YOSA IRFIANA

Powered by Blogger.
Beberapa waktu lalu, aku banyak beraktivitas di bawah terik sinar matahari langsung. Sudah pakai sunscreen kok, hanya saja, lupa re-apply! Bukannya malas, tapi kalau sudah kadung uplek sama kerjaan, seringnya lupa ingatan, kalau sunscreen tuh gimana pun juga, tidak boleh ketinggalan.

Efeknya gimana? Mukaku jadi kemerahan dan kelihatan super berminyak kayak penggorengan. Terus yang paling parah, malamnya timbul geradakan kecil-kecil kayak bintik gatal. Sumpah deh, beauty blogger macam apa yang kayak gini ini?

Beruntung, sekarang aku lebih melek skincare. Dari yang sibuk maskeran, getol oles sunscreen walaupun di rumah sekalipun, sampai milih cara untuk meredakan efek sunburn tersebut. Nah, sekarang aku mau bahas yang terakhir ya.

Bagaimana cara meredakan kemerahan akibat sunburn? Aku pilih Herborist Aloe Vera Gel 98%. Langsung saja simak review dan pengalamanku.

Disclaimer: ini menurut pengalaman pribadi aku. Jadi hasil bisa berbeda pada setiap orang.


Sedikit cerita dulu. Seperti orang yang gampang percayaan pada umumnya, dulu tuh aku juga pernah keranjingan pakai Aloe Vera Gel merek korea yang hits. Aku sempat mengamini bahwa Aloe Vera Gel tersebut memiliki berbagai macam fungsi, seperti sebagai masker, melembapkan wajah dan bibir, mencerahkan, meredakan jerawat, jerawat lho ya, bukan yang bruntusan kecil-kecil, sampai menghaluskan rambut.

Kebodohanku itu berlangsung kurang lebih 3 bulanan, dan berakhir setelah jar aloe veranya habis bis! Tahu apa yang terjadi? Menurutku, semua klaimnya berlebihan. Yang bener cuma bisa meredakan kemerahan. Kemerahan pun yang akibat sunburn lho, bukan yang flek bekas jerawat, atau jerawat yang gedhe-gedhe.

Lagian, aloe vera merek hits itu kadar alkoholnya cukup tinggi, karena begitu dibuka, wow baunya nusuk hidung banget. Aku cukup punya alergi sama kadar alkohol yang tinggi. Setahuku nih ya, pakai lidah buaya yang asli yang dipetik langsung saja, musti diperhatikan waktunya. Jangan sampai kita oles lidah buaya dan habis itu langsung kelayapan di siang bolong. Sumpah ya, kulit bisa makin kileng-kileng dan lengket. Yang kedua, setelah pemakaian lidah buaya juga harus dibersihkan tuntas. Supaya enggak meninggalkan residu yang bikin gatel dan kemerahan. Yang ketiga, jangan pakai tiap hari supaya kulit enggak jadi kebal. Yang keempat, gel bening lidah buaya mengandung lateks. Kalau kulit kalian sensitif, bisa bahaya. Enggak sembarangan pakai, pun dengan jaminan kebersihannya kalau misal mau bikin DIY masker sendiri.

Intinya lidah buaya sebenernya enggak sembarangan pakainya. Ini karena pengalaman sendiri loh ya. Karena jujur wae, dulu pernah pakai gel lidah buaya yang aku bikin langsung dari tanemannya. Di rumahku ada soalnya. Aku pakai di jerawat tiap hari, bikin jerawat berangsur hilang. TAPI, setelah dua minggu lebih aku pakai, jerawat tetep datang lagi. Artinya apa? Sudah tidak mempan boss!

Pakai aloe vera merek hits juga sama saja. Apalagi ada kandungan alkoholnya. Mungkin sekali dua kali pakai enggak masalah. Cuma kalau tiap hari? Apa enggak sayang tuh kulit. Ya beruntung sih, aku  cepet tobyat setelah jar habis. Moist enggak, nimbun jerawat kecil-kecil iya.

Oke, sekarang saatnya aku bahas si Herborist.


Sudah lama aku lihat produk ini bersliweran di timeline, maupun blogpost para beauty blogger.  Aku enggak tertarik, karena ya memang belum merasa butuh. Baru ketika kemarin pas sunburn itulah, aku ngerasa kayaknya memang perlu penanganan khusus. Makanya, tanpa cacicu, aku langsung cari ke toko terdekat.

Isi: 100 gram
Harga sekitar Rp 25.000

Isi: 250 gram
Harga sekitar Rp 45.000

INGREDIENTS

Aloe Barbadensis Leaf Extract, Aqua, DMDM Hydantoin, Tocopheryl Acetate, Acrylates/C10-30 Alkyl Acrylate Crosspolymer, Perfume, Triethanolamine, Propylene Glycol

Im so sorry, aku enggak terlalu mengerti soal ingredients dan bahan kimia, tapi setahuku, Herborist minim alkohol. Atau enggak ada malah? CMIIW ya. 

Bahan aloe vera terletak pada urutan pertama. Kalau klaimnya sendiri, kadar aloe vera Herborist sampai 98%. Awalnya agak enggak percaya sih, wong berapapun kadarnya, yang aku juga enggak bisa nimbang kan haha garing.


SCENT & TEXTURE

Karena dalam bahan-bahannya, Herborist Aloe Vera ada kandungan perfumenya, jadi wanginya pun ikutan semerbak harum. Seger sih iya. Tapi jujur, aku kurang suka. Enggak usah dikasih perfume mah malah bagus deh kalau buatku.

Ini kalau aku bandingkan sama aloe vera merek lain, teksturnya lumayan kental, jadinya, agak susah meresap. Butuh waktu deh kalau mau lanjutin ke next step skincare kamu. 

Walaupun gitu, di harganya yang super terjangkau, menuruku sudah bagus. Enggak gampang terjatuh, dan enak gitu dipakai ke wajah. Oh iya, ketika ditemplokan ke wajah, memang enggak terlalu adem kayak merek hits sebelah. Tapi cukup soothing kok. 

RESULT

Aku olesin ke wajah tiap malam, tepatnya setelah penggunaan hydrating toner. Aku enggak berani pakai di pagi hari, supaya enggak malah kontra sama sinat matahari. Kalau cuma mau melembapkan saja, lebih baik aku pakai moisturizer lain, plus sunscreen.

Terus aku pakai aloe vera ini pada wajah doang. Aku masih bingung nih, soalnya ketika aku pakai di tangan, lutut, siku, dan kaki, enggak yang bikin lembap juga. Masih banyak lotion lain yang lebih ciamik lah pokoknya.

Di wajahku yang kemerahan akibat sunburn, kulit berangsur membaik. Kalau masalah beruntusannya enggak banyak berkurang. Hal lain yang aku notice, aku jadi jarang berminyak ketika siang bolong. Untuk jerawat sendiri, belum ada perubahan yang signifikan. Eh maksudnya, produk ini memang bukan buat jerawat, tapi juga enggak bikin mukaku tambah jerawatan. Masih aman lah.


Aku masih melanjutkan pemakaian Herborist Aloe Vera Gel sampai habis, dengan catatan, tidak setiap hari aku pakai. Karena ya itu tadi, berbekal pengalaman, aku takut jadi enggak mempan. Dan enggak lupa aku exfoliating kulit seminggu sekali agar meminimalisir whitehead. 

Over all, aku suka, hanya untuk meredakan kulit kemerahan saja. Lainnya, belum nemu nih fungsinya buat apa. Ada saran? Silahkan tinggalkan komentar di kolom pesan. :)

Share
Tweet
Pin
Share
5 komentar
Yeay, ikutan collab make up lagi barengan anak-anak Beautiesquad. Pembaca blog ini pasti tahu banget, kalau tiap bulan, aku pasti nyempetin ikut make up collab. Maklum cint, punya hobby dandan, kalau enggak disalurkan, sayang ya kan?

Kali ini mengusung tema International Dance Day, karena bakal diperingati tiap tanggal 29 April. Kasih ulasan bentar deh. Dilansir dari berbagai sumber, Hari Tari pertama kali muncul pada tahun 1982, yang dicanangkan oleh Lembaga Tari Internasional CID-Counseil International de la Danse. Diperingatinya hari tari bertujuan untuk mengajak seluruh masyarakat dunia agar berpartisipasi dalam menampilkan beragam tarian negara masing-masing.

Terus tahun 2003, Professor Alkis Raftis, yang saat itu menjabat sebagai Presiden CID, mengatakan bahwa pelestarian budaya tari masih sangat mini, Jarang ada lembaga atau organisasi yang mewadahi bidang seni ini secara memadai. Jadi enggak heran kalau ketertarikan masyarakat untuk menekuni bidang tari masih tergolong rendah.

Untuk itulah, bersama dengan UNESCO, CID menjadi wadah bagi masyarakat dunia untuk mementaskan tari dan budaya mereka. Dengan begitu, generasi muda dapat turut melestarikan budaya melalui seni tari, tak terkecuali negera kita: INDONESIA.

Menurut sejarahnya, hari tari di Indonesia, pertama kali dirayakan di Solo, Jawa Tengah, dengan mengadakan pagelaran tari selama 24 jam. Oh wow, keren ya!


Beautiesquad nyodorin pilihan untuk make up collab kali ini, yaitu: Black Swan, Ronggeng, Bollywood, atau Tari Bali. Uhuy cadas semua! Kalau enggak percaya, coba deh lihat banner make up  collab peserta berikut ini.

 

Dan tentunya, make up si cantik Eka Kuncoro berikut, yang hasil make up nya selalu aku tungguin. 


Ternyata, aku sama Eka samaan pilih Black Swan...Hiya...Hiyaa...

Biarpun daku masih awam soal make up ketimbang Eka, tapi baiklah, aku bakal jelasin panjang lebar plus kasih tutorialnya. Karena bagaimanapun beda tangan, beda hasilnya.  


Kenapa Black Swan?

Pertama, i am the only one who claimed myself as a duplicate of natalie portman. LOL. Ini temen-temenku kuliah tahu semua sih, kalau aku suka banget sama Portman. Dia tuh kalau main film bagus terus, termasuk memerankan Nina Sayers. Pokoknya aku ngefans berat sama si cewek berwajah tirus dan berbadan kecil ini. 11 12 Lah ya. Hahaha.

Kedua, look ini tampaknya paling gampang dari semua pilihan yang disodorkan. Tapi realitanya, pret, orang pegang kuas aja bisa geter dan bikin belepotan. Aku sampai kudu mantengin foto Black Swan biar aku kreasiin sendiri gitu, sambil ngelihat kaca. Alhamdulillah, jadi juga.

Ohiya, aku kasih bocoran produk yang aku pakai deh ya.


FACE
Avoskin Perfect Hydrating Treatment Essence
Baby Skin Pore Eraser Maybelline
Make Over Ultra Cover Liquid Matt Foundation (shade pearl)
Focallure Big Cover Concealer (Warm Ivory)
Fanbo Acne Solution Loose Powder (shade translucent)

EYEBROW
Focallure Double Take Eyebrow Pencil (shade black)

CHEEKS
Focallure Trio Blusher & Highlighter Palette Original

EYES
Inez Color Contour Plus Eyeshadow (Vienna)
Inez Color Contour Plus Eyeshadow (Venice)
Maybelline Magnum Volume Express
Wardah EyeXpert Optimum Hi-Black

LIP
Fanbo ultra satin lipstick (shade Possesive mix with nerd)


Jadi pertama-tama, aku pakai skincare terlebih dahulu. Yaitu Avoskin Perfect Hydrating Treatment Essence. Ini andalan banget dan bisa dipakai sebagai primer. Kulit wajah biasanya akan tampak lebih glowing dan sehat. Kemudian, karena pori wajahku besar-besar dan bekas jerawat kemerahan, aku pakai Baby Skin Pore Eraser Maybelline. In bagus juga buat kalian yang mau make up tapi enggak mau kelihatan ndemplong plus bakalan awet seharian.

Setelahnya, kita mulai complexion. Kali ini aku pakai Make Over Ultra Cover Liquid Matt Foundation shade pearl, yang warnanya pas di kulit aku. Jujur, aku sendiri masih bingung nentuin soal warna foundation. Undertoneku warna kuning, jadi kalau aku salah pilih warna, bakal jadi keabuan. Makanya, nemuin Foundation dari Make Over ini cukup membuatku tercengang. Wow, kok ya pas betul. Jarang soalnya nemu yang oke.

Aku blend dengan menggunakan sponge, terus abis itu, masih aku tambahin Focallure Big Cover Concealer shade Warm Ivory, di beberapa bagian yang perlu ditonjolkan. Oh iya, Foundationnya Make Over itu finishnya matte, sedangkan untuk Focallure Concealernya semi dewy. Jadi agak berantakan juga, karena aku sebenernya pengen hasil akhir yang bener-bener matte. Biar persis kayak Black Swan.

Setelah kesemuanya nemplok rata, aku diemin sebentar, baru bubuhkan Fanbo Acne Solution Loose Powder shade translucent. FYI saja, aku jarang banget pakai powder dengan menggunakan brush. Bikin serbuknya kemana-mana. Apalagi aku asma, enggak enak banget deh. So, aku prefer tap tap powder dengan menggunakan sponge bawaan, atau macam beauty blender sekalian. Hasilnya juga akan lebih nempel kok.


Sekarang beralih ke bagian mata ya. Aselik, bikinnya lumayan asal. Cuma ngandelin Focallure Double Take Eyebrow Pencil (shade black), Inez Color Contour Plus Eyeshadow (Vienna), and Wardah EyeXpert Optimum Hi-Black. Aku buat eye look yang tajem, terus dikasih bayangan biar kayak bulu-bulu angsa. Terus dikelopaknya, aku kreasiin pakai eyeshadow warna copper dari Inez. Di sini juga susah loh bikin ala ala cut crease. Musti perlahan biar rapi. Yang bilang gampang, sini aku sleding sebentar.

Beberapa bagian masih kelihatan gesrehnya. Karena aku pakai kuas kecil yang biasa buat alis itu lho. Terus nggambarnya juga srat sret srat sret karena keburu gerah, dan matahari sudah tinggi. Kalau enggak cepet-cepet, takutnya hujan dan enggak dapat gambar yang cerah. Maklum, lagi riweuh, mau nge set lampu juga enggak ada yang bantuin wkwk. Malah curhat.

Lanjut ya. Sampai tahap ini aku sudah seneng, karena sudah kelihatan Black Swan nya. Aku tinggal poles-poles highlighter tipis-tipis di area hidung dan tulang pipi. Enggak usah terlalu banyak, nanti malah berkilau kayak piring Hehe.

Setelah itu, mikir lagi, Black Swan nya harus lebih tegas lagi dong ya. Gimana caranya? Pakai lipstick warna bold! Aku mix Fanbo ultra satin lipstick warna Possesive dengan warna Nerd. Tadinya mau possesive doang, tapi jatuhnya keunguan. Ya sudah, timpa saja pakai Nerd. Jadinya lumayan kan? Kalau di bibir aku yang jontor dan tebel gini, warna merahnya jadi lebih masuk akal. 


Beginilah hasilnya. Bagus enggak? Bagus kan! Bagus dong. Aku cepol rambutku nih, biar kayak Natalie Portman, tapi ini versi beda planet. Kalau Portman langsing dan tirus, ini agak cembung karena efek lemak enggak kira-kira. 

Ya sudah, yang penting sudah berusaha. Hahaha. Kalian pasti pengen ikutan kan? Tenang saja, tiap bulannya, Beautiesquad ngadain yang namanya Make Up Collaboration kok. Pantengin saja media sosialnya, karena pasti akan di-share di sana.

Sampai ketemu lagi di collab selanjutnya. See ya!
Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Sesekali mau review perawatan buat anak ah. Pembaca blog ini pasti tahu, kalau sejak lahir, Alya punya kulit super sensitif. Waktu masih bayi, pakai popok yang enggak lembut bisa ruam. Cuaca panas, badan bisa beruntusan kemerahan. Makan telur kebanyakan, bisa bisulan. Kena bedak di punggung, kulit bisa langsung kering kerontang. Makanya, aku menghindari hal-hal yang bikin kulit Alya bereaksi negatif. Seperti mengurangi konsumsi telur, enggak makein minyak telon, dan selalu memandikan Alya dua kali sehari agar kulitnya bersih dan segar.

Namun hal itu juga kudu didukung sama perawatan yang tepat. Yang tepat bagaimana? Salah satunya adalah memilih sabun bayi dan lotion khusus untuk kulit sensitif. Contohnya? Cussons Baby Sensi Care.


Buat yang belum tahu, aku pernah loh, ngreview perawatan Alya waktu masih bayi. Coba klik di sini deh. Iya, merek Cussons memang yang paling sering aku beli. Disamping harganya murah, juga bagus, lengkap dan banyak variannya.

Cussons Baby SensiCare menurut pengamatanku adalah versi premium dari produk Cussons. Jadi dikhususkan untuk yang memiliki kulit sensitif dan gampag kena alergi, kayak Alya. Dilengkapi dengan Derma Soft Complex, Cussons telah teruji Hypoallergenic, dan banyak direkomendasikan oleh Dokter Kulit dan Dokter Anak. 


Kemasan Cussons Baby SensiCare juga lebih lux dan lebih besar, jika dibandingkan dengan produk Cussons Baby yang lain. Kalau yang biasa kan, kita sering nemu kemasan kecil-kecil ya, nah, yang SensiCare ini beda. Hanya punya satu ukuran setiap variannya.

Cussons Baby SensiCare mempunyai 3 varian: 

- Hair and Body Wash
- Moisturizing lotion
- Soothing Cream

Kesemua produknya mempunyai kandungan Organic Oats, Organic Olive Oil, Shea Butter, dan Ceramide. Rasa-rasa sih, target marketnya bayi yang baru lahir. Tapi kan aku kenalnya setelah Alya umur 4 tahun, jadi ya, dicoba saja. Toh, orang dewasa juga sering pakai produk bayi juga kan hehe. Lagian aku percaya, skincare enggak punya batasan usia dan jenis kelamin. Kecuali kalau dibalik, Alya pakai produk dewasa. Itu yang berbahaya.

Biar lebih terperinci, aku bahas satu per satu saja deh ya.


CUSSONS BABY SENSICARE HAIR & BODY WASH


Netto: 200 ml
Harga: Rp 180.000

Varian ini adalah varian pertama yang aku coba. Senengnya, satu produk bisa digunakan buat badan dan rambut. Pertama kali nyoba dan pakein ke Alya, wanginya bener-bener soft dan busanya gentle banget. Sebenernya Alya terbiasa pakai yang busanya banyak, karena dia seneng mainan gelembung. Tapi setelah aku jelasin kalau Cussons ini memang diformulasikan minim kandungan busa, ya dia enggak ada masalah. Malah dia bilang, "Ma lembut banget dan haruuum. Alya suka"

Iya, deskripsi wanginya itu wangi yang mahal ala-ala TBS gitu dan awet pula. Terbukti siang-siang rambutnya masih harum, walaupun setelahnya enggak aku pakein lotion rambut. Terus, gatel-gatel Alya seperti biang keringat juga jarang nongol. Kalaupun ada, itu enggak begitu lama, dan mudah ilang. 

Minusnya apa ya. Oh iya, mungkin karena saking senengnya, aku jadi boros pakai ini sabun. Belum ada sebulan sudah habis. Teksturnya enggak terlalu kental dan bening. Kalau Alya pakai, bakal lebih boros lagi, karena dia belum begitu mudeng, gimana cara pakai sabun yang bener. Wkwk.


CUSSONS BABY SENSICARE MOISTURIZING LOTION

Netto: 200 ml
Harga: Rp 150.000

Setelah Alya mandi, aku pastikan kulitnya dikeringkan dengan handuk, tanpa ada sisa air yang menempel. Berkaca dari pengalaman pribadi, aku dulu sering handukan cepet-cepet. Belum kering bener sudah pakai pakaian. Alhasil, kulit punggung lembap dan jamur mudah menempel. Ini lembapnya karena air yang nempel gitu loh, bukan karena minyak atau lotion. Jadi ya, kesalahan besar. Makanya, sekarang aku pastiin biar kulit punggung kering, baru berani pakai baju. Termasuk memberlakukan hal itu sama Alya. Tipe kulit Alya yang sensitif nurun dari aku soalnya. 

Aku pakein mosturizing lotion di bagian tangan, paha, dan kaki. Lotionnya juga lembut! Dan soal harumnya, masih sama persis. Tekstur dari Lotion SensiCare cenderung cair, dan gampang meresap. Pun juga awet sesiangan, dan lembutnya masih terasa. 


CUSSONS BABY SENSICARE SOOTING CREAM


Netto: 50 gram
Harga: Rp 70.000

Sooting cream klaimnya bilang bisa dipakai di wajah. Mungkin buat yang ruam susu, bisa dipakein si sooting cream. Kulit bayi dan anak kan lebih tips dibanding kulit orang dewasa, jadi perawatannya juga kudu ekstra, rentan kering pula. Sooting Cream juga diperkaya susu serta chamomile untuk menjaga kenyamanan kulit bayi. Hasilnya, kulit akan terasa lembap dan lentur.

Bohong kalau aku bilang gatel-gatel Alya sudah hilang. Walaupun semua pantangan sudah dihindari, dan perawatan juga sudah optimal, tapi yang namanya alergi, tetap masih ada, mbuh sampai kapan. Yang masih kerap terjadi adalah bisulan. Sudah deh, telur itu penyebab utama. Alya kalau sudah makan telur secara massive, timbul satu benjolan besar yang kalau dikeluarkan isinya darah. Ini kalau orang dewasa, meringis kesakitan loh, apalagi anak kecil.

Cuma ya gitu, dia ini seneng banget makan telur. Misal lagi dititipin di tempet eyang mintanya telur, mana berani dia kalau sama orang tuanya sendiri. Nah, kalau sudah bisulan gini, baru dia jera. Pertama kali Alya bisulan, itu waktu masih umur setahunan. Dia kena bisul tepat di bawah mata, tepatnya di cekungan kulit bawah mata. Mau melek saja kayak bengep. Dan susah banget ngeluarinnya. Waktu itu sampai diresepin Dokter macem-macem. Dan hilang karena cream yang aku beli di apotek.

Beberapa hari yang lalu, Alya bisulan lagi. Enggak besar kayak yang dulu0-dulu sih, tapi kan tetep wae sakit. Bisulnya ada di bagian perut atas. Isinya sudah dikeluarin, tinggal sisa dan bekasnya aku pakein Cussons Baby SensiCare Sooting Cream. Karena namanya saja cream, jadi teksturnya kental. Dikeluarkan dikiiit, sudah langsung terasa. Aku oleskan di tempat bisul dan bekas bisulan.

Yang bisulan, belum terlalu terlihat. Tapi, yang bekas bisulannya, wow, bekasnya pudar sodara-sodara! Dan bagusnya lagi, bekas bisulan kan biasanya gradakan kalau dipegang. Nah ini enggak! Tekstur kulit juga berangsur membaik.


Bisa dibilang, Cussons Baby SensiCare memang tepat sasaran sih. Karena pengalamanku saja deh, setelah sebulanan pakai produk ini, kulit Alya lebih kalem, enggak gampang kena gatel-gatel yang kemerahan gitu. Oh iya, kadang Alya juga beberapa kali digigit nyamuk kan, nah bekasnya itu aku kasih sooting cream dan rajin dikasih lotion, berangsur membaik kok. 

Aku agak hemat-hemat nih pakai Cussons Baby SensiCarenya. Kalau yang biasanya boros pakai sabun dan lotion, kini disayang-sayang. Tapi beneran kok, dikit saja ambilnya memang sudah terasa. Kalau enggak percaya, cobain deh sendiri sana :)
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Memasuki pemilu tiba, aku sengaja enggak buka yang namanya Facebook. Ya ada sih sesekali buat promoin post di grup blogger, tapi selebihnya langsung close tab. Ngeri deh, ngelihat postingan temen yang gencar mengkampanyekan berita hoax. Lagian manusia-manusia di Facebook ini kenapa ya, lebih panasan in so many many ways. Dan menurutku itu enggak sehat buat kita.

Seperti yang aku pahami bahwa cara terbaik buat memutus rantai keributan dan kemaksiatan adalah menjauh, jadinya aku nganggep hal-hal kayak gini mending diem saja. Cuma sebenernya masih pengen baik-baik saja gitu sama temen yang jalan pemikirannya enggak sama. Wong kemaren saja waktu kumpul grup SMP, kita malah bisa bahas bisnis kok. Nah, kalau sudah seperti ini, rancu juga. Yang tadinya menutup diri biar tenang engga mikir macam-macam, malah kepikiran, "wah gimana ya kalau bisnis ini jalan? Pasti aku butuh konsumen tanpa ngelihat dia itu milih siapa." Bimbang seribu bahasa saudara-saudara.

Buka Facebook kini cuma sebatas buat kebutuhan bisnis doang. Ngerti kok, Instagram sudah dibeli sahamnya oleh Facebook. Plus akun profil bisnis juga mau enggak mau nge-link ke Fanspage yang harus dibikin di Facebook. Ribet memang, cuma ya kedua-nya harus dioptimalin kalau mau self branding. Intinya, lama enggak scroll berita lewat Facebook, jauh membuat diriku tenang, dan makin memantapkan pilihan.

Sampai pada beberapa hari menjelang pencoblosan, tepatnya tanggal 13 maret 2019, masalah lain datang karena tayangnya sebuah dokumenter bernama: SEXY KILLERS.


Aku tahu film besutan Watchdoc ini karena ramai di jagad twitter serta Instagram. Banyak banget yang ngeshare lewat Instastory lengkap dengan caci makinya. Mungkin karena yang aku lihat kebanyakan temen-temen dari dunia maya, profesinya macem-macem, atau orang yang mungkin enggak bersinggungan langsung dengan seluk beluk film-maker. Ya enggak apa-apa sih, bebas, namanya juga media itu selalu menimbulkan perspective ya kan.

But first of all, aku salut banget. Timingnya pas, sasarannya tepat. Iya, gimanapun, produk media itu punya kepentingan dan target. Viralnya SEXY KILLERS tak pelak karena orang-orang mau nonton film dokumenter yang durasinya 1 jam 28 menit. Wow! Selama ini aku juarang banget, denger orang awam mau nonton dokumenter. Artinya, orang jadi tertarik, penasaran, dan pengen ngerti. Sesuai yang aku pelajari, produk media pasti punya strategi, dan sasaran. Dokumenter adalah salah satu alat buat 'berbicara'. Nah, di sini nih yang sensitif banget. Saking banyaknya pemikiran orang, semua lantas pengen didengarkan. Masalahnya kemudian, orang kadang sudah panas duluan ketimbang berpikir jernih. Padahal sejatinya, orang bikin dokumenter itu buat menyajikan salah satu kasus, dikritisi, serta dipikir bareng. 

Salah satu yang lantas bikin aku kaget adalah, "Gimana yos tanggapan kamu? Jadinya golput?"

Satu. Dokumenter mungkin enggak bisa kamu tonton cuma sekali. Sekali kamu nonton, itu akan membuka mata kamu dan bikin kamu kaget. Tapi ketika kamu berkali-kali nonton dan syukur-syukur ikut diskusi, itu akan jauh bikin kamu berpikir kritis serta membuka batas pemikiran-pemikiran yang sebelumnya enggak pernah kamu pikirin. Berbelit-belit ya? Biar deh, intinya gitu, kamu diajak mikir bareng, dan pada akhirnya... bikin kita harus melakukan sesuatu sebagai sebuah solusi.

Sudah deh enggak usah memungkiri, kita butuh listrik kan ya. Konon nih (konon loh ya, karena aku belum riset sendiri lebih lanjut) batu bara itu merupakan pembangkit listrik paling murah dan terjangkau, dibanding dengan gas alam, atau minyak bumi. Nah, enggak nyandak otakku ini kalau disuruh mikir gimana caranya membangkitkan listrik se-Indonesia raya. Yang aku bisa lakukan, dan biasa aku lakukan, adalah menghemat listrik. Ini bisa kamu klarifikasi ke Suamiku, ke Mama, ke siapa saja yang pernah ke rumahku dan kenal aku. Aku jarang banget menghidupkan listrik untuk sesuatu yang enggak perlu. Lampu kamar mandi selalu aku matiin kalau enggak kepakai, cabut semua yang nancep di colokan kalau enggak kepakai, dan yang paling simple yang memudahkan aku sebagai ibu rumah tangga adalah, mendukung Gerakan Tanpa Setrika.  Haha, kemalasan yang berguna bukan?

Pokoknya, jangan lantang menyalahkan orang lain dulu deh. Wong kalau listrik modyar saja, kamu update status marah-marah kok. Wong kalau harga listrik naik saja, kamu sibuk cari bolo kuworo buat demo kok. Coba deh refleksi dulu, ini beneran salah siapa? Ya kita bersama zeyeng.

Dua. Aku tetap pas mantap sama pilihanku. Logikanya, gimana pun juga, salah satu dari kedua paslon itu tetap akan terpilih. Memangnya sesudah Presiden dan Wakilnya terpilih kita ongkang-ongkang apa? Terus masalah kelar gitu saja apa? Ini tuh masalah bersama. Enggak bisa kita ngandelin Presiden buat menghentikan masalah seperti ini sak dek sak nyet. Lagian, film Sexy Killers sudut pandangnya dari masyarakat yang terkena dampak batu baranya. Aku yakin, jika kita mau kritis lebih lanjut lagi, pemerintah yang berkompeten, akan memberikan statement buat  menyeimbangkan juga. Enggak usah pemerintah wes, wong temenku yang bekerja di tambang saja sudah angkat suara kok. Jadi ya, balik lagi ke perspective. Kalau kita berpikir terbuka, maka hasrat buat makin cari tahu, akan lebih menggebu. Sebaliknya, kalau kita mencerna mentah-mentah, jatuhnya kita yang berburuk sangka.

Tiga. Semua kesimpulan terletak pada, siapapun pilihan kamu, pastikan itu sesuai dengan prinsip dan mimpi buat Indonesia ke depan. Jangan ikut-ikutan. Jangan juga jadi orang fanatik yang enggak mau menerima masukan. Kalau Presiden yang terpilih salah, dikritik baik-baik, kawal! Jangan bisanya cuma protes doang. Dedikasi kita bagi Indonesia apa? Itu yang perlu dipikirin. 

Karena pada akhirnya, siapapun Presidennya, kita cari makan ya dari usaha kita sendiri. Nyambung di opening blogpost ini tadi, masa' kita mau ngorbanin pertemanan dan persaudaraan hanya gara-gara beda pilihan? Nanti kalau kita sakit sendirian butuh tetangga gimana? Nanti kalau kita ada acara di rumah butuh bantuan saudara gimana? Nanti kalau mati, apa mau ngubur diri sendiri? Kan enggak.

Ingat ya, kemerdekaan bangsa Indonesia salah satunya adalah karena persatuan dan kesatuan bangsa. Berbeda-beda tetap satu juga. Masa' mau dipecah belah? Nenek moyang kita bisa nangis, ngerasa sia-sia.

Intinya, FILM SEXY KILLERS enggak ada hubungannya dengan golput. Mau siapapun yang jadi Presiden, It's a huge problem. Plus jangan lupa, banyak masalah lain yang harus diurus. Makanya, nanti kalau Presiden sudah terpilih, KAWAL, jangan tinggal diam.

Aku milih Capres dan Cawapres yang sesuai preferensi, yang lebih baik dibanding Capres Cawapres satunya. Soal itu siapa, aku kira kamu tahu jawabannya. Selamat bersuara semuanya!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Setelah beberapa lama enggak ngadain Ngopi Cantik, Beautiesquad akhirnya kembali menyuguhkan acara paling ditunggu-tunggu, tentunya dengan topik pembahasan yang enggak kalah menarik. Menggaet Ni Putu Chandra, alias Tutu, Ngopi Cantik Jilid 8 kali ini mengusung tema "How To Grow Instagram".

Engga bisa dipungkiri lagi dong ya, gimana pun juga, seorang blogger-pun tetep butuh dukungan dari media sosial. Nah, instagram ini nih yang paling populer diantara yang lainnya. Bohong lah, kalau kita enggak mikirin "kenapa sih followers masih segini-gini doang", atau "gimana ya caranya supaya postinganku bisa menarik banyak orang?"

Yak yang ketinggalan Ngopi Cantik Jilid 8, berikut rangkumannya.


Instagram sendiri memiliki 1 Billion Active Users (1 Milyar Pengguna Aktif) setiap bulannya dan sudah disebut-sebut sebagai “The Popular Social Networks Worldwide”. Tentunya karena sudah disebut-sebut sebagai The Popular Social Networks Worldwide, kita harus memanfaatkan ini, memanfaatkan crowd yang ada di Instagram untuk membaca artikel kita, mengunjungi blog kita, memberikan awareness kepada audience tentang diri kita sendiri sebagai blogger/content creator dan tentunya ‘menggaet’ brand untuk project-project selanjutnya. 

Untuk menunjang hal-hal tadi, Instagram sudah dilengkapi dengan berbagai fitur. 
Contohnya: insta story, upload multiple photo, video feed, business profile, peletakkan link di bio Instagram, link swipe up di insta story (untuk followers diatas 10k), promote post, IG TV dan fitur-fitur lainnya. 

Kenapa harus grow Instagram? 


1. Network Instagram memiliki user base yang cukup besar. 1 milyar active users/bulannya. Jadi menggunakan Instagram is the perfect opportunity to reach a lot of people dan tentunya untuk engage dengan audience kalian. 

2. Keep up to date Instagram menjadi tempat paling mudah untuk pay attention, terkait trend atau berita terkini. Misalnya, pay attention tentang produk makeup/skincare terbaru, makeup trend terbaru atau bahkan drama-drama di dunia beauty😅 

3. Easy. Mudah digunakan untuk on-the go, mudah digunakan untuk share pengalaman kalian menggunakan produk secara real time. 

Definisi growth untuk Instagram memangnya yang kayak gimana sih?

1. Followers meningkat definisi dari growth. Contoh gampangnya: dari 5000 followers menjadi 8000 followers. 

2. Engagement rate dan metrics-metrics lainnya meningkat. Metrics sendiri artinya measurement unit, sesuatu yang bisa dijadikan ukuran. Kalo kalian sudah menggunakan business profile di Instagram tentunya sudah tahu dong yang namanya fitur insights? Dari fitur tersebut kita bisa melihat data-data penting dari akun kita. 

Metrics yang bisa kalian lihat dari fitur insights, diantaranya: 

• Profile visits ➡dalam 7 hari terakhir, ada berapa akun yang mengunjungi akun kalian? 
• Website clicks ➡ berapa orang yang klik link yang ada di bio? 
• Reach ➡berapa jumlah Instagram user yang melihat postingan kalian? 
• Impressions ➡berapa kali postingan kalian dilihat oleh Instagram user? Satu user bisa melihat postingan kalian lebih dari satu kali, makanya angka impressions lebih besar dari angka reach. 

Bagaimana cara grow Instagram? 


1. Kuasai semua fitur dan metrics yang ada pada Instagram. 
Tak kenal maka tak sayang juga berlaku pada Instagram. Percuma dong kita, pengguna Instagram, tidak mengerti fitur apa saja yang bisa kita manfaatkan. Percuma juga kalo kita menggunakan bisnis profile di Instagram tapi tidak mengerti apa perbedaan business profile dengan personal account. 

Kenali juga maksud dari metrics yang ada di insights masing-masing post atau insight dari akun Instagram kita sendiri. Bila perlu, catat angkanya, buat grafiknya (supaya kalian bisa melihat secara jelas, terjadi kenaikan atau penurunan) dan evaluasi masing-masing metrics, apakah mengalami peningkatan, penurunan atau malah stabil? 

2. Tentukan niche dan lakukan interaksi dengan akun yang memiliki niche yang sama. 
Niche sendiri itu maksudnya pengklasifikasian akun Instagram kalian berdasarkan jenis dan isi/kotennya. 
Misalnya, akun aku @niputuchandra, memang fokusnya itu post tutorial makeup di Instagram, sharing review dan produk di Instagram. Semua ini masuk ke kategori beauty. Jadi niche dari akun @niputuchandra sendiri itu beauty. 

Jangan lupa untuk berinteraksi dengan akun dengan niche yang sama untuk meningkatkan peluang foto/video kalian tetap berada di niche yang sudah kalian tentukan. Pasti ada ya dari kalian yang menggunakan Instagram untuk fangirling, kemudian dengan akun yang sama kalian juga interaksi; like dan komen di postingan yang sebetulnya bukan niche kalian. 

Saran dari Tutu: buatlah akun terpisah untuk melakukan fangirling tadi. Gunanya apa? Menghindari akun kalian pindah niche dan tentunya meningkatkan peluang postingan kalian dilihat oleh lebih banyak orang yang memiliki interest terhadap niche kalian. 

3. Kenali audience kalian seperti apa. 
Kenali secara demografis ➡ audience kalian paling banyak laki-laki atau perempuan. Mengenali audience kalian ini bisa membantu kalian mengatur strategi ketika kalian akan post foto, video. Ini juga bisa membantu kalian memilah, kira-kira produk apa saja sih yang harus kalian share di Instagram? 

4. Tentukan branding! 
Berdasarkan analisa aku pribadi dari timeline di Instagram, masih banyak loh yang mengabaikan soal branding. Padahal branding ini sangat penting. Branding disini maksudnya segala aktivitas yang bisa menguatkan dan menonjolkan diri kita sebagai blogger/content creator. 

Seperti apa sih akun kalian atau diri kalian sendiri ingin dilihat oleh audience? Contohnya yang gampang @awkarin deh ya. Berdasarkan analisa Tutu pribadi, @awkarin ini cukup khas dengan 100 instagram story/hari dan foto-fotonya yang aesthetic. 

Contoh lain, @21makeupaddictions, post video tutorial makeup hampir setiap hari dengan menggunakan background video berwarna pink. Jadi begitu melihat warna pink ingetnya ‘oh akun @21makeupaddictions loh dia serba pink’. 

Contoh satu lagi @aro_kopa, share makeup tutorial dengan backsound-backsound yang fun (kadang ada backsound dangdut atau lagu india) sehingga memberikan kesan kalo @aro_kopa ini adalah beauty content creator yang fun. 

Contoh terakhir, lihat deh akun @heidinatjahjadi, dengan branding yang terkesan elegan. 

5. Berinteraksi dengan audience. 
Interaksi disini gak cuma berupa kalian share di insta story, audience kalian lihat muka kalian, lihat kalian ngomong disana. Interaksi di Instagram sendiri macam-macam, salah satu contohnya yang sering diabaikan adalah membalas komen audience. 

(A little hint: membalas komen audience juga dapat meningkatkan engagement rate akun kita loh!) Selain itu, interaksi juga bisa melalui direct message, melalukan poll, membuka question box dan live session. 

6. Gunakan hashtag sesuai dengan niche kalian. 
Penggunaan hashtag sesuai dengan niche ini juga berfungsi untuk meletakkan akun kalian di niche yang tepat. Jadi hindari menggunakan hashtag yang bukan niche kalian. Contohnya: untuk niche beauty, gunakan #makeuptutorial #makeup, jangan malah menggunakan #foodporn #fashion. 

PROSES INSTAGRAM @NIPUTUCHANDRA DARI 6K HINGGA MENJADI SEPERTI SEKARANG


Tentunya dengan tidak membeli followers dan engagement ya. Sebetulnya, Tutu gak bisa share ya strategi apa yang digunakan secara detail. Tapi kurang lebih strategi dari masing-masing akun itu berbeda-beda. 

Kenapa? Data yang dihasilkan berbeda-beda. Ada yang efektif dengan strategi posting foto flatlay 2 hari sekali, ada yang efektif dengan strategi posting video seminggu sekali dan lain sebagainya. Gimana cara menemukan strateginya? Ini dengan trial & error dan analisa data insights kalian sendiri. 

Selain itu, namanya sosial media, the first rule of social media itu adalah konsisten. Konsisten ini gak melulu soal rajin posting ya. Konsisten bisa berbagai hal. Misalnya, brandingnya yang konsisten, dari awal brandingnya elegan dan simpel, sampai akhirnya audience aware sendiri ciri khas/branding kalian seperti apa. 

MENENTUKAN RATECARD BUAT YANG FOLLOWERSNYA DIKIT


Ketika calon klien/brand menanyakan soal ratecard, berarti calon klien/brand ini menghargai posisi kamu sebagai blogger/content creator. Agar tidak mengecewakan calon klien/brand tentu harus membalas email/direct message tersebut dengan sopan & professional, selanjutnya untuk masalah nominal dari ratecard sendiri bisa kamu sesuaikan sendiri dengan worth kamu sebagai blogger/content creator. 

Yang dilihat gak melulu soal followers loh, ada banyak akun instagram yang memang punya followers dibawah 5000 tapi memiliki engagement rate yang cukup tinggi. Cara menentukan engagement rate rendah/tinggi: 1%: low 1%-3.5%: average 3.5%-6%: high > 6%: really high.

Jadi meskipun followers kamu, misalnya, belum mencapai 5000, kamu bisa nih meningkatkan engagement rate dan tunjukkin ke calon klien/brand melalui media kit. "Ini loh dengan ER sekian, aku worth sekian". Kalo memang setelah itu calon klien/brand menghilang, simply anggap saja belum rejeki. 

TIPS SELF BRANDING ALA TUTU


Cari tahu nih, dari sekian banyak konten di instagram, yang mana sih yang banyak diminati oleh audience? Cari tahu kira-kira apa sih strength dari diri kalian sendiri? Apakah jago blending eyeshadow? Apakah paham betul soal ingredients? Dan lain-lain. Tentukan ciri khas tersendiri dari hal yang paling simpel. Misalnya: kalian suka warna pink, kalian bisa gunakan warna pink ini sebagai branding kalian. Atau background, desain dari lower thirds video, sampai watermark berwarna pink. 

TENTANG DATA DARI INSIGHT YANG KADANG TIDAK RELEVAN

Untuk ini memang harus trial and error. Prime time memang misalnya menunjukan jam 13 nih, tapi ya gak semata-mata harus post jam 13. Misalnya bisa 2-3 jam sebelumnya, atau bisa aja post jam 13 tapi dengan menggunakan tambahan semacam teaser di insta story? Efektif apa enggaknya, ya balik lagi ke akun kalian. Strategi seperti ini bisa kalian temuin kalo kalian udah trial & error.

Intinya sih, instagram itu semakin sering diotak-atik, kalian bisa analisa patternnya seperti apa. Begitu tau patternnya seperti apa, pasti tau strategi seperti apa yang harus diterapkan. Jangan cuma melihat instagram ini sebagai 'ah cuma sosmed'. Coba anggap akun instagram kalian ini sebagai 'start up company kalian'. Layaknya company, pasti mereka ada research dulu, trial & error dulu, ada investasi sana sini biar dia bisa survive dan bisa dilihat menonjol. 

KEBENARAN BERITA SOAL PENGGUNAAN INSTAGRAM


Beberapa website memberitakan seperti ini: 
1) Kalau kita ngedit caption kurang dari 24 jam itu bakal ngaruh ke berapa banyak like/viewers yang didapat dan itu biasanya kecil, 
2) balas komen lebih dari 1 jam bisa ngurangin potensi kita untuk bisa masuk ke explore, 
3) Menggunakan tag terlalu banyak (walau sesuai niche) bakal ngga kedetect di explore (max 4). 

Pertanyaannya, ketiga hal tersebut apakah benar?

1. Edit caption kurang dari 24 jam bakal ngaruh ke berapa banyak like/viewers berdasarkan trial & error aku sendiri gak ada ngaruh apa-apa ya. Selain itu, berdasarkan berbagai research yang sudah Tutu baca, itu juga gak ada pengaruh. Yang ngaruh itu kalau captionnya memang tidak memberikan cerita/pelajaran kepada audience. Audience pasti males dong liat postingan yang captionnya kurang menarik. 

2. Balas komen lebih dari 1 jam bisa ngurangin potensi kita untuk bisa masuk ke explore tidak benar. Balas komen kapan saja boleh kok. Semakin banyak interaksi di postingan, semakin besar potensi sebuah post masuk ke explore. Tapi perlu diperhatikan kecepatan saat membalas ya, terlalu cepat balas komen juga bisa menyebabkan akun kalian diblok untuk komen, terlalu cepat ini aktivitasnya jadi menyerupai bot. Makanya diblok oleh pihak instagram. 

3. Penggunaan hashtag terlalu banyak bisa mengurangi potensi postingan muncul di explore memang kalo ini masih ada 2 pendapat. 
Ada yang bilang terlalu banyak hashtag bisa dianggap seperti akun bot. Makanya potensi postingan muncul di explore kecil. 
Ada juga yang bilang semakin banyak semakin baik (asalkan tidak lebih dari batas hashtag yang ditentukan instagram, kalo gak salah 30 hashtags). 

Menurut Tutu pribadi yang lebih berpengaruh itu jenis hashtag yang kamu gunakan. Gunakan hashtag yang memang populer dan banyak orang gunakan. Selain itu juga hashtag yang sering kamu cek atau interaksi. untuk masalah banyak atau gaknya, aku masih netral, karena kalo berbicara dari pengalaman sendiri, Tutu kadang menggunakan 10 hashtags saja sudah masuk explore. Kadang menggunakan 30 hashtags bisa masuk explore. 

RUMUS UNTUK ENGAGEMENT RATE


Engagement rate = (jumlah likes + jumlah comments)/ followers x 100. Tapi enggak perlu ribet sih sekarang karena sudah cukup banyak ER calculator online. Bisa cek dari socialblade.com atau https://phlanx.com/engagement-calculator.

SARAN UNTUK MENGENALI AUDIENCE


Dengan melakukan polling atau question box, itu salah satu caranya mengenali apa yang audience mau. Respon sedikit gak masalah. Respon pasti akan meningkat ketika sudah dikabulkan respon mereka. Kadang audience itu males ngerespon karena mereka mikirnya "ah paling cuma nanya doang". Jadi memang setelah kita melakukan polling dan question box tadi, harus dibarengi sama action. Maka trust antara audience dan akun instagramnya bisa terjalin. 

APA ITU SHADOWBAN?


Shadowban itu hoax. Ini sudah ada konfirmasi dari pihak instagram bahwa tidak ada yang namanya shadowban. Untuk penggunaan hashtag memang sebaiknya tiap postingan bervariasi sih. 1 atau 2 hashtag yang sama boleh, tapi kan setiap postingan kalian pasti beda topik? Beda cerita? Enggak mungkin dong ya misalnya post foto skincare dari brand A tapi hashtagnya dari brand Z. 

RELASI REACH PER POST DAN FOLLOWERS


Salah satu peserta Ngopi Cantik 8 ada yang ngerasa kalau pas followers masih 2k, reach per post bisa 2-4x lipat nya. Sedangkan pas followers udah diatas 8k, reach per post makin menurun sampai cuma 1/3 nya. Pertanyaannya, apa instagram lebih favorit ke akun-akun baru aktif yang followersnya lebih sedikit? 

Jawabannya kira-kira begini.
Ini bisa terjadi karena banyak hal. Salah satunya mungkin audience menilai postingan kita monoton. Mungkin bisa coba sekali-kali dikasih twist. Mungkin posting tentang kehidupan pribadikah, atau mungkin strategi yang kamu gunakan udah basi? Harus mulai cari tau lagi nih strategi baru apa yang perlu kamu terapi. Yang aku amati sih saat ini instagram lebih favor akun-akun yang memang organik. Organik disini maksudnya dengan real followers dan real engagement. 

Tutu menambahkan:
Lebih baik followers tidak banyak dengan engagement tinggi dan berintegritas. Daripada followers banyak tapi fake, karena followers hanyalah angka dan bisa diotak-atik orang.. Sedangkan integritas? Balik lagi ke diri kita masing-masing seperti apa. Sesusah apapun di instagram, please jangan beli followers atau engagement. itu malah merusak branding kalian dan merusak data kalian.

Yes, aku setuju banget sama Tutu terutama pada point terakhir. Sempet gelisah terus sih soal followers ini, tapi juga mikir, kenapa beberapa brand bisa email ngajakkin kerja sama. Ternyata semua itu tergantung pada integritas kita. Soal followers bisa jadi cuma angka, dan kabar baiknya, bisa dipelajari dengan pelan-pelan. Mau naikkin followers secara organik, bisa! Asal menerapkan ilmu-ilmu diatas dan perbaiki kualitas diri.

Semoga rangkuman Ngopi Cantik Jilid 8 ini bermanfaat ya buat kalian yang bimbang soal Instagram. Mulai sekarang, yok optimalkan instagram sesuai dengan tujuan utama kita bikin akun di sana. :)
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Ngomongin make up yuk! Kalau biasanya aku make up itu hanya pas collab barengan Beautiesquad saja, kali ini agak berbeda. Karena, aku terpilih menjadi salah satu yang dapetin Fanbo Beauty Blender New Shape. Tapi, challenge-nya adalah, gimana caranya aku mampu menggunakan ketiga produknya sebagai tools make up. Bhaique, aku terima tantangannya!


Sebelum jauh ngomongin produknya, aku mau jujur dulu nih. Sehari-hari, aku lebih familiar dengan penggunaan brush untuk mengaplikasikan make up, ketimbang si beauty blender ini. Iya, beauty blender seringnya cuma buat ngeratain complexion doang. Teksturnya yang bouncy, enak buat ngeblend foundation, sampai concealer. Aku kurang paham, Beauty Blender yang paling bagus itu yang kayak gimana. Wong biasanya juga beli seadanya di toko. Jadi kalau mau ngebandingin, Fanbo sudah paling bagus dari yang sejauh ini aku pegang.


Waktu paket dari Fanbo dateng, aku terkejut dong, masa' packagingnya imut semuaaa? Mau pakainya kayak sayang gitu hahaha. Setiap beauty blender, punya packaging cantik berupa plastik mika berbentuk kotak. Plus, desainnya juga menarik banget. Ada ikan, ayam, sama panda, disesuaiin sama bentuknya yang unik. Sponge-nya terjaga banget kualitasnya, bukan yang abal-abal. Aku sampai sayang banget mau buang mika-nya.


Ada 3 varian yang dikirimin ke aku:

1. Pear Shaped
2. Flat ended
3. Small Tear Drop



Kalau dilihat dari cara pakainya, Fanbo punya jargon: wet, squeeze, bounce. Ini buat nunjukkin bahwa tekstur Fanbo akan lebih optimal jika dibasahi terlebih dahulu. Aku yes soal ini. Karena bener, ketika dibasahin, sponge-nya akan mengembang dan lebih bouncy. Cuma ya gitu, enggak semua bentuk akan terasa sama. So, mending kita bahas satu per satu saja ya!

PEAR SHAPED


Satu-satunya bentuk yang paling bisa aku komentarin ya si Pear Shaped ini. Karena di rumah punya yang merek lain. Pear shaped pada umumnya bisa digunakan untuk complexion sampai bikin shading. Nah, aku pede dong. Mana waktu dibasahin paling ngembang pula.

Tanpa cacicu, aku langsung bikin video kan waktu itu. Jadi, enggak pakai banyak mikir, langsung ambil pear shaped sebagai sponge pertama. Aku pakai untuk foundation, concealer, dan contouring buat pipi. Sayang nih, ketika aku bandingin sama video-nya temen-temen yang lain, ternyata si pear shaped memang lebih enak dipakai buat powder atau yang ringan-ringan saja.

Kenapa?

Karena cukup keras dan enggak terlalu bouncy. Kraaay. Ya bisa sih bikin flawless dan rata. Tapi butuh perjuangan karena enggak seempuk yang flat ended. Beneran deh enggak bohong.


SMALL TEAR DROP


Ngelihat bentuknya kecil, langsung dong seneng. Wah bisa buat ngeratain eyeshadow dan contour beberapa bagian yang susah dijangkau, seperti pinggir hidung. Oh iya, bisa juga sebenernya buat ngeratain concealer pas bikin alis. Cuma waktu bikin video, alisnya sudah jadi duluan dan enggak bisa aku lihatin gimana caranya hehe.

Small tear drop bentuknya kecil lonjong dan meruncing. Minusnya, karena tanganku kecil, small tear drop jadi gampang jatuh. Terus, nyuci dan ngeringinnya juga ringkih. Kudu cari wadah gedhe supaya enggak gampang ilang haha.



FLAT ENDED 


Lihat deh, packaging ayam gini lucu banget kan hehe. Pas awal buka, aku langsung mikir kalau si Flat Ended ini bisa dijadiin buat ngeratain powder, highlighter, dan blush. Makanya, aku pakai terakhir.

Eh ternyata, enak cobaaa... Dan bisa dipakai buat complexion huhuhu. Sponge-nya begitu dibasahin bouncynya lebih kerasa ketimbang yang pear shaped. Segala sisi juga bisa digunakan buat macem-macem. 

Jadi misal kalian nanya, dari salah satu mending beli yang mana, aku rekomendasikan yang flat ended deh. Ya walaupun favoritku yang small tear drop. Nah lo, bingung kan? Wkwk.


Dengan harga: Rp 27.500 saja, menurutku produk lokal satu ini sangat pas. Kalau pinter-pinter pakai, make up jadi tampak flawless dan nempel sempurna. Daya serap make up enggak banyak-banyak amat. Terbukti waktu aku pakai eyeshadow yang aku totol langsung ke serbuknya, enggak terlalu menyisakan banyak tuh di sponge-nya. Kecuali untuk make up yang teksturnya creamy atau glittery, mungkin akan nempel lama dan susah bersihinnya.

Cara membersihkan Beauty Blender ini, kalau aku: tinggal direndem pakai air panas dicampur dengan sabun antiseptik, kucek lembut, beres res!

Buat yang belum nonton video make up ku pakai FANBO BEAUTY BLENDER NEW SHAPE ini, coba nonton di channel youtube ku ini. Ecieee... Youtuber niyeee!


Mong ngomong, kalian tertarik enggak sih buat nyobain Beauty Blendernya Fanbo? Atau jangan-jangan sudah punya nih di rumah? Share di kolom komentar ya :)
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Bulan ini, kami ngerasa ajrut-ajrutan sama badan. Serumah flu. Awalnya Suami, nular ke Alya, terakhir nularin ke aku. Kalau kami berdua sih mungkin karena sudah jarang olahraga, plus umur juga makin tua. Enggak bisa dipungkiri lagi nih, dulu waktu masih muda, mau begadang sampai pagi, plus dihajar syuting stripping juga mentok masuk angin doang. Lah sudah tua ini? Mendaki gugusan tanah bawa tripod saja rasanya sempoyongan. Sebenernya mau nolak sih dibilang umur tua, tapi nyatanya memang begitu adanya.


Dulu, waktu zaman pacaran, Suami pernah sombong bilang kalau imun dia paling kuat diantara adek-adeknya. Ini dibuktikan dengan hasil lab waktu dia sempet mondok karena DBD. Sebelum divonis DBD pun, dia masih yang bisa berkeliaran kemana-mana. Bahkan, aku nganter ke rumah sakitnya naik taksi dan bawa satu ransel doang. Temen-temennya sampai ngira kami mau backpackeran saking kami santainya!

Lain sama aku. Walaupun belum ngecek soal imun diri, tapi rasanya yakin deh kalau daya tahanku  tuh lemah. Dari yang sejak kecil punya riwayat asma, sampai yang kalau dicek tensi pasti rendah. Aku pernah kena DBD juga waktu kelas 6 SD. Karena Papa Mama menganggap aku cuma sakit biasa, aku cuma diberi obat flu sampai 3 hari lebih. Beruntung siang itu eyang dateng dan mencak-mencak karena ngelihat kondisiku yang ngedrop tapi kok enggak segera dibawa ke Dokter. Alhasil sorenya langsung dibawa ke Dokter, dan langsung diopname saking sudah lemesnya.

Aku opname baru sekali itu, ya selain lahiran sih. Tapi, ada kondisi lain yang mengingatkan ku bahwa aku tuh lemah. Jadi pernah nih, sebelum KKN disuruh cek kesehatan dulu, nah, di situ Dokternya bilang kalau tensiku rendah banget, dan rentan pingsan. Padahal FYI saja, aku pingsan cuma sekali seumur hidupku. Itupun waktu kecapekan habis syuting pas kuliah, bukan yang gampang pingsan karena kepanasan.

Dokter lalu enggak ngebolehin aku ikut KKN. Padahal, KKN itu wajib hukumnya dan KKN enggak bisa digantikan dengan mata kuliah lain. Negosiasinya cukup alot karena beliau sebagai Dokter ngerasa harus melindungi pasien bila memang sakit. Terus aku diperbolehkan KKN dengan catetan, jangan terlalu capek.

Ngelihat rekam medik aku dan Suami, percaya enggak percaya, justru sekarang suami-lah yang cukup sering sakit. Entah itu flu, sakit tenggorokan, sampai yang baru-baru ini: backpain - karena kebanyakan duduk. Dibombadir olahraga sih sudah sering. Mulai dari badminton, lari, volley, sampai futsal. Sudah deh, pokoknya dia sudah sadar diri, setidaknya ketimbang aku.

Oh iya, lucunya lagi, Suamiku juga baru tahu dia ternyata ada alergi angin malam. Ini periksanya dulu habis Alya lahir sih, dan itu memang benar. Pantes kalau pergi-pergi malem bawa motor, pasti mendadak hidungnya kerasa tersumbat. Aku awalnya agak nyepelein gitu, karena ya gimana, wong biasanya juga kami kemana-mana pakai motor kok. Bukan cuma kota-kota saja, tapi juga luar kota. Sudah sesering itu, jadi ya heran juga.

Kata Suami, alergi angin malamnya sudah sejak kecil. Cuma pas remaja sudah enggak terlalu kerasa. Kerasanya justru di umur 30-an ini. Wah ya bener dong, ini mirip asma. Waktu umur 15-30 an gitu aku jarang banget kambuh. Selain mungkin diimbangi sama renang, aku juga enggak terlalu mikirin penyakit sih. Dibawa seneng saja pasti lupa. Nah, tapi di umur 30-an, asmanya kadang kambuhan, apalagi kalau ke-ca-pe-kan! Ya sama sih sama alergennya Suami. Kambuhnya di usia menuju tua. Kraaay.

Ngomongin soal umur, relate juga sama orang tua.

Baru-baru ini Mertua kan lama stay di Magelang, nah mereka seringnya minta jalan. Kadang pakai alesan "biar Alya senang". Padahal mah Alya lempeng biasa saja, kalau enggak ditawarin juga enggak. Jadi tiap hari kami bisa pergi keluar rumah, entah yang cuma renang, ke rumah saudara, sampai beli makanan. Tapi makin ke sini makin kami tolak kalau misal keseringan jalan. Jujur, kalau kebanyakan jalan, kerjaan kami keteteran. Plus, mengingat kondisi mertua yang sudah lansia alias gampang capeknya.

Yang sering enggak disadari sama Mertua adalah, kondisi mereka sudah tidak seperti dulu lagi. Naek motor sejam sudah capek. Bepergian keluar kota pasti abis itu minta pijet. Ya bukannya gimana-gimana sih, tapi orang kan kadang suka lalai kalau tubuh juga punya limit. Iya, mostly malu mengakui kelemahan.


via GIPHY

Tubuh kita memang didesain untuk bergerak, tapi tubuh kita juga bisa memberikan sinyal ketika kita sudah melakukan sesuatu berlebihan.

Iya, berolahraga itu penting, penting banget malah. Hanya saja, apakah kita sadar, olahraga itu cocok buat kita atau tidak?

Contoh nih, aku ikut kelas yoga. Guruku sampai bilang "pelan-pelan saja enggak usah dipaksa" mengingat keluhanku juga soal asma. Belum lagi pose yoga yang susah banget buat aku praktekkin, enggak tahu kenapa susah banget lenturnya. Pose itu ada tingkatannya dan untuk mencapainya satu-satu, tetep butuh waktu. Enggak semua orang bisa mencapai dalam waktu yang bersamaan. Ada yang cepet, ada juga yang lama, kayak aku gini.

Hal ini aku rasain juga ketika lari. Aku ya setiap lari, pasti langsung sakit di bagian perut dan nafas yang makin ngos-ngos-an. Nafasku pendek btw. Akan lebih cocok dengan olahraga yang mengatur pernafasan seperti yoga atau renang. Makanya, kalau abis renang, aku cenderung lebih lega dan nafas lebih panjang dari yang biasanya.

Terus soal kerjaan. Karena sekarang kami kerjaannya di depan laptop doang dan pasti duduk lama, kami sadar, ini akan enggak sehat. Kami imbangi dengan makan sehat, minum air putih anget banyak-banyak, olahraga dan setiap beberapa menit sekali berdiri.

Aku sudah lumayan lama menghindari begadangan. Karena beneran enggak enak banget. Pikiran jadi enggak tenang, mau mikir juga susah, dan badanku sering linglung. Suami juga sudah menerapkan hal yang sama, dia kalau sudah kerasa capek, ya langsung stop. Enggak usah dipaksakan deh, toh buat apa? Nyimpen penyakit?

Istirahat bagi kami adalah sebuah keharusan. Bagaimana cara istirahat yang berkualitas, seperti energi yang dicharge kembali. Iya, bukan cuma gerak tubuh yang diperlukan, tapi juga istirahat yang nyaman.

Sekarang kalau lagi sakit, ya sudah, artinya kita kudu berdamai dengan keadaan. Gimana pun, tubuh punya batas energinya. Sudah gampang sakit gini, lama-lama ngerti sendiri, kami harus menciptakan batasan, untuk mengukur kemampuan. 

Mau kesehatan, mau kerjaan, semua kudu punya batasannya. Aku enggak mau lagi bekerja like crazy yang enggak kenal wayah, sampai nabung penyakit. Aku lebih memilih untuk kesehatan jangka panjang, walaupun ada sesuatu hal yang harus dikorbankan. Tentu saha dalam hal ini adalah: karir. Aku mungkin bisa menghabiskan waktuku untuk bekerja keras, berangkat pagi pulang pagi lagi. Tapi sekarang buat apa? Banyak tanggung jawab lain di hidupku. Pada akhirnya, batasan bukan untuk melabeli bahwa kita lemah. Justru agar kita tahu, bahwa setiap pencapaian harusnya pelan-pelan.


You might be able to break the boundaries. But actually you're enough. Everyone has their own limit. Don't push anything you can't reach. Deal with it. 
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Bisa dibilang, Alya ini langgangan ke Dokter. Seingetku sejak lepas ASI, tepatnya umur 2 tahunan, Alya cenderung lebih ringkih dan asmanya kumat-kumatan. Kalau kalian sering baca blog-ku, pasti hafal betul gimana effort kami mengurangi asma, baik itu secara tradisional nurutin tukang pijet, maupun melatih fisiknya seperti renang. Kabar baik datang menjelang Alya 4 tahun kemarin. Suara ngik-ngiknya sudah enggak terlalu parah, nebulizernya sudah enggak serutin dulu, plus sudah jarang pula dikasih antibiotik. Tapi aku sadar pula, ini berarti hampir 2 tahun Alya rutin setor ke Dokter setiap bulannya. Iya, ketika asma tiba.


Seminggu setelah Alya ulang tahun ke-empat, asmanya kambuh lagi, dan waktu aku nulis ini, batuknya masih nggrok-nggrok. Dengerinnya sampai kasihan, kayak capek karena dahak yang di dalam tenggorokan enggak kunjung keluar. Tapi obatnya masih, alias mungkin bekerja secara perlahan, enggak keras dan cepat seperti biasanya.

Aku ceritain sedikit dari awal dulu deh. Alya ini sudah gonta-ganti Dokter sampai 3 kali. Dari Dokter umum sampai spesialis anak. Mayoritas cocok semua sih, kalaupun enggak cocok paling soal harga. Beneran, Dokter spesialis anak harganya kadang ampun-ampunan. Belum ditambah nebulizer. Makanya, terakhir-terakhir kami milih Dokter karena faktor biaya juga, sebelum kami memutuskan untuk mendaftarkan Alya ke BPJS juga.

Aku sudah lebih dulu mendaftar BPJS bahkan sebelum nikah. Tapi selama itu pula BPJSnya jarang aku pakai. Paling cuma sekali, periksa ke THT karena aku ngerasa telinga bunyi dug dug dug terus. Sama Dokter THT diresepin obat, sudah gitu doang. Berkurang juga enggak. Jadi, aku sempet males sama yang namanya BPJS.

Kenapa sekarang memutuskan untuk pakai BPJS?

Satu, karena aku sakit gigi, harus cabut gigi bungsu dan harganya amit-amit mahalnya. Dokter yang menanganiku, justru menyarankan pakai BPJS. Mungkin ngerasa kasihan, atau memang karena beliau ini sangat Pro BJPS. Nanti kalau sudah kelar semuanya, akan aku tulis di blog terpisah.

Dua, buat jaga-jaga. Ini beneran, nasib freelancer itu enggak jelas. Kadang invoice banyak mundurnya. Kami enggak tahu kapan kami sakit. Iya kalau ada duitnya terus, dana darurat selalu siap, lha kalau nol saldo? Oh iya, Alya sempet pernah mau diopname karena kondisi batuknya yang parah. Dokter juga nanya "punya BPJS enggak?" Waktu itu kami cuma cengar-cengir, plus ngerasa wah kenapa enggak diurus juga ya.

Baca di sini: Sekilas Tentang Asma Pada Asma

Tiga, waktu lahiran, aku kan mendadak harus caesar, dan jelas, biayanya 3 kali lipat yang normal. Aku sempet dikasih tahu temenku, "Kenapa enggak pakai BPJS, wong punya dan tinggal ngurus saja kok!" Sekarang, baru mikir, kok ya dulu males ngurus BPJS sih. Kan sayang juga sudah punya enggak digunakan.

Oke, banyak orang menyarankan BPJS. Tampaknya enggak ada alasan buat enggak bikin BPJS. Akhirnya Alya dan Suami daftar BPJS juga. Tapi, setiap perpindahan pasti menyisakan suatu cerita kan ya. 

Anggap saja Alya dan kami sudah klop sama Dokter Z. Di Magelang, Dokter ini terkenal banget, bahkan Dokter Z ini Dokterku juga waktu masih kecil. Namun transisi yang kami alami sewaktu Alya pindah dari Dokter Z ke Dokter yang ada di faskes 1, yaitu Puskesmas, sungguh sangat terasa. Biasanya nih ya, pagi periksa ke Dokter Z, sorenya pasti sudah kurang. Kurangnya yang bener-bener drastis. Sampai yang batuknya enggak kedengeran lagi.

Nah, begitu beralih ke Puskemas, which is diresepin pakai obat generik, wah serius dong, sembuhnya lama! Kami ngerasa kalau makin kesini, obat dari Dokter langganan itu keras. Hal ini disinyalir dari sembuhnya Alya yang terlalu cepat. Giliran nanti Alya dikasih obat generik atau apotek, akan enggak mempan sama sekali. Inipun kami mikir, jangan-jangan gigi Alya geripis bukan karena makanan manis-manis, justru karena keseringan anti biotik? T.T

Soal gimana proses pengobatan menggunakan BPJS, berikut cerita lengkapnya.

Hari jumat, Alya sudah kayak nunjukkin batuk kecil, mungkin karena musim sakit di sekolah atau di komplek. Hal kayak gini sudah biasa sih. Karena kalau kami cepet tanggap, terus kasih madu, asupan buah dan sayur yang seimbang, minum air putih yang banyak, atau kasih vitamin, batuknya bakal enggak jadi. Sayangnya, jumat itu, Alya diajak pergi sama Mama dan adek jalan-jalan. Yang jadi masalah adalah, Alya sempet kehujanan, dan yang kedua, Alya makan rambut nenek dalam porsi besar. Ya sudah, batuk dan demamnya makin jadi.

Malam sabtu Alya demam tinggi, sampai 38,8 derajat celcius. Ukuran anak kecil kan panas banget yak. Semalaman dia sampai enggak nyenyak tidurnya. Kami pun ikutan begadang, buat ngompresin, mijitin, ngasih air minum. Dan kami putuskan pula, keesokkan harinya ke Dokter.

Sabtu pagi kami ke Puskesmas. Kondisi Alya lemes. Panasnya pagi itu berkurang jadi 38,5 tapi tetep saja masih tinggi. Dokter di sana kasih resep paracetamol, cetirizine, sama obat tumbuk yang pahit buat batuk alerginya. Sampai hari minggu, panasnya enggak turun sama sekali. Tahu sendiri deh kalau anak demam itu kayak gimana, orang tuanya ikutan cemas kan.

Suamiku lalu memutuskan buat tanya sama salah satu temennya yang berprofesi Dokter. Dia nanya kan, kenapa Alya enggak turun demamnya. Nah, setelah di cek, paracetamol yang dikasih Dokter itu 120 mg. Padahal untuk seumuran Alya yaitu 4 tahun dengan berat badan 16,5 kg, paracetamolnya bisa pakai yang 180 mg. Berikut tabelnya, aku sadur dari link ini.  


Suami langsung cari ke apotek, dosis yang dimaksud. Tapi sampai sana, enggak ada yang 180mg, adanya yang 160mg. Cuma, yang dosis 160mg ini bisa ditakar pemberiannya menjadi 5 ml. Dan bener dong, malamnya langsung keringat dingin. Demam Alya sangat sangat berkurang.

Demam sudah berkurang, batuk makin jadi. Malam senin, batuk Alya mengkis-mengkis, aduuuh, malam enggak bisa tidur lagi. Oh iya, Alya juga beberapa kali muntah lendir, karena tipe batuknya batuk kering. Alya sampai ngeluh dadanya sakit.

Sampai senin pagi, Alya bilang: "Ma, Alya dinebu aja" Mungkin saking enggak kuatnya.

Kami langsung bergegas ke Puskesmas lagi tanpa babibu. Sampai sana, Dokternya beda, bukan yang pas hari sabtu kemarin. Berbekal rekam medisnya, kami cerita runtut gimana sakitnya Alya ini. Mulai dari Alya kena asma karena bakat dari aku, sering bolak balik ke RS hingga akhirnya daftar BPJS, hingga cerita usaha kami buat ngurangin asma tersebut.

Tiba-tiba, Dokter bilang "Coba cek lab ya!" Ini posisi Alya pas diperiksa tidur loh. Ekspresi kami yang kaget gitu, antara "Wah, cek lab dimana nih? apa kami harus pindah ke RS?" dan ekspresi "Waduh, kami kudu siap nih, Alya pasti rewel nanti"

Ternyata di Puskesmas itu sudah ada laboratoriumnya, oh wow, canggih juga kan. Senang! Kami lalu membawa surat rujukan Dokter Umum ke lab dan nunggu dipanggil. Disitu Alya kebangun. Bingung gitu mukanya, kok belum kelar juga. Terus waktu masuk lab, aku malah yang takut. Bukan aku takut jarum suntik sih, tapi takut kalau Alya berontak.

Aku, Suami, dan Dokter sudah siap. Pokoknya kalau Alya berontak, kami tetap pegang tangannya. Sebenernya, Alya sudah pernah nganterin aku check lab waktu aku mau cabut gigi. Dia berkali-kali nanya sih apa itu check lab, karena dia sempet lihat ada anak kecil dicheck lab nangis kejer. Nah, pas Alya mau dicheck darahnya itu, lalu aku ingetin, kalau dulu Alya pernah nganter aku check lab, di situ ada anak kecil nangis, dan Dokter sampai susah ngambil darah. Kalau kita pasrah dan tenang, proses ambil darah cepet.

Tahu apa reaksi Alya?

Begitu jarum suntik dimasukkin ke lengannya, bersamaan dengan aku cerewet cerita, wajah dia malah yang anteng dan kalem sambil ngelihatin tuh jarum. Wah, sumpah terharu, kok ya dia santai, enggak ada kaget dan berontak, sama-sekali.

Enggak henti-hentinya kami memuji sikap Alya yang tenang. Jempolan deh. Alya juga makin jumawa tuh kalau sudah digituin. Hahaha. Kata Dokter, check lab ini dilakukan karena akhir-akhir ini di Magelang lagi banyak kasus DBD. Nunggu hasilnya deg-deg-an juga kami.

Sekitar 5 menitan, hasil lab keluar, Alya dinyatakan negatif DBD, namun sel darah putihnya tinggi, karena penumpukan bakteri. Ini yang bikin Alya lama sembuhnya. Setelah kami kembali ke Dokter umum, Alya kemudian dinebulizer, tapi dosisnya juga enggak sebanyak Dokter Z langganan kami.

Intinya, Alya ini tipe sensitif ketimbang anak lainnya. Udara lembap, kotor, berdebu, atau pemicu alergen akan sangat berpengaruh dan bikin dia gampang sakit. Sudah gampang sakit, sembuhnya lama pula.

Hari ini Alya masih minum obat yang diresepin Dokter Puskesmas. Kondisinya belum yang 100 persen fit, walaupun sore tadi main air di garasi, plus main lari-larian di komplek. Ya gitu, dia mah badannya enakan dikit langsung ciao bella. 

Beruntung nafsu makan Alya enggak turun sedikitpun, minum air hangat mau, minum obat juga enggak nolak. Tinggal penyembuhannya yang kudu ditelatenin.

Banyak yang bilang prosedur BPJS itu bikin pusing, padahal sendirinya belum pernah pakai BPJS. Well, aku positive thinking saja sih. Karena gini, di luar negeri, mostly Dokter Spesialis itu enggak biasa sembarangan praktek. Biasanya mereka praktek ya di Rumah Sakit. Sedangkan di sini, Dokter Spesialis banyak ditemukan praktek di luar Rumah Sakit. Untuk prosedur BPJS, memang diharuskan ke Faskes 1, baru ke RSUD. Misal RSUD enggak bisa, bisa dilarikan ke luar kota, ke Rumah Sakit yang lebih kompeten.

Lalu bagaimana kalau kita ngerasa enggak nyaman pelayanan dan nganggep kalau pasien BPJS pasti dinomorduakan?

Setahuku, kita bisa memilih faskes sendiri, bahkan bisa dipindah loh. Coba deh cari tahu cerita orang-orang atau sekalian bikin vote, enak faskes yang mana. Ini terjadi juga sama aku soalnya, tapi dalam urusan gigi. Oh iya, yang bilang ngurus BPJS itu susah, nyatanya, ketika Suami dan Alya daftar lewat online, setelah bayar, kartunya langsung dikirim kok ke rumah. Ini memudahkan sekali buat kalian yang sibuk dan susah nyari waktu buat ngurus-ngurus.

Kalian bisa milih iuran per bulan disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Kalau mampu ya pilih yang tingkat 1. Jangan lantas bayarnya tingkat 3, giliran opname, minta kelas 1. Enggak adil rasanya.

Dokter-dokter BPJS ini banyak yang bagus juga. Untuk pelayanan Puskesmas, alhamdulillah ramah dan nyaman. Paling kalau ada yang enggak enakin, itu cuma satu dua orang, dan dipikir-pikir, enggak seberapa dibanding fasilitas dan kelebihan BPJS. Harapannya sih Alya bisa cocok sama obat yang generik sekalipun. Walaupun pelan, tapi pasti sembuh. Enggak yang keras dan bikin dia ketagihan.

Mohon doa'nya ya, moga-moga Alya sehat kuat terus, dan makin gedhe makin kebal. Thank u in advance.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Newer Posts
Older Posts

HELLO!


I'm Yosa Irfiana. A scriptwriter lived in Magelang. Blog is where i play and share. Click here to know about me.

FIND ME HERE

  • Instagram
  • Twitter
  • Facebook
  • Google Plus

Blog Archive

  • ►  2023 (3)
    • ►  March 2023 (2)
    • ►  January 2023 (1)
  • ►  2022 (14)
    • ►  December 2022 (1)
    • ►  October 2022 (1)
    • ►  August 2022 (2)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (1)
    • ►  April 2022 (2)
    • ►  March 2022 (2)
    • ►  February 2022 (3)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (60)
    • ►  December 2021 (1)
    • ►  November 2021 (3)
    • ►  October 2021 (3)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (2)
    • ►  June 2021 (3)
    • ►  May 2021 (15)
    • ►  April 2021 (21)
    • ►  March 2021 (2)
    • ►  February 2021 (2)
    • ►  January 2021 (5)
  • ►  2020 (44)
    • ►  December 2020 (5)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  October 2020 (4)
    • ►  September 2020 (5)
    • ►  August 2020 (3)
    • ►  July 2020 (7)
    • ►  June 2020 (6)
    • ►  May 2020 (1)
    • ►  April 2020 (4)
    • ►  March 2020 (2)
    • ►  February 2020 (3)
    • ►  January 2020 (2)
  • ▼  2019 (89)
    • ►  December 2019 (5)
    • ►  November 2019 (7)
    • ►  October 2019 (6)
    • ►  September 2019 (10)
    • ►  August 2019 (6)
    • ►  July 2019 (6)
    • ►  June 2019 (9)
    • ►  May 2019 (9)
    • ▼  April 2019 (8)
      • MEREDAKAN KEMERAHAN DENGAN HERBORIST ALOE VERA GEL...
      • INTERNATIONAL DANCE DAY MAKE UP COLLABORATION
      • SABUN ANAK BERKULIT SENSITIF - REVIEW CUSSONS SENS...
      • PEMILU 2019 DAN AKU
      • GIMANA CARANYA MENGOPTIMALKAN INSTAGRAM?
      • REVIEW FANBO BEAUTY BLENDER NEW SHAPE!
      • BOUNDARY
      • DARI DOKTER LANGGANAN PINDAH KE DOKTER BPJS
    • ►  March 2019 (7)
    • ►  February 2019 (7)
    • ►  January 2019 (9)
  • ►  2018 (135)
    • ►  December 2018 (21)
    • ►  November 2018 (17)
    • ►  October 2018 (9)
    • ►  September 2018 (9)
    • ►  August 2018 (10)
    • ►  July 2018 (9)
    • ►  June 2018 (12)
    • ►  May 2018 (9)
    • ►  April 2018 (9)
    • ►  March 2018 (9)
    • ►  February 2018 (10)
    • ►  January 2018 (11)
  • ►  2017 (116)
    • ►  December 2017 (8)
    • ►  November 2017 (7)
    • ►  October 2017 (8)
    • ►  September 2017 (9)
    • ►  August 2017 (8)
    • ►  July 2017 (11)
    • ►  June 2017 (8)
    • ►  May 2017 (11)
    • ►  April 2017 (8)
    • ►  March 2017 (12)
    • ►  February 2017 (15)
    • ►  January 2017 (11)
  • ►  2010 (9)
    • ►  November 2010 (9)

CATEGORIES

  • HOME
  • BABBLING
  • BEAUTY
  • FREELANCERS THE SERIES
  • HOBBIES
  • LIFE
  • PARENTING
  • BPN 30 DAY BLOG CHALLENGE
  • BPN 30 DAY RAMADAN BLOG CHALLENGE 2021

BEAUTIESQUAD

BEAUTIESQUAD

BLOGGER PEREMPUAN

BLOGGER PEREMPUAN

EMAK2BLOGGER

EMAK2BLOGGER

Total Pageviews

Online

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose