YOSA IRFIANA

Powered by Blogger.
Kalian sudah tahu belum kalau komunitas kesayangan aku, yaitu Beautiesquad lagi ulang tahun yang ketiga? As we know, umur 3 tahun itu lagi lucu-lucunya, sudah bisa mengungkapkan macem-macem, sudah bisa berlari, dan enggak bisa dibilang anak kecil lagi. Tentu saja, Beautiesquad perlahan tumbuh jadi komunitas yang konsisten, disiplin, serta banyak inovasi. Ini basic dari pengalamanku sendiri loh ya.

Nah, bulan November ini Beautiesquad punya banyak acara nih. Seperti giveaway, review produk, dan tetep ada collab bertemakan Villain Makeup Collab. Collab kali ini berbeda, karena menggandeng brand lokal kenamaan, Purbasari. Pesertanya pun hasil seleksi, kebanyakan sudah pada pernah ikutan collab sebelumnya, dan sudah ngikutin rules seperti follow IG-nya Beautiesquad, maupun join di grup Facebook.

Btw, kalian mau tahu enggak aku dikirimin apa saja sama Purbasari? Here it is!

Purbasari Brightening Cool BB Cream, 
Purbasari Daily Series Alas Bedak (4 shades), 
Purbasari Daily Series Pelembap, 
Purbasari Daily Series Triple Action Cake Refill, 
Purbasari Flawless Matte BB Two Way Cake,  
Purbasari Lipstick Color Matte Shimmer Finish, 
Purbasari 2in1 Color Tint Cheek and Lip Tint, 
Purbasari Daily Series Eyeliner Pen. 


Sebelum aku ngomongin ke proses dan hasil makeup-nya, aku tahu kok, di luar sana, banyak diantara kalian yang pengen banget gabung sama Beautiesquad. Mostly pada ngincer dapetin produk gratis karena BS sudah banyak kerjasama dengan brand-brand beauty. Sorry, agak frontal, tapi aku beberapa kali dapet komen, sampai DM gimana sih cara dapetin produk gratis buat direview?

FYI saja, awal aku bikin blog aku beli apa-apa sendiri. Nyobain skincare, struggling sama jerawat, latihan dandan, bikin tulisan persuasif yang soft supaya pembaca jadi tertarik, dan itu enggak gampang. Aku sudah 4 tahun jadi blogger. 3 tahun memantaskan diri jadi beauty blogger. 2 tahun mulai ikut collabnya sama Beautiesquad. Lalu 1 tahun yang lalu finally bisa gabung menjadi Officer-nya.

Jadi seorang beauty blogger/vlogger, kok rasanya naif ya kalau cuma pengen barang gratisnya doang? Buat koleksi saja atau gimana? Padahal dibalik itu, kita juga dituntut sama attitude yang baik, disiplin bikin postingan, dan mikir gimana supaya kontennya bagus. Beneran, kalau sudah deadline begitu ya sama kayak kerja. 

Intinya apa? Beautiesquad mengajariku banyak hal, termasuk sharing ilmu lewat Ngopi Cantiknya, dan berfungsi buat perkembangan blog ku ke depan. Aku juga mulai cari tahu soal ingredients suatu produk yang cocok untuk kulit, dan berani bereksperimen. Enggak cuma itu, aku bahkan jadi banyak kenal beauty blogger/vlogger yang keren-keren di luar sana. Banyak yang humble, tapi karyanya cakep. Banyak yang disiplin, tapi masih down to earth. Makanya, next aku tertarik sama konsep video karena aku basicnya kuliah dan kerja di kancah audio visual. Do'ain yaaa!!

Kalian beneran pengen gabung sama Beautiesquad, caranya sebetulnya gampang. Pastikan kalian punya blog yang berumur lebih dari 6 bulan, dan ada postingan tentang Beauty-nya. Lalu join grup facebook-nya, follow instagramnya, dan ikuti beberapa informasi lewat media sosialnya. Tiap bulan ada kok makeup collab. Lalu ada juga Ngopi Cantik secara berkala. Nanti kalau kalian aktif, akan diajak ke grup whatsapp-nya dan bisa sharing apa saja sesama beauty blogger. 

Back to makeup collab. Tema villain ini seru banget buat dicobain, mengingat aku jarang banget makeup aneh-aneh gitu. Aku seringnya makeup cantik, makeup biasa, makeup yang simple. Nah, ini termasuk tantangan banget!

Oleh karena kita dikirimin Purbasari beberapa produknya, aku akan memilih beberapa produk untuk mendukung look-ku kali ini.


Yang pertama, aku pastikan kondisi wajahku bersih, terawat, sehat, dan lembap dulu. Setelah dibersihkan, aku memakai Purbasari Daily Series Pelembap, yang diperkaya buah delima yang bisa melembapkan kulit biar tampak lebih segar. Aku suka sama teksturnya Moisturizer ini karena adem kayak gel, tapi gampang pecah dan meresap. Tekstur pelembapnya cocok sama jenis kulitku yang berjerawat dan berminyak. So yes, kayaknya nih, aku bakalan pakai si pelembap ini untuk pemakaian sehari-hari karena terbukti enggak bikin break out kulit wajah.

Setelah itu, aku bingung nih, mau pakai alas bedak atau BB creamnya saja. Karena jujur, warna-warna complexion-nya nyaris enggak ada yang fix banget di warna kulitku. Aku pakai BB cream Brightening Cool sebagai base, lalu masih pakai Alas Bedak Warna Kuning Gading dicampur dengan Natural, agar menghasilkan bedak yang dempul banget. Tebel biar, kan villain bebas hehe.


Setelah itu, aku pakai Purbasari Flawless Matte BB Two Way Cake yang hasilnya bener-bener matte. Di sini aku udah ngerasa kayak topeng sih sebenernya, but it's okay, the show must go on. Anggep saja mau pentas jadi peran antagonis ya kan?

Oh iya, aku ngetap bedaknya pakai spons bawaan TWC Purbasarinya. Cukup di-tap-tap saja biar enggak geser dan enggak demek.


Selanjutnya pada decoratif mata, aku pilih warna merah sesuai sama brief-nya. Cuma, aku ngerasa kurang nih. Pengen lebih nampol, kemudian aku tambahkan garis yang membingkai dengan Purbasari Eyeliner Pen yang warnanya hitam jreng. Hitamnya ini kreng, sekali oles kelihatan, juga waterproof, sudah aku coba di tangan dan ngucurin air, tetap ada. Bisa bertahan 4 jam lebih, yang berarti produk ini termasuk kece lah ya untuk seharga Rp 50.000an.

Lalu pada foto yang kanan, aku nemplokkin alas bedak warna sawo matang, karena baru keinget, aku enggak shading sama sekali. Mendadak jadi pengen nambahin nuansa Maleficent yang rahangnya menonjol banget. Habis itu baru aku tambahkan lagi TWC Purbasari biar nyatu sama complexion sebelumnya. 


Nah, karena aku dikirimin Purbasari Lipstick Color Matte New Shimmer sejumlah 4 shades, jadinya aku tertarik buat nyobain sekaligus memilih salah satu warna lipsticknya, sebagai dekoratif villain makeup aku. Kira-kira yang mana ya yang bagus? Bingung juga euy. 


Kebetulan, warna-warna Purbasari Lipstick Color Matte New Shimmer termasuk gelap dan cocok buat villain makeup kayak gini. Warna bold jauh dari kesan aman, tapi aku senang, karena warna seperti ini tegas dan terkesan keluar dari zona nyaman. 

Buat yang belum tahu, Purbasari sebelumnya mengeluarkan 3 varian lipstick. 
Yang pertama, yang sempet heboh dan fenomenal yaitu Purbasari Lipstick Color Matte yang punya packaging hitam.
Yang kedua Lipstick Color Matte Metallic dengan packaging gold.
Yang ketiga Purbasari Hi Matte Lip Cream dari Hydra Series dengan packaging hitam ala liquid lip cream.

Kardus packaging-nya sendiri, sama seperti series Purbasari Lipstick Color Matte, tapi dalamnya, sama seperti yang versi metallic. Bingung ngebedainnya? Di bagian kardus kemasan, ada kok tulisannya, terus di bagian sisi kanan kirinya ada nama warnanya. 


Yang aku dapetin ini memang bertajuk Purbasari Lipstick Color Matte, tapi dengan warna shimmer baru, yang lebih berkilau. Kalian yang pengen nyobain lipstick ini enggak perlu khawatir, karena warna-warnanya disesuaikan dengan tone kulit orang Indonesia, dan katanya nih, enggak bikin bibir kering. Masih kurang? Tenang, Purbasari sudah tercatat izin BPOM dan punya label halal MUI. Lengkap kan.


Sebetulnya, Purbasari Lipstick Color Matte New Shimmer punya 5 shades, antara lain:

Shade 12 - Crystallite (Cokelat Kemerahan)
Shade 13 - Azure (Ungu Pearl) Shade 14 - Morganite (Merah) Shade 15 - Citrine (Cokelat) Shade 16 - Quartz (Maroon)


Aku dapat 4 shades, kecuali yang nomor 14. Kesemua warna-nya memang tampak ber-glitter shimmer, dan berbeda dari series sebelumnya. Awalnya aku kira akan enggak aman di wajahku, tapi begitu aku coba satu-satu di-swatch, aku malah jadi pengen buru-buru oles ke bibir.


Aku setuju sama klaim yang bilang bahwa lipstick ini ringan, dan pigmented. Seperti yang aku yakini, warna bold akan cenderung lebih pigmented ketimbang nude, karena dia sudah gonjreng duluan. Cuma nih ya, karena bibirku itu super kering, aku harus ekstra perlindungan, jadi sebelumnya aku pakein lip balm as always, jadi mohon maaf jika nanti fotonya enggak matte banget. Aku cuma enggak mau hasilnya enggak sesuai ekspektasi karena aku susah cocok pakai produk yang matte seperti ini.

Supaya tahu warna detailnya, berikut swatch-nya di tangan.


Purbasari Lipstick Color Matte New Shimmer
Nomor 12 - Crystallite

Kita mulai coba yang nomor 12, yaitu Crystallite dulu. Warna coklat kemerahan dan cenderung seperti warna bata, ternyata masih aman buat digunakan sehari-hari atau bahkan acara formal. Aku ngelihat warna shimmer tipis-tipis pada warna ini. Hasilnya matte, terus glitternya enggak terlalu kelihatan. 



Purbasari Lipstick Color Matte New Shimmer
Nomor 13 - Azure

Sejujurnya awal buka, aku paling naksir warna ini. Kupikir akan cocok sama villain makeup karena warnanya cenderung ungu pearl yang kelihatan galak gitu. Tapi ketika dioles di bibirku, ternyata hint ungunya enggak terlalu kelihatan, dan malah cenderung berwarna pink tua. Mungkin karena warna bibirku gelap kali ya. Jadi kurang terlihat ungu. Anyway, ketimbang nomor 12, shimmer nomor 13 lebih kentara dan lebih bold.



Purbasari Lipstick Color Matte New Shimmer
Nomor 15 - Citrine

Warna Citrine didominasi warna coklat keorange-an. Shade-nya lebih light ketimbang nomor 12, tapi shimmernya lebih terlihat. Warna ini tentunya juga cocok buat pemakaian sehari-hari. 



Purbasari Lipstick Color Matte New Shimmer
Nomor 16 - Quartz

Sewaktu di-swatch di tangan kan warnanya cenderung matte dan shimmernya enggak terlalu kelihatan ya, tapi ketika dioles ke bibir, wuuuz...warna merahnya bold banget dan cenderung ke maroon. Well i said yes for it, dan langsung milih warna ini sebagai dekoratif bibir karena cocok sama riasanku.



Supaya meyakinkan kalian, nih lihat perbandingannya di bibirku pada kolase berikut ini. Di aku, bagus yang nomor 16 kan? Kan? Kan? Hehe maksa.

Oh iya, aku lupa bilang, aku cukup hati-hati ngolesin lipsticknya ini karena ringkih dan cukup mudah patah. Beberapa kali aku kesulitan menghias pinggir bibir saking tebelnya bibirku juga nih. Bentuk lipstick yang memanjang kayak gini enggak terlalu cocok sama bibirku yang tebel, jadi aku kadang butuh bantuan brush untuk aplikasiin ke pinggiran bibir.

Again karena ngerasa kurang garang, aku bubuhkan eyeshadow hitam di sekitar bibir-ku. Hasilnya seperti ini, cocok sama dekoratif matanya.


Aku kasih nama Gothic Villain Makeup karena riasan mataku sudah smokey dan bedakku sudah dempul banget. Gothic-Metal kayak gini bayanginnya ke Lorde atau Amy Lee-nya Evanescence. Btw ini mau nyanyi atau melakukan kejahatan sih hehehe. Enggak apa-apa ya, yang penting cadas! 


Eh kelupaan, di bagian bawah mata itu, aku bikin semacam ((TEARS)) dari Purbasari Lipstick Color Matte New Shimme Nomor 16 juga. Aplikasinya pakai brush tipis. Jadi kesan gothic metalnya makin terasa. Tears ini aku buat supaya nonjolin kesan gahar dan "hello gurls, aku nangis saja nangis darah nih loh" LOL. Jadi, belum melakukan tindak kejahatan, orang sudah takut duluan haha.

Aku malah jadi kepikiran, misal dulu waktu sekolah aku bisa makeup seperti ini, pasti sudah aku bawa ke panggung ke panggung sambil nyanyi. Kalau sudah di depan panggung kan yang penting penampilan, hehehe.

So, menurut kalian, makeup ku kali ini gimana? Cocok enggak sama temanya? Heheh. Jangan takut, aku masih baik dan penyayang kok. Villain makeup cuma tampak luarnya, dalamnya tetep princess disney.


Kalau kalian butuh referensi lain, kalian juga bisa kepoin makeup-nya Novitania yang lebih manis dan simple. 


Atau bisa juga contek dari peserta lain yang enggak kalah cakeeep...



Nah, dalam blogpost kali ini, sekalian aku mau ucapin HAPPY BIRTHDAY yang ketiga buat Beautiesquad. Semoga makin kompak, banyak ide yang inovatif, serta banyak gaet brand-brand kenamaan buat diajak kerjasama. Senang rasanya berada di bawah komunitas yang care, buaaik banget, supel, dan mau berkembang bersama.

Buat kamu yang belum gabung, kami tunggu yah!

Instagram 
Purbasari Makeup | Purbasari Indonesia
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Alya bisa bilang kalau dia dekat sama papa mama. Sukanya dua-dua, alias dia ada ditengah, dipeluk, sambil kruntelan bertiga. Tapi, akhir-akhir ini, kalau sudah urusan ngamuk dan marah, yang dicari tetap papanya! Bahkan kalau aku lagi badmood terus nggrundel ke Suami, dia bakal belain dan bilang, "Mama jangan marah-marah.. Itu kan Papanya Alya"

Baik, finally ada juga fase di mana aku sering kontra sama Alya. Yuk selesaikan.


Kesalahan terbesar yang paling sering aku lakukan adalah, aku tuh sering lepas kontrol dan enggak lihat-lihat kalau sedang kesal. Mostly akan aku luapkan biar cepat kelar. Yang dulu katanya bisa lebih kalem semenjak punya anak, buyar seketika. Bukan bermaksud bohong sih, enggak. Pernah ada beberapa waktu aku legowo dan bisa nerima kenyataan kalau enggak sesuai planning. Tapi yang namanya hidupnya, ada saja naik turunnya. Termasuk emosi ini.

Bayangin saja, aku sekarang kerjanya ambil double. Nulis di dua production house secara kontrak, belum lagi maruk kalau ada tawaran bikin naskah lain, dengan catatan, timing-nya pas. Semaruk-maruknya aku, kalau waktunya mepet dan bareng sama kerjaan utamaku, aku bakal tolak. Nah, saking banyaknya kerjaan ini ngaruhnya ke rumah tangga. Padahal mah, kerja juga buat siapa kalau bukan buat kami semua? Yak langsung perhitungan.

Kadang aku tuh lagi asyik konsen sama nulis gitu, tiba-tiba Alya bisa ngerengek dan ngajak main. Atau ada kalanya aku capek pengen istirahat, Alya ngajakkin temen-temen sekomplek masuk rumah dan rame banget. Sebenernya sudah cukup ke-handle dan sudah biasa, tapi yang namanya kalau sudah capek, ketambahan bokek, ya wes, sungutku langsung keluar.

Alya paham sih kalau aku lagi kerja, tapi kelemahan Alya enggak bisa main sendirian. Solusinya bagaimana?? Ya sodorin gadget. Paling enggak sampai 30 menit, dia bosan, lalu ngajak main lagi.  Aku masih kerja, ya akhirnya ribut. Aku marah, Alya ikutan rewel dan nangis. Gitu terus polanya. Lha kalau sudah begini, mikir sih, Alya ini full day terus saja apa gimanaaa??? 

Lain sama Suamiku, dia cenderung lebih cepet meladeni Alya. Termasuk segala mau Alya. Yang ini agak gokil sih, karena beberapa kali kami jadi enggak sinkron di depan anak dan eyel-eyelan. Misalnya nih. Baru saja kejadian, salah satu boneka Alya ketinggalan di tempat eyang. Buat yang belum tahu, Alya nih dari dulu seneng bawa toys kemana-mana. Entah itu boneka, robot, atau pulpen kecil. Enggak tahu deh, pokoknya yang penting ada pegangan. Tapi, dia enggak sakau sama 'barang simpenan' sebetulnya. Kadang ketinggalan dan kadang lupa bawa juga enggak masalah. 

Naaaah, kemarin itu dia nangis kejer dan nyari-nyari boneka kesayangannya. Rumah mama enggak begitu jauh sih dari rumah, cuma kalau malam, jalannya gelap banget. Maklum, rumah di desa. Dan posisi waktu itu sudah jam setengah 9 malam. Bayangkan! Ya ampun Alya.

Alya minta ke aku enggak aku turutin. Tiba-tiba, Suamiku bilang, "ya sudah..papa ambilin buat Alya". Dungjreeeng!! Aku langsung kaget dan bingung sendiri. Karena aku sebetulnya pengen nekanin konsep bahwa apa yang diinginkan Alya, enggak melulu langsung terpenuhi. Lha ini Suamiku malah dengan enjoy-nya ngasih solusi. Kalau diturutin, yass! Papa is My Hero, Mama enggak bisa berkutik lagi kyaaa!!!

Mungkin karena ngelihat aku enggak enak dan kesal, Suamiku lalu bilang ke Alya gini,"sana sama Mama. Mama lebih bisa mengatasimu" Untungnya Suami-ku segera tanggap sih, kalau niatan aku baik.

Lalu aku ajak Alya ke kamar. Biaaar nangis kejer, biar di denger orang sekomplek, aku tetap cuek, yang penting selesai, enggak berlarut-larut. Habis itu aku bilang ke anaknya, "Alya, ini sudah jam setengah 9, apa kamu enggak kasihan lihat Papa malam-malam ke rumah eyang, mana gelap dan dingin? Toh kamu masih punya boneka lain yang banyak" Alya tetep nangis. Dia masih ngeyel kalau dia sayang sama boneka yang satu itu. Biasa dipakai buat tidur.

Aku enggak kehilangan akal, aku terus menata boneka-bonekanya dan act seperti pentas boneka. Aku bilang ke Alya dengan bonekanya, "Alya..aku kan temanmu juga, aku bisa nemenin kamu kapan saja. Enggak usah sedih, di sana boneka itu aman sama eyang. Besok kita ambil sama-sama"

Ternyata guys, enggak sampai 5 menit, anaknya diam! Jawab pertanyaan, dan lupa sama kesedihannya. Alya langsung memeluk bonekanya yang ada di kamarnya dan langsung maianan. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala dan kenapa tadi ribet amat yaaak huhuhu...

Di lain waktu, aku pernah dapat tawaran konten tentang anak, tapi syaratnya adalah aku harus foto sama anak. Aku sudah izin sama Alya, apakah Alya mau? Alya jawab mau, tanpa babibu. Tibalah saatnya kami foto, sudah lengkap sama baju berwarna senada, dan sejak pagi sudah aku sayang-sayang mulu biar mood-nya terjaga seharian. Suamipun siap motret. Giliran shutter dipencet, wajahnya njegadul marah dan seketika bad mood tanpa aba-aba. Aku bujuk rayu lagi, aku ajak becanda anaknya tetap tidak menunjukkan tanpa ingin senyum. 30 menit kemudian hampir give up, aku minta Suami motret candid. Wes biar, mau jelek, mau senyum, nanti cari yang pas saja.

Begitu selesai, tahu apa? Bocahnya kembali senyum. Tak tanyain kenapa tadi cemberut, jawabnya cuma, "ya anak-anak memang gitu ma". Tapi heran, kalau diajak foto sama Bapaknya, ketawanya selalu lepas, terlihat bahagia. Sampai semua kompak bilang, "Alya memang lebih dekat sama Papanya". Habis itu aku kapok ngajakin Alya foto lagi. Eeeeh, kejadian juga nih, belum lama ini kita kan jalan-jalan ya sekomplek, nah, Alya ini moodnya seneeeng banget. Sampai di tempat makan, mendadak dia bilang, "Ma, ayok foto". Antara percaya atau tidak, foto-foto kami baguuus. Lucu-lucu. Dan terlihat Ibu dan Anak pada umumnya LOL. But to be honest, sampai sekarang aku enggak bisa tebak-tebak buah manggis sama moodnya Alya. Wes lah, biarkan saja dia yang terbuka tentang perasaannya.

Aku memang kayak enggak mau kalah sih sama Alya, tapi aku punya otoritas, aku ngajarin dia yang baik-baik supaya hasilnya juga baik. Ada kalanya aku pegang kendali sama sikapnya, tapi ada kalanya aku jadi temennya yang mampu mendengarkan keluh kesahnya ketika dia sedih atau kecewa.

Karena itulah, sekarang aku makin sering ajak Alya pillow talk. Menurutku, waktu sebelum tidur itu adalah waktu yang tepat untuk kita berkomunikasi dari hati ke hati. Sekadar tanya kayak: Alya hari ini ngapain, atau senang enggak, atau tadi kenapa nangis? Pertanyaan seperti ini sangat sensitif dan berguna untuk memastikan anaknya baik-baik saja.

Lucunya, Alya ini selalu nangis kalau sudah gini. Terus dia jadi sering bilang, "mama jangan tua ya ma. Alya sedih kalau Mama tua, nanti Alya enggak bisa main sama Mama" sambil meluk aku. Nangisnya itu nangis sesenggukan gitu dan terlihat tulus dari dalem hati. Alya juga sering minta maaf sama aku kalau dia kadang marah, cerita kenapa dia kesal, sampai ngaku kalau dia enggak suka sama sesuatu.

Aku senang sih, walaupun kadang tampak kontra sama aku, tapi urusan terbuka tetap nomor satu. Alya bisa terima apa yang jadi kelu kesahnya kalau kami sudah bicara dari hati ke hati. Gimanapun juga, aku Ibunya yang sadar diri, gimanapun juga harus memberikan yang terbaik buat Alya.

Catatan buat Alya kalau Alya sudah besar.

Alya...
Alya boleh jadi kalau ngrengek ke Papa, karena Mama galak, Mama enggak dengerin apa kata Alya, Mama itu harus, pokoknya. Tapi Mama begini karena Mama mau Alya jadi anak yang perhatian dan tahu keadaan. Alya enggak melulu harus dapat yang Alya mau. Suatu saat nanti, Alya akan banyak ketemu sama pengalaman di luar sana yang lebih berbelit-belit, menyakitkan, atau justru membuat Alya kuat untuk jadi anak Papa Mama yang hebat.

Yang perlu Alya catat, Mama Papa sama-sama sayang sama Alya enggak pakai limit enggak pakai kecuali. Alya tetap anak kebanggaan kami dengan keunikan kamu sendiri. Suatu saat nanti kalau Alya baca ini, Mama Papa harap, Alya akan tersenyum-senyum sendiri, lebih mengingat tingkah Alya yang nyebelin tapi lucu, ketimbang sama aturan Papa Mama yang harus ini itu. Semoga Alya jadi anak yang baik, cerdas, dan bermanfaat bagi siapapun.

Mama sayang Alya.







Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Masih ngikutin freelancers the series enggak sih? Karena ternyata tuh, aku sering di-DM soal kerjaan ini. Beberapa ngeluh, beberapa malah pengen, beberapa juga minta tips. Padahal ya aslinya, aku masih struggling. Malah kadang rindu kantoran loh hahaha. Aku cuma nulis yang selama ini berkaitan sama kerjaanku, seperti yang baru-baru ini aku makin kerasa, makin sering mengalami: NASKAH DIREJECT! Sakit? Ya sudah biasa.


Sebenarnya, kerjaan yang berhubungan dengan kreatif, kebanyakan pernah ditolak konsepnya. Entah itu desain, naskah, foto, atau apapun lah yang bersumber dari ide. Aku bisa ngomong gini karena Suamiku juga berkali-kali ditolak desain atau fotonya. Dia masih sering ikut kontes desain btw. Enggak kehitung kalahnya, enggak tahu lagi jumlah desain yang ditolak.

Sedangkan aku? Aku ngomongin soal industri saja ya, karena berbekal pengalaman, kalau film independent, biasanya brainstorming-nya lebih mateng, dan risetnya lama. Jadi enggak serta merta dituangkan langsung ke naskah. Ketika aku sudah nulis naskah, aku sudah dapet alur dan latar belakangnya dengan detail, sehingga lebih gampang digambarkan. Durasi bikin film butuh waktu agak lama, duit juga enggak berharap banyak karena dimulai dari kesenangan pribadi. Bikinnya rame-rame sama tim yang sudah klop. Baru akan dilombakan, atau ikut fasilitasi kalau konsepnya sudah jelas. Jadi, fee-nya nanti menyesuaikan. Se-menyesuaikannya pun ya enggak sepet-sepet amat dibanding industri.

Memangnya gimana sama industri? Deadline sering mepet, brief sekenanya, duitnya kadang enggak sepadan pula. Plusnya cuma fee-nya bisa cepet, secepet kalau mereka minta konsep dan revisi. Harusnya sih!

Dulu pas aku kerja kantoran, jualan konsep program ke stasiun TV juga lebih sering ditolak ketimbang diterimanya. Sekarang sudah jadi freelancer, memang sudah sedikit berbeda. Yang disodorin ke aku, banyakan yang sudah pasti tayang. Aku menerima kerjaan by demand. Tapi, juga enggak semudah nulis storyline terus acc gitu saja cyint. Harus melalui beberapa tahap revisi. Mulai Sutradara, Producer, baru ke stasiun TV. Berbelit-belit kan!

Aku pernah dapet curhatan sesama penulis naskah. Mereka sambat soal naskah yang di-reject, enggak lalu enggak dibayar, yang artinya enggak dihargai. Ini sebetulnya harus dibicarakan di awal, sama siapa kalian dapat kerjaan. Kalau ada naskah/storyline yang enggak di acc, apakah harus dirombak ulang, bener-bener harus diganti, atau kita ngotot harus minta persenan. Yang terakhir jelas bukan aku banget. Aku paham kok, status freelancer itu lemah. Sekali salah perhitungan dan salah baca aturan, ya ambyar. Giliran kita yang salah, akan dicerca membabi buta. Klien yang salah? Ya kita bisa rugi.

Tapi, ini juga tergantung sama siapa kamu bekerja. Kalau orangnya sudah enak-enakan, temen sendiri, atau klien yang bener-bener professional, mustinya lebih enak dibicarakan. Aku pernah sambat-sambatan sama tim, ngomong terus terang karena semuanya punya pressure yang berbeda. Enggak lazim dong kalau kita cuma neken dari satu jobdesk saja. Naskah gimana pun memang punya kendali penuh atas sebuah tayangan, cuma ya harus disadari juga, penulis naskah tidak dengan gampangnya menuliskan apa yang ada di kepalanya, termasuk tekanan dari mana-mana, dan bayaran yang stuck segitu tanpa ngelihat seberapa banyak waktu yang diluangkan.

Aku juga pernah dapet masukan dari Producer dan Sutradara. Mereka bilang, aku penulis yang aman. Bisa nulis sesuai kemampuan dan sesuai tawaran. 2-3 naskah ku yang ditolak masih jauh lebih mending dari penulis-penulis di luar sana. Bahkan ada loh, yang belum pernah sama sekali nyantol sama keinginan klien. Dan beberapa meyakini ini ada faktor luck.

Sedangkan buatku, ini adalah soal kita menangkap apa yang diinginkan klien. Aku selalu punya pola. Misal stasiun TV A segmentasinya C-D, atau klien B maunya visual lux dan elegant yang cocok untuk segmen A. Lalu aku banyak-banyakin kasih asupan otak sesuai dengan apa yang mereka mau. Aku enggak sedang mau menyombongkan diri sih. Aku belajar dari semua itu, saking seringnya sadar bahwa semua kalah sama kebutuhan rumah tangga.

Aku nulis gini agak emosi sebetulnya. Hanya saja, aku masih inget, kalau beras di rumah juga sudah kosong, listrik sudah berbunyi, bayar sekolah anak pakai apalagi selain pakai duit. Nah, kalau sudah gini kan kita mau apa? Mau idealis dan bilang kalau kerja pakai hati? Rasanya kok kayak enggak punya tanggung jawab lain saja.

Well, aku enggak pengen nyalahin siapapun kok. Aku sadar, sesuatu yang di-reject bukan semata karena kerjaan kita jelek, melainkan MUNGKIN BELUM SESUAI. Belum jodohnya.

Kalau dibilang pengen nyalahin ya mau nyalahin siapa? Boss stasiun TV? Sontoloyo, sana kalau berani! Makanya, walaupun sakit sesakit-sakitnya, aku mending legowo saja.

Kalau mau ditarik garis positif, beberapa desain suamiku yang pernah di-reject dan enggak menang, bisa didaurulang dan dimasukkin ke situs microstock. Ada yang download? Ada, karena kalau sudah kancah world wide dan kita rajin menawarkan lewat cara apa saja, kita sebetulnya sedang nyari pasar. Siapa yang mau? Nanti pasti datang.

Sedangkan naskah? FYI, script film Brush With Danger-nya Livi Zheng ditolak 32 kali sebelum masuk produksi, lalu akhirnya bisa tayang di amerika. But jangan ngomongin Livi Zheng ding, sensi soalnya. Hehehe. Kita beralih deh ke Penulis Tenar J.K Rowling, berkali-kali ditolak sama penerbit. Namun sekarang, siapa sih yang enggak kenal Harry Potter?

Masih butuh contoh lain? Oke, Yo Wes Ben. Bayu Skak ngaku kalau naskahnya berkali-kali ditolak Producer. Padahal, sekali digarap, filmnya moncer kan? 

Intinya, menurutku, selagi kita belum punya nama dalam tanda kutip, kita bisa belajar dari hal-hal menyakitkan seperti ini. Di-reject memang sakit, sakit banget. Ide sia-sia, waktu terbuang percuma, duit enggak dapet pula. Tapi, kalau kita mau menjadikan hal itu sebagai bahan pembelajaran, yakinlah suatu saat akan ada hasilnya. Saat ini mungkin belum jodohnya, atau bisa jadi bukan jalannya. Mungkin bisa kita daur ulang, mungkin bisa tawarin ke Produser lain, mungkin kita bisa bikin sendiri filmnya? Selalu ada celah untuk berkarya bukan?

Jadi, kita harus memantaskan diri dulu. Banyakin jam terbang kita. Lihat Penulis lain yang lebih-lebih keren dan berkarya. Lalu, bilang ke diri kita bahwa kita bisa lebih baik dari sebelumnya. Pelan-pelan akan terbangun kualitas kita yang sebenarnya. Baru nanti kalau sudah terima hasilnya, jangan lupa berbagi pada penulis-penulis baru yang muncul. Kan kalau kita lagi di bawah, di-reject dan disombongin juga enggak mau toh? Kenapa kita jadi balas dendam sama penulis baru. Lingkaran setan ini harusnya keputus kalau kita mau. Karena kalau kita gitu saja sudah jumawa, ingat, siapa tahu penulis-penulis itu justru lebih mampu dari kita. 

Terakhir, tetaplah bertahan. Aku tahu ini beban, tapi kita punya 1000 cara kalau kita mau bergerak maju ke depan.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Boleh sukses menyusui hingga umur 2 tahun, bukan berarti bikin ilmuku khatam soal ASI. Aku pernah cerita kan, kalau Alya ini gendats dan BB-nya selalu di atas rata-rata, padahal selama 6 bulan minumnya ASI doang? Giliran 6 bulan ditambah MPASI, bocahnya lebih sering nolak, dan GTM pun hampir tiap hari. Alya mulai doyan makan habis disapih, dan mau makan apa saja setelah berselang setahun.

Baca juga: Gerakan Tutup Mulut Pada Bayi

Sekarang, Alya sudah 4 tahun 8 bulan, alhamdulillah makan apa saja mau. Jarang nolak, dari sayur sampai cumi. Dari singkong, sampai fettuccine. Aku menemukan sebuah fakta, kenapa dulu Alya sering GTM ketimbang mau makan. (Hallo yosa...kamu kemana saja?)


Kemarin habis baca-baca lagi soal parenting. Sebenernya, aku baca lebih supaya tahu saja, apa sih yang kurang dan perlu dikejar di fase pertumbuhan Alya. Kalau ada yang dia enggak bisa, disitulah aku segera memberikan stimulasi biar perkembangannya sesuai standart. Nah, pada saat aku baca-baca itulah, aku nemu artikel soal "Over Feeding". Jeng jeeeng!! Ternyata hal ini ke-skip pada saat aku momong Alya pas bayi. Iyas, tanda-tandanya pun sama. Alya gendut, tapi enggak mau makan. Alya bisanya makan bubur sampai umur setahunan. Sampai Alya sering gumoh.

Baiklah.. Aku akui. Mungkin dulu pas Alya bayi, aku lebih intens ngasuh anak dan ngerjain pekerjaan rumah tangga kali ya. Enggak punya banyak waktu buat browsing artikel parenting, yang penting Alya terpenuhi ASI-nya saja, aku sudah ngerasa paling jumawa. (Jangan dicontoh ya)

Oke, aku jelasin dulu apa arti over feeding.

Over feeding yaitu kondisi di mana bayi kelebihan makan atau minum susu, karena sistem pencernaan bayi belum mampu menyerap terlalu banyak nutrisi untuk pertumbuhan dan kebutuhan energinya. 

Di sini, Alya berarti over feeding susu ya buibu. Jadi dia ini nenen terus every time every where, karena dalam mindset-ku saat itu adalah berikan ASI selagi anak mau. Parahnya, aku meyakini bahwa pemberian anak itu bisa nakar kebutuhan ASI-nya. Padahal kan belum tentu.

Pada saat Alya bayi, iya, jelas, ASI keluar on demand. Beberapa orang yang bilang kalau ASInya dikit habis melahirkan ya memang seperti itu adanya. ASI akan keluar sejalan dengan permintaan dan seberapa banyak dikeluarkan. Aku bisa sembuh dari mastitis ya dari siapa lagi kalau bukan dari anak sendiri?

Baca juga: Sembuh Dari Mastitis Dan Baby Blues

Makanya, kalau aku mikir Alya ini seneng nyusu dan aku biarin semaunya dia, bukan karena asal-asalan semata. Semua berdasarkan pengalaman. Apalagi, setelah Alya umur 1 tahun, produksi ASI-ku berkurang.

Nah, salah kaprah terjadi di sini. Di sisi lain, bayi umur 6 bulan kan memang sudah siap 'makan'. Jadi, pelan-pelan, fungsi ASI akan sebagai pelengkap doang. Masalahnya, Alya ini tetap menganggap ASI sebagai asupan pokoknya bahkan sampai umur 2 tahun. 2 tahun loh bayangkan! Jaraaang banget aku bisa nyuapin Alya sampai habis bis.

Padahal FYI, segala cara sudah aku lakukan. Mau yang metode BLW, tuh pepaya dicecer dan disesepin doang. Mau metode Food Combaining? Aku sampai capek mikirin menu yang endingnya dilepeh buat mainan. Mau di-tim? Diblender? Disaring? Cuma sampai pipi alias diemut doang, kalau diturutin bisa makan lebih dari sejam. Tapi kan durasi makan juga harus dibatasi, maksimal 30 menit mau enggak mau kudu selesai, entah makanannya habis atau enggak.

Setelah tragedi enggak mau makan, ya sudah, dia bakalan minta nenen dan aku turutin terus dengan alasan, kasihan anaknya enggak banyak asupan. Alya beneran bisa makan nasi, the real nasi sewaktu umur 14 bulan itu pun pakai dibejek duluan. Lambat laun sampai umur 2 tahun ya gitu, makan cuma sebagai selingan, yang penting nenen.

Sebagai gambaran, tiap bangun tidur Alya nenen. Habis itu mandi, dan aku suapin makan. Makan tuh ya itu tadi, angot-angotan. Kelar 30 menit, nenen lagi. Nanti sekitar jam 10, nenen lagi, sebelum waktunya makan snack. Snack lumayan mau sih, kayak yummy bites, atau kue-kue gitu, tapi ya dikit doang. Setelah itu, nenen lagi. Jam 12 waktunya makan? Dia ngantuk, nenen lagi. Bangun nenen lagi. Aku suapin makan, makannya dikit. Jam 3 snack time, banyakan enggak mau. Sore hari nih, waktunya makan, maunya dikit. Habis itu lanjut nenen, malam sebelum tidur nenen. Ngilir nenen. Pokoknya gitu terus polanya. Bahwa nenen adalah favoritnya dan enggak bisa dikalahkan dengan apa-apa. 

Sehari sudah enggak kehitung lagi berapa kali nenen. Masalahnya, asupan ASI sudah enggak memadai waktu umur 6 bulan lebih. Aku ketar-ketir banget soal pertumbuhan Alya. Ya memang sih, ASI-ku masih ngalir saja, tapi kan mana kenyang minum doang? Bahkan ASI kan kadar gulanya lebih sedikit ketimbang formula. Minum ASI doang enggak akan kenyang dong.

So, sekarang aku mikir lagi nih, kenapa Alya bisa begitu. Aku menemukan sebuah pola buat over feeding ini, berbekal pengalaman Alya.

SUSU - ENGGAK MAU MAKAN - SUSU LAGI - KEMBUNG - GUMOH - ANAK MAUNYA MAKANAN LEMBEK

Beberapa penelitian menyebutkan kalau over feeding lebih sering dijumpai pada anak yang pakai dot. Tapi ya enggak menutup kemungkinan, bayi menyusu Ibunya pun termasuk juga. Yang jelas, over feeding itu akibatnya perut bisa kembung, begah, sehingga anak ya memang jadi enggak doyan makan. 

Kalau enggak doyan makan lantas apa akibatnya? Anak akan gampang rewel, dan waktu tidurnya keganggu. Sekali lagi, ini berdasarkan pengalaman aku loh ya. Karena Alya sering banget begini. Rewelan minta ampun! Tidur pun susah! Aku baru kerasa pas sudah gedhe ini, dia kok ya bisa makan apa-apa dan waktu tidur bisa disiplin dengan sendirinya.

Baca juga: Mendisiplinkan Anak Tidur

Yang jadi catatan, Alya ini sering gumoh. Dulu pas kecil sering juga kolik, lalu muntah buanyak banget. Enggak sekali dua kali. Ini artinya, aku sebagai orang tua, enggak ngerti apa yang dimau-in Alya. Aku tahunya, ketika Alya nangis, dia minta nenen. Nah, ini juga termasuk kesalahan utama nih. Nangis dikit sodorin nenen, mana Alya enggak pernah nolak lagi. Beneran dia yang mabok ASI gitu loh anaknya. Kasihan kalau inget-inget. 

Terus, giliran dia harus makan, dia jadi lebih sering nolak. Makanya, pemberian susu, apapun itu, mau ASI mau formula, tetap harus diatur. Jangan sampai deket sama jadwal makan karena akan sangat mengganggu.

Berat badan Alya setelah 6 bulan, susut banget. Tapi masih kelihatan lah gempalnya. Yang tadinya selalu ada di kurva batas obesitas, kini sudah enggak lagi. Oh iya lupa, aku dulu juga meyakini bahwa bayi ASI enggak mungkin bisa obesitas, karena kadar gula dalam ASI enggak sebanyak formula. Jadi ya, kutambah santay..

Alya bisa gendut lagi ipel-ipel umur 2 tahun lebih. Aku pernah ceritain kan, kenapa dia habis disapih, hari itu juga dia bisa telap-telep makan? Beneran jadi doyan makan dan enak banget disuapinnya. Mmm memang nih ya, telat banget aku mikir. (Tears)

Jadi buibu, kira-kira kalau anaknya lagi enggak mau makan, siapa tahu bukan karena makanannya yang enggak enak, atau kurang variasi. Tapi timing kita dalam memberikan asupan. Tulisan ini bukan cuma buat sharing sih, tapi juga buat jaga-jaga siapa tahu lupa, kalau besok punya anak lagi, terus pakai sistem pemberian ASI semau bayi. Hahaha, see ya di blogpost selanjutnya.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Fanbo tuh enggak henti-hentinya ya berinovasi. Setelah lipstick satin yang cukup banyak varian, lalu berturut-turut ada skincare, beauty blender, mana sekarang ada BB Cushion sama cleansing balm pula. Dan yang paling wow adalah, packagingnya itu cute dan sangat kekinian banget. Ini sangat penting karena Fanbo termasuk produk yang sudah cukup lama ada di Indonesia, tepatnya tahun 1968! Mengikuti tren, enggak ketinggalan, dan selalu terdepan tuh kewl enggak sih?

Kali ini aku mau nge-review Fanbo Lip Cream Choco Rush yang bekerja sama dengan BVloggerJateng. Sebenernya enggak ada kewajiban bikin blog, but... karena sesuka itu sama lip creamnya, so yas, kenapa tidak aku sekalian tulis saja?


PACKAGING

Sejak pertama kali datang, Fanbo Lip Cream Choco Rush sudah menarik perhatianku. Beneran, packagingnya cakep, feminine, unik, dan berbentuk persegi panjang yang kokoh. Dominasi pink dan coklat, terus dalemnya tuh ada kaca seperti ulir gitu loh. 

Minus packaging berbentuk kotak kayak gini, tutupnya itu agak susah dibuka dan ditutup. Enggak susah banget sih, tapi kelemahan botol berbentuk kotak ya seperti itu. Beda sama botol yang bulat. Tapi plusnya, nutupnya tuh kan harus sampai 'klik' gitu, jadi ya malah isinya terjaga supaya enggak tumpah-tumpah.

Pada bagian botol-nya kita bisa melihat langsung nama-nama shade yang terletak di bagian bawah kemasan. Kelima shades ini, bertemakan Autumn Color Base yang terinspirasi dari dedaunan musim gugur. Menurutku, warna-warnanya aman untuk digunakan sehari-hari, dan cocok untuk segala skintone.


Selain itu, terdapat plastic sealed yang membungkus botol lip creamnya, supaya terlihat bahwa produk aman dan belum pernah dipakai. Di plastik-nya juga terdapat informasi mengenai ingredients, tempat produksi yang tulisannya lembut-lembut banget sampai susah dibaca :p

Tapi tenang, aku tulis di sini saja ya, supaya lebih informatif dan kamu bisa tahu bahan apa saja yang digunakan.

INGREDIENTS

Isododecane, Ozokerite, Boron Nitride, Silica, Cyclopentasiloxane, Beeswax, Diisostearyl Malate, Trimethylsiloxysilicate, Octyldodecyl Oleate, Dimethicone, VP/Hexadecene Copolymer, Phenoxyethanol, Disteardimonium Hectorite, Triethylhexanoin, Tocopheryl Acetate, Dimethicone Crosspolymer, Methylparaben, Propylene Carbonate, BHT, Glyceryl Isostearate, Polyglyceryl-2 Oleate, Dimethicone/Vinyl Dimethicone Crosspolymer, Propylparaben, Sorbitan Stearate, Cyclotetrasiloxane, Dimethiconol, Tocopherol.


APLIKATOR

Jenis aplikatornya flat doe foot, yang merata dan enggak meruncing. Jenis aplikator kayak gini, bisa menutupi warna bibir secara menyeluruh dan maksimal. Tapi kalau diaplikasiin di bibir aku yang tebal, jenis aplikator kayak gini terasa kurang mantap. Aku enggak bisa menggambar garis bibirku yang berlekuk, dan kadang tampak belepotan.


TEXTURE

Setelah mencoba berbagai jenis lip cream, bisa dibilang, Fanbo Choco Rush Lip Cream ini termasuk  kental dan thick. Tapi selurus dengan hasilnya yang sekali oles saja sudah gonjreng. Ada kan yang ringan, tapi butuh beberapa kali oles, nah menurutku agak kerja 2 kali ya, mending yang pigmented sekalian. Ketika dipakai di bibir juga terasa agak tebelan, tapi enggak apa-apa deh, nanti bisa aku coba buat kondangan sekalian hehe.

Oh iya lupa, Fanbo Choco Rush Lip Cream nge-klaim bahwa produknya ini enggak transpoof. Aku ngerasain waktu nyobain pertama kali. Buat makan minum masih stay, dan awet sampai 3 jam lebih. Hanya saja, waktu aku swatch kelima shadesnya, aku kan hapus-hapus pakai cleansing oil, nah, waktu aku oles lagi, jatuhnya kayak glossy gitu loh. Jadi ya transfer dan enggak matte jatuhnya. Mungkin kalau kamu mau pakai Fanbo Choco Rush dan pengen stay lama, ada baiknya jangan memakai lipbalm/lip care yang super lembap dulu, biar teksturnya Fanbo Choco Rush bisa nyatu sama bibir kamu.

Berikut swatch-nya di tangan ya, supaya kalian bisa melihat warnanya dengan jelas dulu sebelum aku jelasin satu per satu. Sesuai dengan tema-nya, yaitu Choco Rush, kesemua warnanya seputar warna-warna coklat kombinasi. 



 01 - IT'S AMBERDAY

Menurutku, warna ini seperti orange bata, percampuran warna merah, orange, dan coklat, dengan hasil semi matte. Cocok buat bibirku yang tebel dan bisa untuk pemakaian sehari-hari.


02 - ROUGE IN MINUTE

Warna kedua yang enggak kalah seru. Ini dominasi pink tua dengan hasil semi matte. Mungkin malah bisa dibilang warna magenta kali ya. Masih aman buat penggunaan sehari-hari sampai yang formal.


03 - HONEY MONTH

Hampir mirip sama shade nomor 01 - It's Amberday, tapi Honey Month lebih gonjreng lagi. Lebih peach ke-orange-orange-an. Cocok buat hang out sama temen-temen dan acara yang fun.


04 - SCARLET WEEK

Nomor 04 - Scarlet Week, hampir mirip juga sama nomor 02 - Rouge In Minute. Magenta yang lebih gelap lagi. Cocok buat acara formal, dan kelihatan tegas.


05 - DURING SEPIA HOURS

Dari kelima shade ini, aku paling kaget sama During Sepia Hours. Warnanya campuran pink sama ungu, jatuhnya kayak burgundy. Enggak kelihatan ada coklatnya sama sekali. Ini warna paling bold diantara kelima shades-nya. 


RESULT

Tekstur Fanbo Choco Rush di bibir aku masih aman, enggak patchy, dan nyaman. Aku suka sama hasilnya yang semi matte, karena bikin bibir aku masih kelihatan sehat dan engga kering.

Sama seperti shades produk lipstick pada umumnya ketika mengeluarkan satu series, warnanya pasti mirip-mirip. Sampai kadang susah ngebedainnya. Fanbo Choco Rush juga hampir sama sih, cuma masih bisa dilihat secara kasat mata perbedaannya tanpa perlu difoto secara detail. Kalau Suamiku, karena dia designer dan tahu color pantone, jadinya tahu warna ini berbeda. Beruntung sih, biasanya kan cowok-cowok pada bingung ya kalau ditanya lipstick yang bagus yang gimana, lha wong warnanya mirip semua hehe.

Aku bikin kolase saja sekalian, biar kalian bisa lihat perbedaannya.

Aku sudah bilang ya di atas, kalau Fanbo Choco Rush Lip Cream ini tahan hingga 3 jam lebih? Terus kondisi bibirku gimana? Ternyata enggak bikin bibir aku kering atau ngelupas loh. Ini karena Fanbo Choco Rush Lip Cream dilengkapi dengan kandungan Vitamin E yang berfungsi untuk melembapkan bibir, menutrisi, serta enggak bikin bibir gelap, walaupun dipakai terus-terusan.

Cuma jujur saja, aku enggak tiap hari pakai lip cream kok. Aku punya waktu di mana mengistirahatkan bibir dan melembapkannya saja. Maklum, bibirku rewel, gampang pecah, dan ngelopek. Aku enggak mau bibir aku makin kering dan enggak sehat. Bukan salah lipsticknya, hanya, aku jaga-jaga. So, buat kalian yang suka banget pakai lipstick, apapun itu teksturnya, jangan lupa rawat bibir kalian juga ya!

Fanbo Choco Rush Lip Cream bisa kalian dapetin di berbagai situs E-Commerce dengan harga sekitar Rp 45.000, isi 5 gram.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Umur boleh 32, tapi jiwa tetap muda. Apalagi kalau sudah bicara soal skincare, betapapun sebuah brand dengan segmentasi remaja, tapi kalau sudah cocok, ya sudah pakai saja. Ini terjadi sama aku dan produk-produknya Emina. Setelah ngerasa nyaman sama sunscreen-nya, aku jadi tertarik sama moisturizernya. Karena setelah aku baca-baca review, dan ngelihat packagingnya, aku langsung yaqin bakalan seneng dan kulitku bisa menerima.

Yap, let's try Emina Moist In A Bottle. Terlambat? Biarin.


Sebelumnya, aku pakai pelembap gonta-ganti. Hampir kesemuanya produk lokal dan mudah didapat di toko terdekat. Aku enggak mau repot soal skincare, kalau bisa dengan mudah didapat, kenapa harus susah (hehehe, ngomong gini karena aslinya suka sih kalau ada produk murah yang cocok). Oh iya, aku tuh dari SMA sudah suka sama pelembap. Mulai dari yang melembapkan doang, tergiur efek memutihkan, sampai anti aging, pokoknya dulu di mataku, pelembap itu lebih penting ketimbang sunscreen, padahal kan kebalik ya. Harusnya lebih penting sunscreen.

Nah, karena kulitku makin berumur makin berbeda, dan sekarang banyak terlihat kerutan dan tanda-tanda dehidrasi, aku banyak memilih skincare yang sifatnya menghidrasi. Ya termasuk pelembap ini. Cara milihnya gimana? Aku suka sama produk pelembap yang teksturnya lotion. Oleh karena itu, aku enggak lagi mikirin bisa mencerahkan enggak, atau bisa memudarkan flek hitam pada wajah. Aku fokus dulu ke kulit sehat dan terawat.


Emina Moist In A Bottle ini aku dapetin di Sociolla dengan harga sekitar Rp 24.000-an dan berisi 50 ml. Kemasannya simple banget, sesuai sama judulnya, botol lonjong dari plastik dan ada tutup ulirnya berwarna transparant. Cara nuanginnya juga gampang, tapi enggak tahu ya kalau misal sudah mau habis, may be harus dicongkel dulu bagian atasnya hehe. (Anak yang enggak mau rugi mana suaranya?)

Cuma sayangnya, desain kemasannya terlalu maksa euy, semua-semua mau dimasukin mulai dari klaim, ingredient, cara penggunaan, bar code, tanggal produksi dan expired produk. Wah, jereng juga di mata ngelihatnya. Mana kalem-kalem pula warnanya.

Sebelum kita bahas hasilnya di kulitku gimana, kita lihat list ingredients-nya dulu ya.

INGREDIENTS

Aqua, Caprylic/Capric Triglyceride, Squalane, Octamethylcyclotetrasiloxane, Glycerin, Butlyne Glycol, Sodium PCA, Betaine, Decamethylcyclopentasiloxane, Phenoxyethanol, Propylene Glycol, Dimethicone, Panthenol, Aloe Barbadensis (Aloe Vera) Leaf Extract, Triethanolamine, Acrylates/C10-30 Alkyl Acrylate Crosspolymer, Acrylates/Acrylamide Copolymer, Mineral Oil, Simmondsia Chinensis (Jojoba) Seed Oil, Allantoin, BHT, Tocopheryl Acetate, Zinc Gluconate, Disodium EDTA, Triethylene Glycol, Fragrance, Glyceryl Polyacrylate, Polysorbate 85, Hydrolyzed Wheat Protein/PVP Crosspolymer, Potassium Sorbate, Sodium Benzoate, Sodium Chloride, EDTA, Ethyexyhlglycerin


TEKSTUR

Sesuai perkiraanku, karena produk ini sifatnya menghidrasi dan enggak ada tuh embel-embel buat mencerahkan dll, maka teksturnya juga termasuk cair dan mudah diserap oleh kulit. Kalau kalian pernah nyoba Clear and Clean Essential Moisturizer, nah hampir mirip, tapi Emina lebih cair lagi. Aku suka tekstur seperti ini, karena kulitku berminyak dan rentan berjerawat. Aku ya, kalau pakai pelembap yang terlalu rich, bisa malah memicu tumbuhnya jerawat baru yang besar-besar.

Emina Moist In A Bottle alhamdulillah cocok sama rangkaian produk yang aku pakai selama ini. Sempet takut kan kalau gonta ganti pelembap, jadi ya, aslinya enggak berharap banyak juga. 

PEMAKAIAN

Aku pakai moisturizer ini 2 kali sehari, tepatnya pagi sebelum sunscreen, dan malam sebelum eye treatment. Aku ngerasa lebih enak lagi apabila sebelumnya kita memakai toner dan essence lengkap, karena bakalan super segar dan nyaman banget di kulit yang kemerahan kayak aku. Cara pakainya? Tinggal dituang ke tangan, ratain di kedua tangan, dan tap tap pada wajah sampai meresap. Ini meresapnya cepet kok. Tapi aku biasanya tunggu 2 menitan dulu baru timpa ke skincare selanjutnya.


RESULT

Here is the result. Sudah aku pakai setengah botol, kira-kira 2 minggu lebih. Aku enggak mau basa-basi lama. Beneran enak, adem, dan bikin seger. Aku suka tampilan sehat kayak gini. Enggak lengket, enggak bikin jerawatan, dan enggak bikin berminyak. Yang bikin aku heran, aku kan pakai pada saat malam hari juga tuh, nah, paginya, kulit jadi kayak seger dan cerah gitu loh BENERAN AKU ENGGAK BOHONG! Kulit terlihat kepes-kepes. (Kepes-kepes apa sih bahasa indonesianya?)

Kalau di siang hari, aku juga enakan, kontrol minyaknya bagus banget. Mungkin juga bisa bikin wajah kelihatan glowing dan glass skin kalau kalian enggak punya jerawat kayak aku hehe. So yas, aku bakalan beli lagi kalau sudah habis. Cocok euy, lagi sayang-sayangnya sama Emina.

Buat kalian yang mau cari pelembap bagus dengan harga terjangkau enggak ada salahnya nyobain Emina Moist In A Bottle. Dapetinnya enggak terlalu susah, tapi juga enggak segampang kakaknya, si Wardah. Kalau gini caranya, aku kepo juga euy sama Tonernya. Besok lah kalau tonerku sudah habis, aku mau beli punya-nya Emina. 

Btw kalian ada yang sudah pernah nyoba? Kalau belum, kira-kira jadi tertarik enggak baca review-ku? Anyway, makasih ya sudah berkenan mampir dan baca! See ya.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Ngomongin anak memang enggak ada habisnya ya. Ada saja tingkah laku maupun fasenya yang kadang bikin geleng-geleng kepala. Ketika dijalanin memang rasanya sebel, cuma kalau sudah dilalui, justru sering bikin geli sendiri. Oh iya, Alya ini sekarang sudah 4 tahun 8 bulan, di mana anak lebih enak diajak komunikasi dan mudah menangkap apa yang kita beri. Alhamdulillah dalam fasenya Alya, jarang yang ketinggalan, hampir semua sesuai standart-nya. Karena apa? Ya karena aku selalu riwil belajar parenting, baca-baca semua tentang anak, dan ngajarin kalau dirasa ada yang kurang.


Dulu waktu Alya masih bayi, aku sensi berat kalau ada yang banding-bandingin lebih baik. Misalnya Alya terlalu gendut, jadi susah gerak, atau giginya yang terlalu dini tumbuh, yang dikira karena ari-arinya dikubur enggak dalam. Buatku yang tadinya lemah, dan ngaca bahwa aku ini hanya seorang ibu rumah tangga, aku enggak sempet mikir panjang. Hal-hal semacam ini bikin aku emosi dan bisanya nangis doang. Tapi bagusnya, ketika aku kena pressure, aku malah jadi ingin buktiin bahwa aku bisa mendidik anak dengan baik, bahwa Alya anak cerdas, sehat, dan bermanfaat. Dengan cara apa? Aku memantaskan diri dulu, sebagai seorang Ibu yang membanggakan bagi keluarganya.

Aku mikir, misal aku balik syuting dan nurutin tawaran kerjaan, Alya bakal banyak keteteran. Aku enggak akan bisa pulang jam 5 teng. Aku bisa pergi subuh pulang larut. Aku enggak akan punya banyak waktu untuk pumping. Aku hanya bisa melihatnya pas tidur dan banyak melewati fase. Kerjaan syuting enggak bisa buatku nyaman ketika Alya masih kecil.

Terus aku mulai cari jalan lain buat dapetin uang. Mulai dari lanjutin jualan masker, bikin online shop, dan lanjutin hobbyku menulis. Aku juga bikin proposal film, bikin tawaran dan presentasi creative program untuk stasiun televisi, sampai hubungi temen-temen lama. Pokoknya segala cara deh! Intinya, aku sudah jengah kalau melulu momong anak saja. Aku lemes, aku bete, aku enggak suka. Well then, setelah 8 bulan jobless karena aku lebih sering nolak tawaran kerja lapangan, aku akhirnya dapatin job sebagai seorang penulis naskah.

Lega? Jelas, sekarang aku cukup punya power kalau ada yang berani nyinyirin Alya. Kalau boleh sombong, aku bisa mengerjakan pekerjaanku tetap dengan monitoring Alya. Memastikan dia tumbuh sehat, walaupun dia terkena bronkitis, dan aku selalu sedia, ataupun mengajari dia ngaji sampai do'a-do'a.

Namun ketika Alya sudah mulai memasuki fase sekolah, tepatnya sejak umur 2 tahun, aturan membandingkan tampaknya malah makin kentara saja. Yang katanya tiap anak itu unik dan punya tingkatan kecerdasan yang berbeda, pada akhirnya juga dikasih semacam rangking kelas dan tetap harus mengejar yang ketinggalan. Ini masih TK loh, bagaimana kalau sudah SD? SMP? SMA? Alya umur 4 tahun belum bisa roda 2 saja, aku ketar-ketir! Rasanya kok enggak mungkin aku menutup mata sama kecerdasan anak lain seusianya.

Akhirnya aku sadari sendiri, bahwa membandingkan itu enggak melulu soal sakit hati. Kalau kita mau menarik garis sisi positif, tentunya ada untuk perkembangan diri. Nah, aku terapkan ke Alya. Misal dirasa ada yang kurang, aku kasih dia pengertian, aku kasih contoh yang bermaksud untuk menyemangatinya. Pun ketika dia berhasil melakukan sesuatu, aku pasti bersorak lebay demi membangkitkan ketertarikannya.

Aku punya beberapa catatan yang sampai hari ini masih aku terapkan dalam mengasuh Alya. Enggak usah muluk-muluk dulu, anak harus bisa ina inu. Pokoknya, aku memantau dan mengajarinya langsung supaya dia bisa mengikuti standart anak-anak seumurannya.

1. MEMAHAMI TUMBUH KEMBANG

Yang jadi catatan pertama, aku selalu baca dan sharing tentang parenting supaya tahu bahwa walaupun anak itu ada keunikannya sendiri-sendiri, tapi paling enggak aku tahu bahwa seumuran ini harus bisa apa. Kalau belum bisa aku harus ngapain?

Seperti saat Alya umur 1 tahun dan dia belum bisa berjalan dengan lancar, aku ketar-ketir pakai banget. Aku sudah stimulasi macem-macem, kayak menyuruhnya berjalan di atas rumput, ajakin lari-larian, kasih moon walker, menghentikan baby walker, sampai membawanya keluar rumah biar dia bisa lihat sendiri teman-teman seumurannya sudah pada bisa jalan. Bukan malah tambah bisa jalan, yang ada, kadang Alya malah minder dan malas. Mungkin aku salah cara kali ya. Mungkin bahasaku kurang dimengerti untuk anak seumuran 1 tahun juga. Atau jangan-jangan dia ini trauma suatu hal?

Aku sampai bingung dan bilang sama Suami, misal Alya 14 bulan belum bisa jalan, kita harus cari alternatif lain. Seperti pijat biar cepat jalan, atau ke klinik tumbang anak. Karena gimanapun, hal-hal kecil kayak gini harus secepetnya dipahami orang tua, daripada terlambat.

Kemudian, enggak tahu gimana ceritanya, ternyata tepat 14 bulan, Alya lancar jalan dan lari! Aku ngiranya, dia memang kurang stimulasi fisiknya kala itu. Aku lebih mentingin stimulasi otak dan mengajaknya bercerita. Oh dan satu hal, mungkin ya ini, mungkin. Dulu aku sering was-was banget kalau Alya melakukan adegan berbahaya seperti naik-naik kasur dan kursi. Terus karena was-was itulah aku jadi agak membatasi ruang geraknya. Jadinya, Alya kurang berani eksplor dan selalu minta dijagain. My bad. Makanya, aku belajar dari itu semua.

2. JANGAN MEMAKSA

Poin kedua yang enggak kalah penting. Yas, memaksa adalah hal yang membuat pusing, dan tahukah kalian kalau anak pun bisa stress? Sayangnya, kebanyakan orang tua enggak menyadari hal ini. Padahal, stress biasanya dimulai dari rasa kewalahan akibat banyakan tekanan dari luar dan dalam diri seseorang yang telah berlangsung cukup lama. Anak yang stress cenderung mudah menangis, suka merengek, ngompol, mimpi buruk, takut gelap, rewel, bahkan sulit tidur.

Kalau sudah begini, peran orang tua harus makin terlihat, ya dengan membangun bonding lebih kuat, dan menunjukkan support system yang sesungguhnya. Salah satu yang enggak bisa lepas dari emosi ini adalah, kita sebagai orang tua, jangan memaksa anak jika itu dirasa anak kurang nyaman.

Aku mikir nih ya, kadang kan aku pengen nih supaya Alya cepat bisa kalau diajarin sesuatu, misalnya bersepeda. Tapi, Alya sempet juga cemberut dan melakukannya setengah hati. Alya enggak suka makin di-press. Dia bisa berontak dan teriak "Jangan maksa to maaah!!!" Sisi postifinya dia bisa speak up dan enggak memendam perasaan. Sisi negatifnya, dia kadang juga menggunakan kalimat ini kalau malas belajar.

Solusinya? Ke poin selanjutnya.

3. AJAK BERKOMUNIKASI DUA ARAH

Nomor 3, komunikasi 2 arah. Ini solusi terbaik jika anak sudah bisa diajak bicara. Tapi enggak tahu ya, sejak dulu waktu masih kecil, aku nganggep Alya selalu bisa komunikasi sih walaupun cuma babbling. Kayak misal mau makan, makan apa, enak enggak, kok dilepeh kenapa? Aku amati gestur dan cara dia merespon sesuatu. Kalau tidak suka geleng kepala, kalau suka dia senyum. Mendasar sih, tapi ngaruh buat ke depannya.

Kalau kita tanggap dan ikutan merespon, anak juga akan terlatih dengan sendirinya. Nah, sekarang kan dia sudah bisa ngomong macem-macem tuh, dia juga sudah bisa diajak diskusi. Contoh paling sering adalah ketika dia milih les. Aku kan pengennya Alya bisa musik biar bisa meneruskan warisan keroncong dari eyangnya, tapi anaknya enggak mau. Maunya les renang. Well, aku tetap memberikannya pengaruh dalam hal bermusik, seperti menyanyi bareng, gitar bareng, dan memberikan edukasi tentang musik yang baik. Yang penting itu dulu, masalah nanti dia tertarik atau enggak, jelas aku enggak bisa maksa, alias balik ke poin nomor 2.

4. MENYELESAIKAN MASALAH

Paham kok, mau gimanapun cara kita mengasuh dan mendidik anak, suatu saat nanti anak pasti tetap akan menemukan pengalaman negatifnya. Entah itu kecewa, sedih, marah, atau dendam. Tapi pasti kalian sudah tahu kan, kalau pengenalan emosi pada anak itu penting biar dia enggak kaget ke depannya? Nah, kita sebagai orang tua memang perlu berhati-hati, namun enggak menutup kemungkinan harus membiarkan anak mencari solusi sendiri dari masalahnya.

Bagaimanapun manusia harus punya jiwa mandirinya. Kalau dia lagi sendiri dan enggak ada tempat untuk berbagi, ya insting saja sih, dengan cara apa harus menyelesaikan masalahnya.

Aku berkali-kali ketemu sama orang tua model yang: kalau anaknya jatuh sendiri, yang disalahin lantainya, atau mengalihkannya dengan kodoknya sudah lari. Hal-hal semacam ini sangat sensitif buat anak. Takutnya, kalau dia punya masalah, yang disalahin yang lainnya. Kalau sepedanya nabrak, yang disalahin pohonnya. Kalau mobilnya nabrak, yang disalahin tiangnya. Lha wong benda mati kok disalahin, kan enggak logis ya.

Alya sendiri sekarang sudah cukup paham dalam hal ini. Yang paling kentara adalah jika dia di sekolah dan jauh dari orang tuanya. Kalau dia dinakalin temannya, dia bisa membela diri dan bilang, "aku enggak dibolehin mamaku nakal. Tapi kalau ada yang nakal duluan, memangnya mau dibalas?" Which means, Alya ini sudah mudeng dan sesuai dengan brief-ku. Aku memang enggak suka anak yang nakal-nakalan, berantem dengan cara yang enggak sehat, dan bikin lingkungan enggak nyaman. But, aku juga enggak mau membiarkan Alya di-bully terus-terusan hanya karena umurnya paling kecil. Alya harus bisa nangkep kalau makin gedhe makin banyak masalah. I let Alya solve the problem by herself lah intinya.

5. KENALKAN PADA LINGKUNGAN

And the last one, mengenalkan lingkungan yang nyambung sama poin 4. Aku enggak mau Alya kaget sama dunia yang besar dan kadang jumawa. Ada yang baik, ada juga yang jahat. Ada yang sukanya mukul, ada juga yang kalem. Ada yang pinter matematika, ada yang pinter agama. Ada yang berjilbab, ada juga yang pakai kaos saja. Ada cowok suka makeup, ada juga cewek tomboy. Semua itu ada, semua orang berbeda.

Alya sempat nanya ketika ada seorang pria setengah baya lewat dan pakai baju pink. Dia bilang kenapa cowok pakai baju pink. Terus aku kasih tahu kalau warna itu tidak mengenal jenis kelamin. Contohnya ya Suamiku. Dia kalau design ya enggak melulu dibikin rustic dan gelap. Tapi ada kalanya dia berani menggambar pakai warna feminine dan cerah ceria. Semua disesuaikan kondisi. Nah, kalau ada cowok suka warna pink, ya enggak apa-apa. Preference orang juga beda-beda.


Dalam mengasuh anak, semua butuh kesepakatan sih sesuai pengalamanku. Alya sekarang sudah bisa menyadari sendiri bahwa pilihan itu enggak bisa dipaksakan, dan semua punya ketertarikan yang enggak sama. Kesemua poin di atas pada akhirnya berkesinambungan, enggak bisa lepas satu sama lain.

Baik orang tua maupun anak harus kompak kalau mau jadi enak. Sama-sama nyaman itu paling dibutuhkan. Aku memang masih banyak-banyak-banyak salah dan kekurangan, tapi aku yakin, kalau aku juga mau belajar, paling enggak mendengarkan saja apa perasaan anak, sudah bentuk gerakan kecil bahwa aku bertanggungjawab mendambakannya lahir di dunia.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

HELLO!


I'm Yosa Irfiana. A scriptwriter lived in Magelang. Blog is where i play and share. Click here to know about me.

FIND ME HERE

  • Instagram
  • Twitter
  • Facebook
  • Google Plus

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  January 2023 (1)
  • ►  2022 (14)
    • ►  December 2022 (1)
    • ►  October 2022 (1)
    • ►  August 2022 (2)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (1)
    • ►  April 2022 (2)
    • ►  March 2022 (2)
    • ►  February 2022 (3)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (60)
    • ►  December 2021 (1)
    • ►  November 2021 (3)
    • ►  October 2021 (3)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (2)
    • ►  June 2021 (3)
    • ►  May 2021 (15)
    • ►  April 2021 (21)
    • ►  March 2021 (2)
    • ►  February 2021 (2)
    • ►  January 2021 (5)
  • ►  2020 (44)
    • ►  December 2020 (5)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  October 2020 (4)
    • ►  September 2020 (5)
    • ►  August 2020 (3)
    • ►  July 2020 (7)
    • ►  June 2020 (6)
    • ►  May 2020 (1)
    • ►  April 2020 (4)
    • ►  March 2020 (2)
    • ►  February 2020 (3)
    • ►  January 2020 (2)
  • ▼  2019 (89)
    • ►  December 2019 (5)
    • ▼  November 2019 (7)
      • VILLAIN MAKEUP COLLAB - BEAUTIESQUAD X PURBASARI
      • ME VERSUS MY DAUGHTER
      • REJECTED
      • MAUNYA NENEN, ENGGAK MAU MAKAN?
      • REVIEW FANBO CHOCO RUSH LIP CREAM
      • PELEMBAP YANG MENGHIDRASI - REVIEW EMINA MOIST IN ...
      • HAL-HAL DASAR MENGASUH ANAK
    • ►  October 2019 (6)
    • ►  September 2019 (10)
    • ►  August 2019 (6)
    • ►  July 2019 (6)
    • ►  June 2019 (9)
    • ►  May 2019 (9)
    • ►  April 2019 (8)
    • ►  March 2019 (7)
    • ►  February 2019 (7)
    • ►  January 2019 (9)
  • ►  2018 (135)
    • ►  December 2018 (21)
    • ►  November 2018 (17)
    • ►  October 2018 (9)
    • ►  September 2018 (9)
    • ►  August 2018 (10)
    • ►  July 2018 (9)
    • ►  June 2018 (12)
    • ►  May 2018 (9)
    • ►  April 2018 (9)
    • ►  March 2018 (9)
    • ►  February 2018 (10)
    • ►  January 2018 (11)
  • ►  2017 (116)
    • ►  December 2017 (8)
    • ►  November 2017 (7)
    • ►  October 2017 (8)
    • ►  September 2017 (9)
    • ►  August 2017 (8)
    • ►  July 2017 (11)
    • ►  June 2017 (8)
    • ►  May 2017 (11)
    • ►  April 2017 (8)
    • ►  March 2017 (12)
    • ►  February 2017 (15)
    • ►  January 2017 (11)
  • ►  2010 (9)
    • ►  November 2010 (9)

CATEGORIES

  • HOME
  • BABBLING
  • BEAUTY
  • FREELANCERS THE SERIES
  • HOBBIES
  • LIFE
  • PARENTING
  • BPN 30 DAY BLOG CHALLENGE
  • BPN 30 DAY RAMADAN BLOG CHALLENGE 2021

BEAUTIESQUAD

BEAUTIESQUAD

BLOGGER PEREMPUAN

BLOGGER PEREMPUAN

EMAK2BLOGGER

EMAK2BLOGGER

Total Pageviews

Online

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose