya. Makanya, pengobatan Alya sekarang enggak pakai BPJS lagi. Bukan salah BPJS sih, tapi karena Alya sudah terkontaminasi obat-obatan sudah lama, mana antibiotik terus. Jadi, obatnya enggak bisa yang biasa.

Nah, beberapa hari kemarin kan obat-obatannya habis tuh, padahal batuknya masih. Aku langsung stop ke Dokter dan googling apakah bronkitis ini bisa kami tangani dan obatin pakai ramuan herbal yang aku bikin sendiri. Well, mikirnya gampang sih. Kan Dokter bilang Alya ini sakitnya mostly karena makanan yang kurang sehat, so, apakah mungkin bisa juga disembuhkan dengan makanan juga? I mean, aku mencari tahu bahan makanan sendiri seperti jahe, kencur, kunyit, jeruk nipis, lemon, sereh, atau apalah, dan harus diminumkan rutin. Boleh jadi ini semacam jamu, but  why don't we try it?

3 hari berturut-turut aku bikinin ramuan dari kencur diparut + madu dikasih air 5 ml, lalu disaring. Jadinya kayak obat gitu diminum langsung glek glek glek. Cukup ada perbedaan kok ternyata, batuknya berkurang pelan. Paling PR nya ya pas subuh-subuh doang pas angin malam sedang kencang. Selebihnya oke. 3 hari enggak aku kasih obat menurutku sudah much better, efeknya sama. Kan konon kencur, kunyit, madu, bisa menambah daya tahan tubuh serta antibiotik alami.

Kupikir sudah dong, bakalan sembuh dengan sendirinya. Tapi sayangnya, ada satu kejadian yang bikin dia demam tinggi dan harus ke Dokter lagi. Tepatnya setelah pulang sekolah dan aku menawarkan beli serabi. Sampai di sana, Alya minta makan langsung, padahal biasanya dibawa pulang. Nah, tempat jualan serabi itu, cara masaknya pakai kayu, yang otomatis ada asap dari tungku yang dihasilkan. I'm so sorry, kupikir asapnya ya biasa saja sih, enggak yang terlalu mengebul gimana, tapi ternyata, Alya yang enggak kuat.

Bener dong. Sampai rumah langsung demam enggak pakai angkatan. Panas awal berkisar 37°C. Penanganannya kami kasih paracetamol yang ada di rumah. Tapi enggak turun-turun. Malamnya malah jadi naik ke 38°C. Kami enggak henti-hentinya kompres dan kasih air putih sepanjang malam, sampai paginya bisa turun. Alya aku izinin buat enggak sekolah, lalu aku kasih kencur sama madu lagi, sementara untuk badannya aku pijetin pakai bawang merah. Banyak sih yang nyaranin kasih bawang merah, sambil nginget-nginget dulu pas bayi kayaknya pernah juga deh dipjet sama eyangnya pakai bawang, tapi lupa hasilnya gimana. Tapi boro-boro panas turun, yang ada ternyata kulit Alya jadi bruntusan sepunggung. Kadang kumemang mengindahkan omongan orang sih ya.

Well then, siang itu Suami tiba-tiba panik karena jam 2, suhu tubuh Alya mencapai 40,2°C. Ini baru pertama kalinya Alya setinggi itu. Kami enggak pikir panjang sih, langsung bawa Alya ke rumah sakit biar cepat tertangani. Jujur nih, aku takut Alya enggak kuat dan bisa kejang. Hal ini dibuktikan sama Dokter yang bilang bahwa Alya termasuk anak yang kuat dengan demam setinggi itu. Di Rumah Sakit, Alya langsung dikasih obat penurun panas yang dimasukkan dari dubur. Anaknya kaget, ngerengek karena bingung mau diapain, tapi namanya Alya, anaknya lebih sering pasrah karena dia tahu, kalau berontak enggak bakal sembuh.

Kami nunggu sekitar setengah jam, agak ketar-ketir juga misal Alya disarankan opname. Makanya, kami saling nyemangatin supaya sama-sama kuat. Tak lama kemudian Dokter datang dan bilang Alya aman. Alya cuma diresepin Sanmol dan Imunos, enggak ada antibiotik. Lega juga sih. 

Yang jadi catatan aku di sini, adalah cara kami menangani demam mungkin kurang tepat. Pertama, Alya dengan BB badan 17 kilogram, seharusnya dapat 120mg dengan dosis 8ml. Yang kedua, pemberian bisa diulang per 4 jam, setelah anak makan. Jika demamnya sudah turun dan enggak terlalu tinggi, dosisnya baru 8 jam sekali. 

Setelah pulang, kami makin memperhatikan jadwal-jadwal Alya seperti makan, jam istirahat, aktivitas, serta pemberian obat. Alya kami pastikan dapat asupan yang bergizi, dengan rutin minum air putih hangat sebanyak-banyaknya. Setelah itu baru minum obat, baru bisa istirahat. 2 hari dalam masa penyembuhan, Alya terhitung 2 kali tidur siang.

Oh iya satu lagi, kadang ada kan orang yang biarin anaknya enggak mandi ketika sakit? Padahal sebenernya, mandi air hangat itu bagus untuk membuang kuman dan membuat tubuh terasa segar dan bersih. Alya tetap aku mandiin 2 kali sehari. Bahkan kalau malam dia keringetan, kami elap-elap atau bahasa jawanya sibin pakai air hangat.

Hasilnya, demam Alya cepat turun. 2 hari setelahnya Alya bisa beraktivitas seperti biasanya. Walaupun dia masih gampang capek dan enggak kuat untuk aktivitas berlebih kayak upacara. Ini Alya masih aku rutinin minum kencur madu, selang seling sama kunir campur asem. Terus aku kuatin juga sama sayur mayur dan buah. Terus satu lagi, roti. Di rumah selalu sedia roti karena Alya sekarang makannya banyak. Banyak tapi enggak gendut-gendut kayak dulu, sedih deh.

Terimakasih buat semua do'anya ya. Semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan kekuatan. Aamiiin amiiin ya rabbal alamin.

You May Also Like

1 komentar

  1. yang sangat perlu untuk diperhatikan jika anak panas tinggi adalah kontrol kita agar anak tidak mengalami kejang, sebab jika itu terjadi, akan berdampak buruk kedepannya, salam kenal ya mbak

    ReplyDelete