PEMILU 2019 DAN AKU

by - April 17, 2019

Memasuki pemilu tiba, aku sengaja enggak buka yang namanya Facebook. Ya ada sih sesekali buat promoin post di grup blogger, tapi selebihnya langsung close tab. Ngeri deh, ngelihat postingan temen yang gencar mengkampanyekan berita hoax. Lagian manusia-manusia di Facebook ini kenapa ya, lebih panasan in so many many ways. Dan menurutku itu enggak sehat buat kita.

Seperti yang aku pahami bahwa cara terbaik buat memutus rantai keributan dan kemaksiatan adalah menjauh, jadinya aku nganggep hal-hal kayak gini mending diem saja. Cuma sebenernya masih pengen baik-baik saja gitu sama temen yang jalan pemikirannya enggak sama. Wong kemaren saja waktu kumpul grup SMP, kita malah bisa bahas bisnis kok. Nah, kalau sudah seperti ini, rancu juga. Yang tadinya menutup diri biar tenang engga mikir macam-macam, malah kepikiran, "wah gimana ya kalau bisnis ini jalan? Pasti aku butuh konsumen tanpa ngelihat dia itu milih siapa." Bimbang seribu bahasa saudara-saudara.

Buka Facebook kini cuma sebatas buat kebutuhan bisnis doang. Ngerti kok, Instagram sudah dibeli sahamnya oleh Facebook. Plus akun profil bisnis juga mau enggak mau nge-link ke Fanspage yang harus dibikin di Facebook. Ribet memang, cuma ya kedua-nya harus dioptimalin kalau mau self branding. Intinya, lama enggak scroll berita lewat Facebook, jauh membuat diriku tenang, dan makin memantapkan pilihan.

Sampai pada beberapa hari menjelang pencoblosan, tepatnya tanggal 13 maret 2019, masalah lain datang karena tayangnya sebuah dokumenter bernama: SEXY KILLERS.


Aku tahu film besutan Watchdoc ini karena ramai di jagad twitter serta Instagram. Banyak banget yang ngeshare lewat Instastory lengkap dengan caci makinya. Mungkin karena yang aku lihat kebanyakan temen-temen dari dunia maya, profesinya macem-macem, atau orang yang mungkin enggak bersinggungan langsung dengan seluk beluk film-maker. Ya enggak apa-apa sih, bebas, namanya juga media itu selalu menimbulkan perspective ya kan.

But first of all, aku salut banget. Timingnya pas, sasarannya tepat. Iya, gimanapun, produk media itu punya kepentingan dan target. Viralnya SEXY KILLERS tak pelak karena orang-orang mau nonton film dokumenter yang durasinya 1 jam 28 menit. Wow! Selama ini aku juarang banget, denger orang awam mau nonton dokumenter. Artinya, orang jadi tertarik, penasaran, dan pengen ngerti. Sesuai yang aku pelajari, produk media pasti punya strategi, dan sasaran. Dokumenter adalah salah satu alat buat 'berbicara'. Nah, di sini nih yang sensitif banget. Saking banyaknya pemikiran orang, semua lantas pengen didengarkan. Masalahnya kemudian, orang kadang sudah panas duluan ketimbang berpikir jernih. Padahal sejatinya, orang bikin dokumenter itu buat menyajikan salah satu kasus, dikritisi, serta dipikir bareng. 

Salah satu yang lantas bikin aku kaget adalah, "Gimana yos tanggapan kamu? Jadinya golput?"

Satu. Dokumenter mungkin enggak bisa kamu tonton cuma sekali. Sekali kamu nonton, itu akan membuka mata kamu dan bikin kamu kaget. Tapi ketika kamu berkali-kali nonton dan syukur-syukur ikut diskusi, itu akan jauh bikin kamu berpikir kritis serta membuka batas pemikiran-pemikiran yang sebelumnya enggak pernah kamu pikirin. Berbelit-belit ya? Biar deh, intinya gitu, kamu diajak mikir bareng, dan pada akhirnya... bikin kita harus melakukan sesuatu sebagai sebuah solusi.

Sudah deh enggak usah memungkiri, kita butuh listrik kan ya. Konon nih (konon loh ya, karena aku belum riset sendiri lebih lanjut) batu bara itu merupakan pembangkit listrik paling murah dan terjangkau, dibanding dengan gas alam, atau minyak bumi. Nah, enggak nyandak otakku ini kalau disuruh mikir gimana caranya membangkitkan listrik se-Indonesia raya. Yang aku bisa lakukan, dan biasa aku lakukan, adalah menghemat listrik. Ini bisa kamu klarifikasi ke Suamiku, ke Mama, ke siapa saja yang pernah ke rumahku dan kenal aku. Aku jarang banget menghidupkan listrik untuk sesuatu yang enggak perlu. Lampu kamar mandi selalu aku matiin kalau enggak kepakai, cabut semua yang nancep di colokan kalau enggak kepakai, dan yang paling simple yang memudahkan aku sebagai ibu rumah tangga adalah, mendukung Gerakan Tanpa Setrika.  Haha, kemalasan yang berguna bukan?

Pokoknya, jangan lantang menyalahkan orang lain dulu deh. Wong kalau listrik modyar saja, kamu update status marah-marah kok. Wong kalau harga listrik naik saja, kamu sibuk cari bolo kuworo buat demo kok. Coba deh refleksi dulu, ini beneran salah siapa? Ya kita bersama zeyeng.

Dua. Aku tetap pas mantap sama pilihanku. Logikanya, gimana pun juga, salah satu dari kedua paslon itu tetap akan terpilih. Memangnya sesudah Presiden dan Wakilnya terpilih kita ongkang-ongkang apa? Terus masalah kelar gitu saja apa? Ini tuh masalah bersama. Enggak bisa kita ngandelin Presiden buat menghentikan masalah seperti ini sak dek sak nyet. Lagian, film Sexy Killers sudut pandangnya dari masyarakat yang terkena dampak batu baranya. Aku yakin, jika kita mau kritis lebih lanjut lagi, pemerintah yang berkompeten, akan memberikan statement buat  menyeimbangkan juga. Enggak usah pemerintah wes, wong temenku yang bekerja di tambang saja sudah angkat suara kok. Jadi ya, balik lagi ke perspective. Kalau kita berpikir terbuka, maka hasrat buat makin cari tahu, akan lebih menggebu. Sebaliknya, kalau kita mencerna mentah-mentah, jatuhnya kita yang berburuk sangka.

Tiga. Semua kesimpulan terletak pada, siapapun pilihan kamu, pastikan itu sesuai dengan prinsip dan mimpi buat Indonesia ke depan. Jangan ikut-ikutan. Jangan juga jadi orang fanatik yang enggak mau menerima masukan. Kalau Presiden yang terpilih salah, dikritik baik-baik, kawal! Jangan bisanya cuma protes doang. Dedikasi kita bagi Indonesia apa? Itu yang perlu dipikirin. 

Karena pada akhirnya, siapapun Presidennya, kita cari makan ya dari usaha kita sendiri. Nyambung di opening blogpost ini tadi, masa' kita mau ngorbanin pertemanan dan persaudaraan hanya gara-gara beda pilihan? Nanti kalau kita sakit sendirian butuh tetangga gimana? Nanti kalau kita ada acara di rumah butuh bantuan saudara gimana? Nanti kalau mati, apa mau ngubur diri sendiri? Kan enggak.

Ingat ya, kemerdekaan bangsa Indonesia salah satunya adalah karena persatuan dan kesatuan bangsa. Berbeda-beda tetap satu juga. Masa' mau dipecah belah? Nenek moyang kita bisa nangis, ngerasa sia-sia.

Intinya, FILM SEXY KILLERS enggak ada hubungannya dengan golput. Mau siapapun yang jadi Presiden, It's a huge problem. Plus jangan lupa, banyak masalah lain yang harus diurus. Makanya, nanti kalau Presiden sudah terpilih, KAWAL, jangan tinggal diam.

Aku milih Capres dan Cawapres yang sesuai preferensi, yang lebih baik dibanding Capres Cawapres satunya. Soal itu siapa, aku kira kamu tahu jawabannya. Selamat bersuara semuanya!

You May Also Like

0 komentar