YOSA IRFIANA

Powered by Blogger.
Dalam dunia skincare maupun make up, ketika ada produk yang sedang hits dan susah didapatkan di pasar indonesia, aku enggak bakal capek-capek ikutan order via online shop apalagi pakai PO! Gimana ya, sekarang ini aku lebih percaya kalau sudah megang langsung. Mana kalau sudah booming bakalan ada produk palsunya pula. 

Jadi ya sudahlah, yang aku lakukan hanya berdoa supaya produk-produk tersebut cepat digaet perusahaan kosmetik di sini lalu dipasarkan secara terjangkau. Salah satu yang lantas terbukti adalah POND'S MAGIC POWDER BB ini. Yeay!


Aku mengenal produk ini ketika lihat IGs nya Lizzie Parra. Dia bilang POND'S ngeluarin bedak tabur yang cakepnya minta ampun. Lizzie pakainya sebagai setting powder dari serangkaian make up nya dan hasilnya jadi flawless. Kalau sudah begitu, siapa yang enggak teracuni coba?

Sebenarnya, aku antara pengen beli via online shop sudah. Tapi berhubung aku sabar dan anaknya pilah pilih *ealah* jadi aku urungkan niatku. Dan ternyata, waktu aku ke sebuah mini market dekat rumah... aku kaget! Si Pond's magic powder BB ini sudah nangkring di rak kecantikan. Mampas! Ku tidak bisa berkutik lagi, alias maksa beli. Lagian tahu enggak, harganya sekitar Rp 24.000 saja loh. Sungguh senang bukan?

POND'S ini merupakan produk Thailand. Makanya di packaging depan ada aksara turunan palawa kalau tidak salah. CMIIW ya. Pokoknya bahasa Thailand, mana aku paham. Hehehe.

Nah daripada sotoynya makin larut, mari kita bahas produk ini saja.


PACKAGING

Desain produk ini mirip banget sama bedak tabur bayi. Yang kalau mau praktis, kudu pakai tempat lagi plus spons sendiri. Mau bilang agak ribet, tapi aku punya wadahnya. Tapi kalau mau bilang praktis, kok ya spons atau brushnya kudu beli lagi. Hahaha.

Nah, cara membukanya pun juga sama. Tinggal kita lepas sticker di bagian atas kemasan, lalu putar menyesuaikan lubang bedak kalau mau dipakai. Mudah sih, langsung ditaruh di spons juga bisa.

 

INGREDIENTS

Talc, Cyclopentasiloxane, Titanium Dioxide, Zinc Oxide, Cl 77492, Fragrance, Cl77499, Cl 77491, Mica, Aluminium Hydroxide, Aluminium Stearate, Niacinamide.

KLAIM


Di bagian belakang kemasan, ada tambahan sticker yang isinya berupa translate penjelasan produk ke bahasa indonesia. Produk ini masih diproduksi di Bangkok, Thailand.

Enggak perlu susah nyari sunscreen segala, karena bedak Pond's sudah mengandung tabir surya yang berfungsi supaya melindungi kulit kita dari efek buruk sinar matahari. Tinggal pakai pelembab dan langsung pakai Pond's bisa juga kok.


TEKSTUR


Karena selama ini aku memang dasarnya terbiasa pakai bedak tabur, jadi aku kira sama saja kayak yang lainnya. Halus dan lembut gitulah pokoknya. Untuk warnanya sendiri cuma ada satu macam, dan bisa buat semua warna kulit. Karena dia bakal ngeblend natural.

Ada sedikit scent  yang kalau menurutku sendiri wangi lembut plus tidak menganggu. Hanya saja, aku harus hindarkan produk Pond's ini dari anakku. Karena dia alergi sama yang bertekstur butiran kecil gini loh. 


RESULT

Sehari-hari aku jarang pakai foundation sih, cukup pelembab, sunblock sama bedak. Nah, begitu ketemu Pond's Magic Powder BB ini, aku cukup pakai pelembab dan langsung bedakan. Untuk pengaplikasiannya sendiri, enak pake brush karena akan meresap ke kulit tanpa bikin ndemplong. Apa sih ya bahasanya. Hahaha.

Ada yang bikin amaze nih, jadi pond's ini punya glitter kecil-kecil gitu. Pertama kali nyobain di tangan hasilnya kentara banget. Sempet males pakai karena aku enggak suka efek meling-meling, yang ada mukaku jadi bersinar. Bener-bener bersinar kayak mantenan. T.T

Tapiiii ternyataaa... pas aku coba di wajah, glitter tipis-tipis tersebut enggak kelihatan. Nah lo bingung kan. Hahaha.

Jadi abis dipakai memang timbul glitter, tapi lama-lama malah flawless and matte at the same time.  Sumpah bagus cuma aku bingung ngejelasinnya.

Kenapa aku bilang matte, karena kulitku tipenya berminyak banget. Nah si Pond's bisa banget bikin kulit wajahku fresh dan enggak minyakan. Cukup tahan lama loooh!
Trus yang efek flawless, itu karena noda bekas jerawat sedikit bisa tersamarkan. Kayak halus dan warna kulit merata gitu deh. Cakep lah gila!

Kalau kayak gini mah aku bakal pakai terus nih. Nanti aku bela-belain beli wadah kecil dan brush baru biar bisa dibawa kemana-mana. Toh harganya juga murah. Soalnya aku belum nemu powder yang hasilnya sebanding kayak Pond's ini.

Repurchased? Yes!

So, buat teman-teman yang pernah nyoba, bisa share juga di kolom komentar ya. Thanks sudah mampir. 
Share
Tweet
Pin
Share
6 komentar
Iya iya, aku mengurus rumah tangga itu dibantuin Suami. Saling berbagi tanpa harus disuruh duluan. Misal siapa yang lagi selow, dialah yang masak. Atau siapa yang ngelihat barang berantakan, langsung diberesin. Daripada harus bagi-bagi tugas nantinya malah kelupaan dan bikin enggak peka sendiri, kan mending ngurus rumah tangga atas dasar kesadaran masing-masing. Tul enggak? Jadi, sebisa mungkin kami kompak dan ikhlas untuk saling membantu dalam hal apapun.

Tapi... ADA TAPINYA. Ada satu kegiatan yang dia pilih sendiri, enggak mau ditawar dan engga mau digugat. Aku mending ke step selanjutnya saja deh. Dia kelihatan ogah soalnya. 

Memangnya apa sih kegiatannya? 

Yas, dia memilih untuk mencuci pakaian seabreg-abreg. Karena yaa... tinggal pencet doank, sudah langsung kering, tinggal jemur. Apa susahnya, ditinggal merem semalem, melek-melek sudah kelar.  Kalau pagi nyuci pun, bisa sambil desain, bisa sambi momong, bisa sambil badminton. Makanya dengan senang hati, Suami nyuci itu bisa tiap hari. Mau gonta-ganti pakaian seenak udel juga enggak papa, orang tukang cucinya siap sedia.

Oh sungguh mesin cuci  adalah salah satu faktor penyelamat rumah tangga.

Nah, kabar buruknya, kegiatan tersebut hanya sampai jemur, kering, ambil, trus taruh di ranjang pakaian kering. Dan jatahku ada di bagian selanjutnya, yaitu SE-TRI-KA! 


Entah atas dasar apa, kalau ada yang bertanya, "Apa kegiatan rumah tangga yang paling bikin males?", mostly ibu-ibu pasti kompak bilang setrika.

Memangnya kenapa sih kenapa? Apa ada yang salah dengan setrika? Kok macam mikir negara saja? Eiiiym.

Hubungan love-hate-love sama aktivitas satu ini sering bikin kita mikir: mau enggak dilakuin nanti pakaian kusut, tapi mau ditinggal nanti jadi kumbrukan yang menggunung. Sungguh suatu hal yang membosankan bukan? Sekalipun setrika bisa disambi nonton film drama, tapi tetep loh sumuknya itu enggak ketulungan. Jadi please, beban hidup saja sudah berat, tolong jangan ditambahin setrika.  Ribet men!

Waktu aku instastory tumpukan pakaian yang habis aku setrika, banyak yang reply dan hampir semua serempak bilang, 

"Wah keren kamu yos. Setrika segunung gitu sanggup"
"Kalau aku mending enggak aku setrika sekalian. Urusan lecek biar"
"Apa enggak capek yos? Apa enggak mendingan laundry atau setrikain di luar?"

Dan reply lain yang bernada sama. Aku cuma bisa ketawa, antara bangga sama ngerasa... aku kok buang waktu percuma ya... Kayak enggak ada aktivitas lain yang lebih berharga. Ngoahaha.

Namun begitu, aku menganggap orang setrika itu adalah hal yang lumrah kok. Di kampung, di desa, atau di komplek yang rata-rata ditinggali orang tua, aktivitas cuci setrika itu adalah hal yang biasa. Tiap pagi bau semerbak pewangi sampai ke jalan, nah berpindah ke tiap sore, begitu masuk ke dalam rumah, wanginya jadi berbeda karena wangi semprotan setrika. Sangat artifisial baunya.

Actually, aku sendiri menganggap kegiatan setrika itu selain karena kebiasaan, juga didukung oleh keahlian. Seperti misalnya yang dilakukan oleh nenekku dan para tetangganya di kampung. Tiap siang, setelah jemuran kering, mereka langsung posisi ndreprok di lantai sambil setrika sambil.... nonton sinetron. Yang aku lihat, mereka melakukannya dengan bahagia, tanpa paksaan. Justru mereka enjoy dengan aktivitas setrika. Terbukti dengan lipatan pakaiannya yang super licin dan bertumpuk rapi. Apa lagi namanya kalau enggak ahli coba?

Jadi waktu masih kecil, aku jarang menemukan tumpukan pakaian menggunung yang belum disetrika. Pokoknya tahu-tahu sudah numpuk rapi gitu saja.

Ternyata kebiasaan tersebut enggak nurun di aku. Ya walaupun aku senang sesuatu yang rapi dan wangi. Cuma ngerasa enggak ahli. Setrika ya setrika saja seadanya, enggak bisa yang sampai licin amat.

Padahal dulu pernah beberapa kali pegang wardrobe waktu shooting. Dan setrika itu wajib ditenteng kemana-mana. Bedanya ketimbang tampak nyata, preview di kamera itu tergantung sama settingnya. Kalau pas gelap enggak perlu setrika gampanglah nyiasatinnya. Tapi begitu kena sorot lampu yang terang benderang setara dengan sinar matahari, baju yang lecek itu akan sangat terlihat di kamera. Ini mau enggak mau lah aku setrika. Hahaha.

Balik ke kehidupan pribadi ya. Aku mulai jarang setrika sejak Alya makin besar. Bukan karena Alya sudah bisa main sendiri terus aku tinggal setrika, enggak. Tapi karena sekarang ini kerjaanku makin padat. Ada saja kegiatan rumah tangga maupun kerjaan menulis yang bikin lupa setrika. Eh enggak lupa dink, tapi malas. Hahaha.

Kalau boleh milih sih mending nonton film, mending momong Alya, mending nulis blog ketimbang setrika. Makanya jangan heran, setrikaanku itu pasti menggunung galunggung. Sekali malas setrika, akan makin menumpuk ke hari-hari berikutnya. Mantap cuy, mana aku risih pula kalau pakaian enggak rapi. Mintanya rapi kok males setrika.

Hire tukang cuci gosokpun enggak sreg. Suami kan sudah semangat 45 nyucinya, jadi ya... eman lah ya? Trus memangnya sanggup beli mesin setrika? LOL.

Akibat kesibukan dan kemalasan menyetrika itu tadi, aku lalu berpikir ulang buat menyetujui Gerakan Tanpa Setrika. Gerakan ini memang sudah lama, i know. Tapi aku baru nyadar dan baru melakukannya sekarang. Karena sebelumnya aku nyaman dengan pakaian yang rapi dan harum mewangi. Sudah pakai pewangi pas nyuci sih, tapi semprot-sempot baju dan bikin licin itu loh yang bikin pakaian tambah rapi.

Nah, untuk mengukuhkan niatku supaya tidak mengharuskan setrika baju, sekarang aku cukup pilah pilih pakaian buat dipakai. Sebisa mungkin menghindari yang namanya setrika apalagi yang numpuk dan bikin stress.

FYI, sebagai bahan pertimbangan nih ya, orang jepang dan beberapa negara lain juga jarang setrika loh. Mereka menganggap bahwa ada hal lain yang bisa dilakukan selain setrika. Ngapaian setrika, bikin capek doank kan ya. Tapi buktinya aman-aman saja dan mereka tetep keren.*pembelaan*

Demi mendukung penuh aksi Gerakan Tanpa setrika, aku lalu punya perlakuan khusus dalam mencuci dan merapikan pakaian. Berikut caranya:

👉 Pas masukin pakaian kotor ke dalam mesin cuci, usahana jangan ada yang kegulung atau kelipat karena akan bikin kusut pakaian. Taruh pakaian dalam keadaan lembaran dan tumpuk yang rapi.
👉 Gunakan pelembut pakaian yang biasanya jadi satu juga sama pewangi. Ini memudahkan pakaian kita gampang diatur nanti waktu mau dilipat.
👉 Sebelum dijemur, pakaian dikibas-kibaskan terlebih dahulu supaya bagian yang lecek rata kembali.
👉 Jemur dengan sinar matahari yang cukup akan bikin pakaian hangat trus gampang dirapikan.
👉 Setelah pakaian kering, aku langsung merapikannya dengan cara menekan pakaian ketika melipatnya. Tetap aku kasih semprot pakaian supaya wangi dan bagian yang kusut sedikit tersamarkan.
👉 Pakaian Alya juga begitu. Enggak aku setrika, cuma aku rapikan seperti yang lainnya.
👉 Kalau beli pakaian, usahakan pilih bahan kainnya seperti wol, corduroy, polyester, maupun jersey. Mupeng beli kaos katun ya dilihat dulu, apakah gampang lecek atau enggak. Biar kita enggak repot dan bisa kerjain yang lain enggak melulu setrika yakan.
👉 Untuk kemeja dan beberapa pakaian formal, semua tetap aku setrika ya. Lagian toh enggak tiap hari yakan? Jadi enggak beban juga.

Dan tenyata hidupku lebih indah tanpa setrika. Yeay. Hahaha.

Kebetulan pula Suamiku juga mendukung gerakan ini. Rupanya dia sadar bahwa setrika itu bikin capek. Lagian ada banyak kegiatan yang lebih enjoy aku lakukan seperti membaca buku, olahraga atau family time. Yang durasinya kira-kira sama kayak pas aku setrika.

Baiklah, cukup sampai di sini sharing-nya. Apakah ibu-ibu di rumah juga tertarik sama Gerakan Tanpa Setrika, atau sudah melakukannya lama, atau justru malah senang bisa setrika? Boleh share di kolom komentar ya. Senang bisa berbagi pengalaman dan cerita dari berbagai sudut pandang.

Oke deh, aku mau lanjut bersih-bersih rumah dulu. Habis itu mau mandi lulur dan belanja. Oh hari-hariku kini tampak lebih menyenangkan.

Bahagiaaaa!!!
Share
Tweet
Pin
Share
12 komentar
Enggak banyak fase yang bikin aku notice di umur Alya yang ketiga ini. Karena selain masih aku anggap wajar, fase threenager sebenarnya sudah lama terjadi, yaitu sekitar umur 2,5 tahun. Ini normal juga kan, karena banyak yang ngalamin. Jadi ya, aku enggak kaget-kaget amat.

Bisa dibilang, Alya sudah enggak banyak tantrumnya karena mulai bisa dikasih pengertian. Mau tantrum gimana, begitu ada tanda-tanda mau ngamuk, aku siap ajak dia ke kamar belakang. Entah  bisa meminimalisir tantrum atau enggak, yang jelas Alya akhirnya belajar me-manage sendiri emosinya. Butuh waktu agak lama juga mengingat dia ini level ngeyelnya minta ampun. Kalau sudah punya keinginan, kudu dipenuhi. Maka, cara terbaik untuk mendekatinya adalah secara pelan-pelan dan sabar.

Anyhoo, ada satu kebiasaan Alya yang enggak berubah-ubah sejak umur dua tahun. Ngeselin loh, hampir tiap hari dia ngelakuin ini, wes mbuh sampai kapan aku juga enggak tahu. Yang jelas, baik aku dan suami masih saling bahas supaya enggak keterusan sampai gedhe. Fase-nya memang standar dan ringan sih, tapi bayangkan, semua itu terjadi tiap hari dan bisa ngerusak mood-nya seharian. Apalagi kalau enggak diturutin. Masa' tiap hari kami kudu garuk-garuk kepala? Mau nolak, kok dia sudah punya seleranya. Mau nurutin, kok kadang enggak ada barangnya. Mau gimanapun tetep tiap hari ada dramanya.

Tahu enggak, fase apakah itu?
FASE PILAH PILIH BAJU.


Memang receh banget, but hey, kalau masih bisa dikendalikan kenapa enggak? Aku yakin sih, fase pilah pilih baju ini bisa berakibat ke sifat keras kepalanya. Apalagi baju yang Alya pilih itu kadang jaka sembung alias enggak nyambung! Kan makin kzl ya.

Di awal Alya bisa memilih sesuai dengan apa yang dia inginkan itu, aku sempat berujar "wah... punya selera juga dia". Senang donk jelas, waktu itu Alya masih punya bakat yang raw dan belum kena pengaruh di sekitarnya. Dari menentukan hobby, cita-cita, dan juga selera memilih barang kesukaan. Keren deh, pokoknya belum apa-apa mamanya sudah bangga duluan. 

Cuma namanya saja emak-emak halu, aku trus dapat karmanya kemudian. Hahaha. Yak, Alya ternyata makin menunjukkan kalau dia ini sering enggak mau diatur karena terlalu teguh pendirian. Padahal cuma baju loooh halooo. Kenapa selalu pakai acara nangis dan kudu debat dulu sih. Hampir tiap hari tawar menawar mau pakai baju apa? 

Well, aku dan suami selalu kompak belikan baju atau barang apapun yang bentuknya simple plus enggak neko-neko. Kelihatan sedikit warna dan motif yang mencolok mata, eliminasi. Kelihatan ada yang pas tapi banyak ornamennya, enggak usah dibeli. Kelihatan norak dikit di mata kami, sudahlah mending bikin sendiri. Selera kami sama, enggak perlu banyak elemen dan kalem warnanya.

Tapi rupanya, Alya lain sendiri. Mungkin nurun eyang putrinya. Iyaaa Mama aku kalau pakai baju dan pilih barang itu yang gemerlap tiada tara. Bisa dibilang kayak toko berjalan. Hahaha. Entah apa dibenaknya, pokoknya warna orange, pink gonjreng, atau hijau stabilo itu menurut Mama adalah hal yang simple.

Sejak aku kecil, seleraku sama Mama memang berbanding terbalik. Bayangkan, waktu SMP aku dibelikan T-shirt motif macan, yang pada zamannya dikenal sebagai baju ala emak-emak kondangan. Kembaran sama adekku, cuma beda warna. Aku kuning adekku merah. Mana berani kami pakai? Nolak pun rasanya kayak durhaka. Jadi baju tersebut lama ngendon di lemari. Ketika Mama nanyain, kami serempak jawab lupa. Trus Mama marah dengan alasan, baju tersebut mahal harganya. 

Ya mana kami lihat harga ya kan ya. Yang penting mah rupa. T.T

Buatku, memilih baju itu harus disesuaikan dengan bentuk tubuh dan kecocokan. Gimana aku enggak sreg sama selera Mama, aku sering loh lihat mama pakai baju orange plus jilbab biru muda! Nyambungnya dimana coba? Mata kuliah nirmana-ku buyar sudah. Gradasi dan matchingin warna, semua kalah sama Mama. Lucunya, begitu dikasih tahu, beliau kekeuh pakai karena suka. Nah lo aku mau apa? T.T lagi.

Sayang seribu sayang, kok ya nurunnya di Alya! Alya senang banget sama yang berbau kelap-kelip, desain baju yang makin mekrok makin princess, dan juga... oh iya, warna yang menyala. Dia ini dasarnya emang seneng princess. Walaupun bentuk dan tingkahnya tomboy, tapi selera princess di Disney. Coba kalian katakan padaku, princess mana yang bajunya simple? KAGAK ADA!

via GIPHY

Hal inilah yang mungkin mengilhami Alya dalam pilah pilih barang. Mana didukung sama eyangnya pula. Lengkap kan gemeznya.

Sekarang baru nyadar, aku sama Alya emang jarang pakai baju kembaran. Gimana mau kembaran, orang seleranya saja njomplang?

Ada kejadian lucu lagi, waktu nikahan sepupu, Alya lihat si manten perempuan pakai gaun yang besar ala kerajaan. Berkali-kali dia bilang "wah princess... wah cantik". Itu pun sampai kebawa di hari-hari ke depannya loh. Dia sering acting dan niruin gaya pengantin saking kebayang-bayangnya. Jangan ditanya kami ngelihatnya gimana? Yang ada kami ketawa dan bingung cara ngadepinnya. Karena... ini juga makin menguatkan Alya buat maksa kami nurutin jiwa keprincessannya. 

Kebetulan juga nih, waktu ulang tahun Alya kemarin, mertua juga beliin baju ala princess yang gedrombongan karena kebesaran. Tapi Alya suka, mau gimana donk.

Ada dua baju, yang satu warna pink, yang satu putih, dan itu semua penuh manik plus glitter yang kalau dipakai bakal kena kulit kita. LOL. Dengan pedenya, Alya minta baju ini dipakai TIAP HARI secara bergantian. Kalau aku enggak nurutin, ya nangis. Jadi benar, hampir tiap hari tepatnya sehabis mandi dia nangis karena ngeyel pengen baju kelap-kelip.

Enggak ada acara apa, pokoknya pakai baju princess lengkap dengan mahkota kecilnya. Dia malah bahagia tuh keliling komplek sambil senyam-senyum. Dia enggak malu tuh ke pasar pakai gaun gedombrongan. Dia merasa yoi ketika di mol pakai kebaya modifikasi. Intinya, mood dia ada di baju yang dia pakai.

Sekarang masalahnya, kaos dan celana yang seabreg-abreg di lemari enggak mau dipakai. Padahal urusan kenyamanan, aku yakin donk, baju model gaun gitu bikin gerakannya jadi ribet. Sampai pernah, Alya naik sepeda trus jatuh karena roknya kepanjangan. Enggak nangis, enggak. Dia gengsi lah nangis. Soalnya dia tahu emaknya bakal nyopot tuh baju dan ganti dengan yang lebih simple. Sempat heran juga sih, orang jatuhnya pakai lecet. Tapi kok ya kekeuh, ngeyelnya nih loh!

Lain lagi urusan beli baju. Barang-barang Alya yang warna-warni dan banyak glitternya, bisa dipastikan bukan kami yang beliin. Jadi makin kesini, beli baju itu HARUS NGAJAK anaknya. Takut enggak kebeneran soalnya kami terlalu milih yang simple. 

Sampai di toko, dia pasti sudah heboh dan pandangannya langsung tertuju pada glitter. Sudah enggak bisa ditawar deh. Baik itu baju juga sepatu. Masih mending kalau sepatu bisa kami arahkan ke model yang aman. Kan banyak juga tuh pilihan sepatu kelap-kelip tapi desainnya nyaman. 

Nah, tapi kalau baju... mmm jangan ditanya. Semua yang bergantungan dan memancarkan aura blink-blinknya pasti bikin dia terbuai. Aku dan Suami juga enggak mau begitu saja nurutin kan. Dengan segala pengertian dan kasih wejangan, itu selalu kami lakukan agar pilihan bajunya menjadi logis dan sedikit elegan.

Habis gimana ya, yang blink-blink belum tentu bagus. Dan yang bagus enggak mesti blink-blink. Begitulah, sekali lagi pasti ada adegan tawar menawar.

Kami masih nyari celah dan cara supaya Alya enggak jadi kebablasan. Pengennya kami sih, dia pakai baju yang wajar dan pantas. Oke lah kalau pas ada acara kondangan, atau ulang tahun, atau lomba. Tapi kalau sehari-hari prefer yang nyaman. 

Sebisa mungkin kami satu visi demi menyelaraskan selera. Enggak maksa juga sih, asal enggak pakai baju biduan dangdut saja lah ya. Hahaha.

Kami mulai TEGAS kasih saran dia pakai baju-baju yang netral. Enggak terlalu mencolok, dan enggak bikin ribet kalau pas main. Kasih dia pengertian kalau teman-temannya juga enggak ada yang neko-neko. Kasih dia lihat baju yang modelnya simple tapi keren. Kasih dia tontonan lain selain acara princess. Pelan-pelan sih dan hasilnya lumayan, karena sekarang sudah mau melirik kaos dan celana yang sudah ada. 

Kalau di rumah, sudah mendingan. Di sekolah apalagi, soalnya wajib pakai seragam. Kalau pas jatahnya pakai baju bebas, ya dia pakai celana dan kaosan doank. Sementara itu, baju-baju model gaun aku umpetin dulu. Dianggap jahat biar deh hahaha. Soalnya kalau enggak gini, dia bakalan minta terus dan bikin perdebatan. Kalau misal dia nanya baju princess kemana, aku tinggal jawab lagi dicuci, atau lagi dibenerin. AMAN.

Semoga makin besar dia mengerti apa arti kenyamanan dan kepantasan. Gimana kita berpakaian sewajarnya. Enggak usah terlalu berpakaian mencolok agar bisa dipandang. Karena yang terpenting sebenarnya kan bukan sandang, melainkan... uang. Eh apa? Kepintaran maksudnya. Hahaha. Becanda lebih ngena soalnya.

Oke segini saja curhatnya. Doain semoga Alya makin pintar dan cerdas dalam memilih apa yang dia suka. Thank you!
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
"Besok kalau sudah punya anak, jangan sampai aku enggak keurus sama sekali. Pokoknya jatah skincare, creambath di salon, sampai agenda nonton film di bioskop kudu selalu ada. Enggak boleh ditawar, titik!"

Pernah denger pernyataan kayak gitu? Oh atau jangan-jangan kalian juga sudah sesumbar hal yang sama? Biar seisi dunia paham bahwa kita wanita seutuhnya. Biar para suami tahu bahwa seorang istri enggak bisa dirampas hak nya. Biar semua setuju dan satu pikiran bahwa wanita itu makluk lemah yang lihat diskonan saja langsung sumringah. Biar pada ngerti kalau sekali wanita enggak diturutin beli sepatu incaran, dia bakalan kepikiran sehari semalam. Intinya, walaupun sudah jadi istri, ya sebisa mungkin tetap merawat diri. Urusan penting ini, jangan diremehin!

Sekarang coba angkat tangan, siapa di sini yang samaan? Azeg loh banyak temennya. Hahaha.


Jauh sebelum aku memutuskan menikah, aku senang dan bahagia dengan dunia kerja. Kadang malah enggak sadar kalau penuh tekanan, dibawa hepi dan asik karena sesuai dengan passion-ku selama ini. Weekdays hectic kerja, weekend saatnya balas dendam buat belanja. Enggak papa duit habis, toh niat nyari duit memang buat keperluan pribadi. Kalau bukan kita sendiri, lantas siapa yang mau menyenangkan hati ini? Ridho rhoma? Atau berharap Nicholas Saputra? Sembarang wes.

Aku sama sekali enggak kepikiran bakal kerja di rumah sambil ngurus anak. Seneng sih sama anak-anak, tapi enggak yang seribet itu. Wooooh, ngelihat repotnya mandiin bayi saja aku sudah give up kok, apalagi mikirin toilet training? Pikiranku mana sampai?

Tampaknya kalau ada yang bilang aku lebih cocok jadi wanita karir saja, aku malah justru bangga. Ngapain di rumah momong anak. Susah susah kelarin kuliah dan manjat jabatan, ini malah disuruh ngendon di rumah. Hell lah ya!

Akan tetapi aku sendiri mulai sanksi ketika mulai menjalani hubungan yang serius. Bimbang level:  gimana ya nanti kalau aku lembur? Hire asisten rumah tangga susah enggak ya? Atau anakku nanti sekolah dimana? Pertanyaan itu timbul karena aku sudah mulai mikirin masa depan.

Realistis istilah tepatnya.

Mau gimana pun, setelah menikah, orang bakal punya kehidupan yang berbeda dari biasanya. Yaiyalah yang tadinya hidup sendiri, ntar kan harus berbagi. Pada umumnya, wanita yang sesudah menikah itu lebih berdamai dengan dirinya sendiri maupun lingkungan di sekitarnya. Walaupun menyakitkan, wanita sering enggak sadar. Bukan jadi momok juga sih, tapi itulah kehidupan yang punya banyak rintangan. Disitulah ketak kita belajar bukan?

Boleh percaya boleh baper. Monggo.

Kalau yang tadinya aku senang foya-foya dan enggak mikir nyisihin uang, aku lalu merubah mindset tersebut menjadi = aku kudu punya tabungan. Serius! Bahkan sudah sejak lama Mama wanti-wanti hal ini. Mama suka kesel kalau aku boros, seperti beli barang yang enggak perlu, atau terlalu sering mengeluarkan uang hanya untuk alasan menyenangkan diri sendiri.

Ya maklum, menyenangkan diri zaman masih single beda sama sekarang. Gaya hidup yang wow itu bikin hidup lebih diakui soalnya. Tahu film terbaru, nonton konser, sampai travelling. Kapan lagi sih kalau bukan dihabiskan waktu muda.

Namun istilah muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk surga kayaknya halu belaka ya. Mana ada sih kita enggak usaha, tahu-tahu hidup sudah sempurna. Punya turunan kaya pun enggak jaminan kita bisa ikutan jaya, kalau kita enggak melek soal finansial. Banyak kasus kan ya, aset jadi menurun akibat dipegang oleh orang yang salah. So, bukankah tahu kondisi keuangan adalah kewajiban bagi semua orang?

Yang kaya saja harus belajar mengelola keuangan, apalagi aku yang modal dengkul hitam?

Makanya, harap di-bold, suami wajib menafkahi, tapi istri juga kudu paham kondisi supaya enggak larut dalam persoalan rumah tangga doank. Mau di rumah saja oke, asal kucuran dana mengalir lancar dan dikelola dengan benar. Mau ikutan kerja juga ayok, demi memenuhi kebutuhan yang makin beragam.

Dalam rumah tangga, kita bukan cuma ngomongin soal uang, ada banyak hal yang nantinya akan kita pertahankan. Tapi enggak bisa dipungkiri, kita lebih tenang begitu dana aman. Dan Mama ternyata benar, baruuu melangkah beberapa bulan sesudah menikah, aku nyadar bahwa kebutuhan rumah tangga lebih banyak enggak terduganya. Tabungan bisa seketika ludes begitu ada kebutuhan besar.

Kalau yang kecil-kecil, cost yang harus disisihkan ada buat listrik, buat bayar kontrakan, buat periksa kehamilan, buat vitamin kesehatan yang makin tua makin kerasa encoknya, sampai buat bayar iuaran RT dan sampah bulanan. Tapi seiring bertambahnya usia perkawinan, jelas makin banyak pula keharusan dan impian ke depan. Beli mobil, beli rumah, tabungan pendidikan.... banyak deh.

Mau gila? Maaf sepertinya sudah terlambat hahaha.

Sebenarnya, adalah hal yang normal kalau kita menuntut hak yang bisa kita miliki. Kalau kita ngerasa ada sesuatu yang hilang akibat menikah, ya memang begitu adanya. Banyak orang bisa memilih, sayangnya ada yang harus menerima. Enggak semua sama, semua punya masalahnya. Setiap orang punya TINGKAT KEBUTUHAN YANG BERBEDA.

Contoh sederhana, sebelum nikah kita ini merawat diri sekeren mungkin, masa' iya, habis nikah ngelomprot dan cuma dasteran, sampai lupa mau perawatan. Engga pengen gitu balik nyenengin diri sendiri? Kayak ada yang salah gitu kan. Padahal kalau kita mau terbuka, pastilah kita nemu caranya.

Aku mengalami hal itu soalnya. Waktu awal melahirkan, melihat temen-temen yang lain bisa ngemal bareng pasangannya, aku langsung ngerasa sedih, bete, dan enggak merdeka! Kok enggak adil gitu ya, di sana pakai aturan modern, di sini masih pakai mitos lama. Tolong donk, sekali-kali aku juga pengen pumping ASI trus ngeloyor ke bioskop. Stress tauk mikin anak di rumah mulu. Huhuhu.

Tapi di sisi lain, aku juga masih dalam masa transisi menyesuaikan kondisi finansial. Karena aku enggak banyak tabungan, otomatis saat itu aku cuma mengandalkan pekerjaan suami... bahkan sampai anak berumur satu tahunan. Kalau ingat moment itu, waduuuh kenapa pas zaman muda telalu sering buang duit ya.

Sedih lah pokoknya. Aku masih harus banyak belajar, hingga lama-lama aku tersadar bahwa masuk ke biduk rumah tangga, kita akan menemukan yang namanya skala prioritas. Kebutuhan pokok, primer, sekunder dan tersier bukan cuma ada di 10 program pokok PKK.  Harus bisa diterapkan dalam rumah tangga. 

Misal tadinya kita sudah biasa planning sesuatu, kini lebih ribet lagi. Akan ada bermacam-macam kebutuhan bersama. Ini bukan berarti skincare itu enggak penting lagi loh. Tapi lebih ke... yang mana dulu nih yang kudu dibeli. Yang mana nih yang lebih murah. Yang mana nih yang lebih urgent. Jadi semacam kita tahu kebutuhan beserta fungsi. Kalau kita maksa beli sesuatu, itu harus yang bener-bener kepake.

Aku bisa saja beli produk mahal biar kulit kinclong rupawan. Tapi ketika aku ngelihat anak yang enggak mau makan alias GTM trus maunya makan roti keju, granola dan makanan yang syarat beli di supermaket, ya mending aku ngalah donk. 

Lah wong tiap beli baju buat diri sendiri saja langsung teralihkan misal lihat baju anak yang lucu. Otomatis lupa deh beli baju yang sudah diincer.

Belum lagi yang katanya sudah wacana mau aktif nge-gym, nyatanya aku pilih work out di rumah sambil lihat tutorialnya di youtube kok! Murah kan sist.

via GIPHY

Aku enggak mengada-ada. Kebutuhan pribadi biasanya kalah sama kebutuhan rumah tangga. Beda keluarga beda aturan. Bisa jadi si A lebih penting piknik dan family time, tapi bisa jadi si B lebih senang memperbaiki rumah biar sama-sama nyaman. 

Tentu saja hal ini akan berbeda jika kita mempunyai kondisi terlebih finansial yang berbeda. Di sini aku jelas bukan orang yang semua bisa tercukupi. Memang kudu ditata bener kondisi keuangannya. Selain juga juga faktor pendukung lain seperti pemahaman suami, keluarga dekat, maupun orang-orang di sekitar kita.

Makanya, penting bagi kita untuk memilih pasangan yang satu visi dan misi. Jangan sampai batin kita tertekan akibat terlalu banyak menyimpan beban. Kalau enggak suka ya diomongkan.

Menikah itu kan niatnya menyatukan dua keluarga. Jadi punya rumah tangga baru itu seharusnya adalah hasil dari buah pemikiran suami istri yang dilakukan bersama. Tul enggak?

Bingung ya. Begini loh.
Aku dan Suami masing-masing punya keluarga dengan aturan yang sangat berbeda. Tapi ketika kita bersatu menjadi keluarga, ada aturan baru yang kita bikin sendiri. Bisa berbeda dengan apa yang biasa kita jalani, namun ada pula yang bisa kita contoh dari aturan mama papa sebelumnya. Tergantung dari kecocokan dan mana yang bisa kita aplikasikan.

Salah satu yang sama, mama ku maupun mama mertua adalah pekerja kantoran. Jadi bisa dipastikan mereka mempunyai aliran keuangan lain buat nambahin kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan pribadinya. Enggak heran sih ya, perawatan juga penting buat mendukung aktivitasnya.

Sedangkan aku? Yang sehari-harinya di rumah momong anak plus bekerja menulis naskah?

Perawatan diri bagiku adalah hal yang penting, karena aku sesenang itu. Bukan buat yang menunjang tampilan, orang sehari-hari aku enggak banyak riasan. Untungnya sih, sekarang aku enggak mudah tergiur sama produk kecantikan yang berjibun banyaknya. Mulai dari yang mahal sampai yang terjangkau semua ada kok pilihannya.

Pilih mana nih, mau skincare atau make up saja? Mmmm tapi kok yang lama enggak habis-habis sampai waktunya kadaluarsa. Alhasil bingung sendiri deh, bikin mikir lama. Hahaha.

So, i found the middle way daripada salah pilih dan enggak jelas juntrungannya ya kan.

Akhirnya aku tetap menyisihkan sebagian uang untuk beli kosmetik atau skincare setiap bulannya. Tentu saja didukung sama Suami plus aku kudu tahu diri. Iya TAHU DIRI. Dengan melihat kondisi, semua hal dilakukan sewajarnya, sepantasnya, seperlunya, sebutuhnya.

Sekarang aku beli produk perawatan yang harganya terjangkau dan ramah di kantong. Sebisa mungkin aku beli memang karena produk sebelumnya sudah habis, atau karena memang butuh. Bukan karena lapar mata.

Sekali aku beli sesuatu yang menurutku agak mahalan, aku pasti sudah banyak mempertimbangkan azas kebutuhan dan sudah menyisihkan uang perlahan. Bukan yang habis gajian langsung brek beli ini itu trus habis besok enggak bisa makan. Hellaw anakku gimana kabar?

Makanya jangan heran kalau aku lama enggak ganti model pakaian, aku cuma nyaman kaosan. Karena ya gimana ya, kaosan itu enggak lekang oleh zaman kan. Lagian nyaman mau apa lagi.

Untuk masalah ke salon, nonton bioskop, nonton konser, sebisa mungkin aku bikin balance. Kalau sudah stress kerjaan ya ayo. Kalau enggak penting ya enggak usah. Mending aku makan besar rame-rame ngajakin anak. *anak lagi yakan* LOL.

Suami pun sekarang enggak terlalu banyak nurutin keinginannya sendiri. Ya dia masih pengen koleksi jaket, sepatu atau kamera. Tapi begitu ngelihat kebutuhan lainnya, mundur secara teratur deh. Hahaha.

Sekali lagi, itu karena kondisi keuangan yang pas. Nanti kalau kita sudah agak naik level, mungkin beda lagi urusannya. Bisa-bisa sudah bukan mikirin hobby lagi, melainkan investasi.

Kalau begini aku jadi mikir sih. Bukankah sudah saatnya aku enggak mikirin diriku sendiri, melainkan banyak orang-orang di sekitarku juga. Suami dan anak juga utama. Jangan sampai aku teriakin hak tapi lupa kalau di rumah juga punya kewajiban. Toh menikah itu sudah pilihanku. Sudah diniatin. Sudah diperjuangin.

Tapi percayalah, nanti ada saatnya pula kita punya waktu untuk diri sendiri. Di mana kita akan ditinggal anak-anak kita merantau, menikah, ataupun menikmati masa tua hanya dengan Suami. Tingkat kebutuhan sudah berbeda arah lagi. Sudah siap belum?

Well, cuma pengen ngingetin, manfaatin waktu yang sedang kita jalani. Akan ada saatnya kita merindukan masa sekarang. Yang mungkin sedang sama-sama belajar membina rumah tangga terbaiknya, meraih cita-cita setinggi asa, atau meratapi nasib kok SK II mahal harganya. OHMAGA.

Btw, aku sama sekali enggak menyesal atas apa yang sudah aku lakukan. Karena sekali lagi, aku kan belajar dari pengalaman. Mungkin kalau enggak gini, aku enggak bakal tahu apa arti perjuangan.

Damn i love this quote! 
Share
Tweet
Pin
Share
8 komentar
Ada yang lagi nyari produk brightening buat badan? Kalau gitu, kebetulan nih, aku mau review soal body bath plus body lotion. Soalnya beberapa hari yang lalu, aku baru sadar kulitku menghitam. Lebih tepatnya kusam dan belang. Karena banyak terpapar sinar matahari langsung, plus enggak pakai pelindung.

Bagi cewek tentunya hal ini cukup mengganggu bukan? Masalah besar juga kayaknya. Hahaha. Jadi mari kita mulai saja reviewnya, sesuai dengan apa yang aku rasakan. Okay. Cus.

BELEAF BRIGHTENING BODY BATH AND BODY LOTION 


Tadinya aku enggak sebegitu tertariknya dengan produk Beleaf. Karena apa? Karena aku pikir harganya mahal, mana packagingnya mewah pula. Pengen lihat produknya saja pake acara mlipir-mlipir segala, gimana mau bertanya sama Mbak BA nya. Yaaah kodratnya kebanyakan cewek lah ya. Mau beli tapi mikirnya lama. Giliran sampe rumah, rasanya jadi nyesel tak terkira. Ngoahaha.

Tapi ouwooo aku salah sangka! Beleaf ini ternyata enggak semahal yang aku kira. Masih jauh dibawahnya produk-produk yang dijual di mal gitu deh. Padahal mah fungsinya enggak kalah mantep loh.

Manfaat:
👌 Membantu membuat kulit tubuh menjadi lebih elastis,
👌 Membantu membuat kulit tampak lebih cerah berseri,
👌 Membantu memudarkan noda hitam membandel pada kulit. 

Jadi Beleaf ini adalah produk lokal gengs. Mengandung Bio Marine Collagen, kolagen yang diperoleh melalui proses ekstraksi sisik dan kulit ikan laut. Juga mengandung Tranexamic Acic yang berasal dari buah-buahan. Fungsinya yaitu untuk membantu mencerahkan dan memudarkan noda hitam membandel pada kulit, menambah elastisitas kulit, meremajakan sekaligus mencegah penuaan dini pada kulit.

Beleaf sendiri mengklaim kalo bahan-bahan yang ada di dalam komposisinya, terbuat dari 100% bahan organik. Selain itu, non toxic alias tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Azeg lah pokoknya. Buat yang penasaran sama kedua produk Beleaf untuk mencerahkan ini, aku bakal kasih tahu satu per satu reviewnya.


PACKAGING

Sudah aku bilang kan, kalau packagingnya kelihatan lux? Walaupun enggak ada plastik sealednya, packaging ini sangat aman karena tutupnya kencang. Sedangkan kalau kita mau pake, tinggal dipencet di bagian tutupnya lalu ditekan perlahan. Nah yang bagian ini susah-susah gampang, karena setahu aku, kalau misal mau habis, bakalan susah ngeluarin isinya. Rasanya kudu dibuka seluruh tutupnya dulu, baru deh ditekan-tekan biar keluar sampai habis bis. 

Untuk urusan desain, wah juara sih ini. Simple dan enggak banyak neko-neko which is i love it so mucho. Informasi dari produk Beleaf ini sendiri serapi dan sesingkat mungkin dijelaskan di bagian belakang botol. Mulai dari ingredients, how to use, sampai tanggal kadaluarsa. Sudahlah, emang enggak perlu tambahan kardus segala. Nanti malah bisa nambahin biaya. Haha.

Oke sekarang aku mau bahas satu persatu ya, karena di sini ada dua produk yaitu Body Bath dan Body Lotion.

BODY BATH


Isi Bersih:
250 ml.


Harga:
Rp 39.000.

Komposisi: 
Sodium Palmate, Aqua, Sodium Palm Kernelate, Fragrance, Glycerin, Citric Acid, BHT, Hydrolyzed Collagen, Titanium Dioxide, Sodium Coco-Sulfate, Sodium Laureth Sulfate, Tranexamic Acid, Dimethicone.


Cara pakai:
✋Tuangkan sabun cair Beleaf Brightening Body Bath pada spons dan usapkan ke seluruh bagian tubuh hingga merata.
✋Bilas sampai bersih lalu keringkan dengan handuk.

Impression:
Ketika pertama kali nyobain, aku agak terganggu sama baunya yang semerbak kemana-mana. Lah gimana enggak, aku keluar kamar mandi saja langsung membahana seluruh ruangan plus baunya susah hilang. Plus minus ya sebenarnya. Di sisi lain, aku cuma enggak suka jenis wewangiannya saja. Kayak lagi kondangan soalnya.

Tapi lama-lama yaudahlah, jadi terbiasa. Masalahnya enak sih. Habis pakai ini kulit langsung kerasa moistnya. Teksturnya cair dan mudah berbusa. Aku pakai sabun ini dengan cara mendiamkannya selama 3 menitan. Ya niatnya supaya menyerap gitu. Siapa tahu jadi lebih cepet mencerahkan. *Anaknya enggak sabaran*

Nah, sebenarnya urusan mencerahkan, kalau cuma pakai sabun ini, enggak bakalan cepet dapet. Bisa sih bisa, dan mungkin masih kudu ditelatenin lagi alias butuh waktu yang enggak sekejap. Makanya kita perlu tambahan body lotionnya.


BODY LOTION


Isi Bersih: 
250 ml.

Harga:
Rp 47.500.

Komposisi:
 Aqua, 1,2-Propanediol USP, Cetearyl Alcohol, Fragrancem Glycerin, Triisopropanolamine, DMDM Hydantoin, Collagen, Tranexamic Acid, Acrylates/C10-30 Alkyl Acrylate Crosspolymer.


Cara pakai:
✋ Oleskan merata secara merata di bagian tangan atau tubuh yang kering dan kusam. 
✋ Sebaiknya digunakan saat kulit lembap setelah mandi agar cepat menyerap dalam kulit

Impression:
Sekali lagi, karena baunya sama, aku jadi merasa putri bunga. *Apeu*
Ya pokoknya makin meriah dan bak aku habis berendam bunga 7 rupa. Sudah mandinya jadi wangi banget plus dikasih body lotionnya pula. Yang tadinya kayak orang kondangan, ini berubah menjadi kayak orang mantenan. LOL.

Nah soal tekstur, lotion ini enggak begitu kental banget, tapi juga enggak encer. Pokoknya ditengah-tengah. Begitu dioles ke tangan, langsung gampang menyerap dan efek melembabkannya makin terasa. Soal mencerahkan, aku rasa body lotionnya yang paling pengaruh deh. Karena kulitku jatuhnya jadi lebih cerah dibanding sebelumnya yeay senang!

Yang bikin aku agak kurang sreg itu adalah kandungan UV Protectornya yang kayaknya aku enggak nemu deh. Huhuhu. Jadi susah kalau dibawa pepanasan. Pas nyobain produk ini kebetulan aku hanya di rumah terus, jadi lumayan berguna karena fungsinya lebih untuk mencerahkan. BUKAN untuk melindungi kulit dari sinar matahari.

Mungkin kalau nanti pas pepanasan lagi, aku pakai body lotionnya buat malam hari aja kali ya. Karena gimana pun, kulit perlu perlindungan dari efek buruk sinar matahari kan.


Sewaktu aku foto before afternya, enggak telalu tampak perubahan di kulitku. Mungkin masih harus nunggu beberapa minggu lagi biar aku kelihatan banget perubahannya. Sedikit demi sedikit kok yang aku sih percaya, kalau produk ini aman buat kulit. Aku enggak suka yang langsung kelihatan juga soalnya, takut banyak bahan kimianya gengs.

Untuk pemakaian selama 2 mingguan ini, hasilnya kulit jadi tampak bersih dan sehat. Kenyel gitu. Enggak bersisik lagi. Aku teratur pakainya, pokoknya bikin senang mandi plus pake lotion. Ya emang dasarnya aku seneng yang wangi dan bersih sih ya. *Biar jelek, asal mau mandi*

Boleh deh aku lanjutin pakai produk ini lagi. Walaupun wanginya bikin klepek-klepek, tapi ya sudah kadung cinta sama kelembaban dan mencerahkannya mau gimana? Sampai ada yang bisa nggeser produk ini baru deh aku berani pindah ke lain hati hahaha.

So, buat kamu yang mungkin mau nyobain produk pencerah kulit non abal-abal dan harganya terjangkau, enggak ada salahnya cobain Beleaf. Itung-itung sambil mencintai dan support produk lokal lah. Lah ngapain ada produk lokal bagus kok masih mau cari dari luar? Iya kalo cocok, kalau enggak? Maka, cobain deh Beleaf. Karena kulit sehat bikin kita bahagia ya kan?

Sip mantap.
Share
Tweet
Pin
Share
9 komentar
Karena sekarang aku sudah sekota sama orang tuaku lagi, jadi aku menganggap ramadan dua tahun ini terasa biasa saja. Apa sih yang bikin beda kalau tiap hari bisa bertemu? Apa sih yang bisa aku harapkan kalau orang tuaku sudah enggak bisa bersatu? Apa sih yang bikin rindu kalau akhirnya aku merasa sepi di kota ku sendiri?

Aneh memang. Aku berusaha bahagia tapi dalam hati ada saja yang bikin ganjel. Ada yang bikin nafas enggak plong. Ada pertanyaan yang belum banyak terjawab. Iya, ramadan yang tadinya selalu ditunggu kini malah selalu menjadi PR besar bagiku. 

PR apa?

Please lemme tell  you honestly.


Mengisahkan ini sebenarnya sama saja dengan sedikit membuka luka lama. Bukannya aku belum bisa move on karena orang tua ku berpisah. Tentunya menyakitkan donk, aku enggak bisa bohong. Situasi ini membuat tali silaturahmi menjadi terputus karena efek dari 'enggak mau bawa perasaan'. Sebel sih ya. Sudah tua masa' gondokan. Sudah tua apa sih yang diinginkan lagi selain rasa tenang dan damai? Kalau boleh berkata kasar deh. Sayangnya kan enggak. Nanti nambahin dosa. 

Yaaah begitulah hidup. Kita enggak bisa menyamaratakan sifat, rasa, maupun pikiran. Seharusnya begini seharusnya begitu adalah term karena orang sering beranggapan paling benar dan terbaik. Sifat mayoritas terkadang bikin beban makin berat ya. Aku merasa kasihan sama yang selalu dipojokkan. Rasanya kok enggak adil.

Aku jadi yakin, kebaikan itu didapat kalau kita bisa menerima kekurangan dan kondisi seseorang. Makanya, aku jarang mau membahas sesuatu yang mengharuskan kita satu pikiran, KECUALI untuk kebaikan bersama. Lain dengan masalah pribadi seseorang. Dapat apa sih kita kalau bisa mencampuri urusan orang lain? Yang ada bikin nyesek yang diurusin. Mereka minta saja enggak, malah ditambahin bebannya. 

Pun mama papa ku. Justru ketika aku sudah berumahtangga, aku merasa harus mendekati mereka secara langsung. Bukan pro sana kontra sini. Aku harus paham bahwa rasa dan sikap mereka sekarang bukan satu lagi.  Enggak gampang!

Sampai saat ini masih ada saja masalah kecil yang harus diluruskan. Masih ada lah kalau soal sinis-sinisan. Mana mama papa sama kerasnya. Ditambah pula ego mereka yang sama tingginya. Aku bisa apa selain mendengarkan dan menenangkannya?

Dalam hati kadang aku membenarkan kalau ada yang bilang, mana ada perceraian yang berakhir dengan perdamaian? Semacam putus harapan ya? Tapi itulah yang terjadi. Di kasus orang tuaku, hal itu benar adanya.

Bukan cuma jalinan tali persaudaraan yang menjadi bias, beberapa kali aku mendapati diriku sudah enggak kokoh berdiri lagi. Di pikiranku, slide by slide film diputar terus menerus, apalagi menjelang hari raya seperti ini. Bagaimana kami sahur bersama, golar-goler di rumah, atau menunggu santapan buat berbuka. Semua dilakukan bersama.

Yang tadinya kami berjalan untuk shalat teraweh bareng, bercanda sambil berangkulan ketika hendak halal bihalal, melakukan tradisi sungkeman, itu semua kini hanya ilusi yang bikin perasaanku enggak nyaman lagi.

Ramadan yang seharusnya membahagiakan tiba-tiba menjadi moment yang menakutkan. Terlebih jika ditanya, "mama papa sekarang bagaimana?"

Jangan ditanya gimana rasanya. Bimbangnya bukan kepalang. Aku tetap berusaha tegar dan bahagia dengan keluarga kecilku. Menjawab bermacam pertanyaan orang yang tak kunjung mendapat kepuasan. Tersenyum dengan sindiran. Tetap berada di tengah dan tidak memihak siapa-siapa. 

Bingung bagaimana cara mengatur waktu sungkeman, bingung yang mana dulu yang diprirotaskan, bingung karena mereka enggak kunjung bisa akur yang sebenar-benarnya.  Muak sih, walaupun aku enggak menemukan cara lain. Alias ya... gimana lagi? Mungkin ini yang dinamakan ujian yang membuat aku tambah dewasa. 

Bukan cuma tetangga, saudara jauh, mertuapun sering bertanya bagaimana keadaan mereka? Yang nantinya aku yakin, jika aku salah sedikit saja menjelaskan yang sesungguhnya, itu akan menjadikan mereka berpihak sebelah. Padahal sebisa mungkin aku netralkan suasana. 

Beruntungnya, sekarang aku mempunyai keluarga kecil yang senantiasa memahami. Sangat mengerti proses perjuanganku yang mulai dari nol lagi. Dan yang terpenting, mampu meraihku saat aku terseok dan lupa diri. Suami dan anakku tetap menjadi obat segala luka. Sangat beruntung.

Karena di setiap aku mengingat perpisahan tersebut, dalam hatiku selalu berdoa agar rumah tanggaku selalu berdiri dan bertahan hingga mau memisahkan. Walaupun diterpa badai dan dihantam ombak kehidupan, semoga kami bisa melewatinya dengan penuh kemenangan.

Aku enggak mau berandai-andai dan mengulang masa lalu. Toh dengan perceraian mereka aku bisa memetik hikmahnya.

Baca juga: Hikmah Dibalik Perceraian Orang tua

Aku cuma ingin memanfaatkan hidup sebaik-baiknya. Berusaha netral... yah walaupun sekali lagi itu sangat susah terjadi. Rasanya berat mendapati hari esok mereka yang sendiri-sendiri. Padahal kesemua anaknya butuh tempat untuk sekadar pulang dan berbagi.

Lebaran nanti aku ikut mudik ke kalimantan. Tadinya memang berusaha bergantian sih setiap tahunnya. Tapi aku mulai merasakan sesuatu yang berbeda dengan yang biasanya. Ada keramahan dan kehangatan yang bisa aku dapatkan. Sambil mengucap doa pelan-pelan agar orang tuaku sendiri juga bahagia dengan kehidupan mereka kini.

Aku cuma ingin mereka hidup dengan hati yang nyaman. Sama-sama menjalani kehidupan yang indah kedepan. Masih banyak harapan dan asa yang harus dituntaskan. 

Aku cuma ingin menang atas apa yang selalu aku perjuangkan.

Aku cuma ingin ramadan selalu menjadi yang dinantikan. Kebersamaan, kehangatan, dan kedamaian.

Semoga ramadan ke depan, aku mendapatkan kemenangan yang sesungguhnya. Bukan untuk diriku sendiri, tapi masa depan keluarga. 

Can i hear amiiiin?
Share
Tweet
Pin
Share
10 komentar
Tadinya aku pikir, waktu untuk diri sendiri adalah hak asasi setiap ibu di muka bumi ini. Bahwa me time itu letaknya paling utama diatas kewajiban mengurus rumah tangga. Bahwa me time bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk kebaikan bersama.

Pokoknya yang berbau me time, aku garda depan deh. Dipikir ngurus anak itu gampang apa? Ck. Makanya, aku juga yakin, kalian yang baca ini pasti juga banyak yang turut menyingsingkan lengan dan mengobarkan semangat IBU WAJIB ME TIME.

Cuma.... permasalahannya, aku sama suami itu hampir sama porsi di rumahnya. Karena kami berdua kerjanya freelance. Sejak Alya bayi, ngurus rumah tangga plus momong anak itu dilakukan secara bergantian. Mana kami kan enggak nitipin anak ke day care atau hire asisten rumah tangga. Jadi ya, misal kami pergi atau diharuskan kerja di luar rumah, waktu yang digunakan bakal dimanfaatkan sebaik mungkin.

Jangan sampai kelamaan, jangan sampai terlalu santai, jangan sampai terlalu terburu-buru trus ujung-ujungnya ada yang tertinggal, dan jangan sampai pulang enggak bawa apa-apa alias nihil.  Yang aku maksud di sini, tentu kalau berani memutuskan kerja keluar rumah, fee yang didapat minimal sama. Syukur-syukur berlipat-lipat deh. Penting soalnya, karena gimana sih, orang di rumah saja kita bisa menghasilkan. Apalagi keluar? Ya harus lebih banyak menghasilkan. Begitu komitmennya.

Nah, gara-gara keseringan di rumah itulah yang sering membuat kami suntuk, jenuh, klentrak-klentruk berujung kemalasan. Sekali-kali boleh lah nongkrong sama teman. Sekali-kali lho ya. Kalau keterusan nanti ndak malah berabe. Lupa waktu lupa diri. Lagian umur sudah tua ini, teman-teman yang lain pastilah juga sama: lebih mikirin keluarganya ketimbang teman-temannya. Enggak masalah besar juga, wong sudah saatnya kok.

Sama seperti kalian yang bekerja di kantor dan jauh dari anak, quality time bersama keluarga pastinya sangat penting. Sementara buat kami yang setiap hari kerja di rumah plus momong anak? Tentu kalian enggak akan heran kalau kami juga butuh waktu untuk diri sendiri.

Karena itulah yang butuh me time pun, bukan cuma aku doank lho ternyata. SUAMIKU JUGA. Jadi kenapa enggak sekalian saja "We Time" kalau begini caranya?


Kami menyebut we time sebagai waktu berdua. Merasa sering mendekati stress karena punya ruang lingkup kecil, yaitu di rumaaaah melulu, lama-lama kami mengerti satu sama lain. Awalnya memang berat hati dan bikin emosi.

Lha kok situ selow? Bisa keluar rumah lama dan banyak kegiatan, sedangkan sini cuma bisa momong dan begitu situ pulang makanan sudah jembreng di atas meja. Enak saja ya kan ya?

Ini lagi ngomongin pengalaman pribadi memang. Lebih tepatnya aku sering ngerasa enggak adil. Maklum, selama masa menyusui anak bawaannya nempel terus. Ninggal bentaaar saja langsung dicari. Lain donk sama suami, begitu ada kerjaan keluar, rasanya bahagia. Ya tugasnya bekerja sih, tapi kok rasanya aku pun pengen juga. Huhu tidak bisa dipungkiri deh. Di rumah terus siapa yang betah? Realistis saja mah!

Nafasku seakan baru bisa panjang sehabis masa menyapih. Sebelumnya kami cuma bisa ngrobrol berdua kalau anak sudah tertidur. Ya nge teh, ya ngopi sambil nonton TV, pokoknya waktunya enggak banyak dan enggak lebih dari 3 jam. Kan 2 jam sekali nenen gimana sih ah. Hahaha.

Sehabis lepas ASI itulah aku jadi lebih bisa mengatur waktu. Kebetulan juga makin ke sini makin banyak kerjaan yang bisa buat selingan. Anak pun kian mandiri. Lalala senangnyaaa. Kalau diingat-ingat, dulu ya beneran nunggu moment-moment seperti ini. 

Iya, aku anggap kerjaan di luar itu juga sebagai sarana aku bersosialisasi dan ketika aku kembali lagi ke rumah, aku jadi Ibu yang bijak dan lebih penyayang. Aku memanfaatkan rasa kangen agar aku lebih bisa bersyukur ketika aku bertemu keluarga. Karena kalau aku kebanyakan di rumah ya gitu, jadi lebih emosian. Kan kasihan anaknya.

So, ketimbang aku ribut soal me time dan bingung ngatur waktu, aku siasati dengan cara baru. Yaitu we time itu tadi, yaah boleh juga sih dibilang kayak pas pacaran. Memanfaatkan waktu buat berdua ataupun waktu me time tapi di waktu yang sama. Bingung ya?

Begini. 
Misalnya kami lagi nitipin anak ke orang tua, kami berusaha buat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Biasanya kami nitipin pas anak hampir mau jadwalnya tidur siang. Jadi hemat tenaga buat orang yang dititipin. Normalnya, dia tidur 2-3 jam kalau siang. Sebisa mungkin enggak membebani orang tua sendiri. Ya kalau bisa pun, pas di rumah orang tua juga lagi rame, Misal ada adek, ada keluarga lain. Mereka bisa gantian. Untungnya sih, orang tua ku sadar kalau anaknya ini butuh bersenang-senang. LOL.

Aku hitung dulu perkiraan berapa jam mau nitipin anak. Minta izin, nitipin anak karena kegiatan apa. Dari yang beneran kerja keluar kota, sampai yang receh biar bisa pacaran sama suami, ya aku kasih tahu dengan jujur. Kalau pas orang tua lagi enggak banyak kerjaan, dan OKE, sudah, enggak perlu bertele-tele, langsung kita cuss.

Entah itu aku creambath ke salon, trus suami pijat ke tukang urut. Entah itu aku memilih hang out sama teman-teman sementara suami juga kumpulan sama bapak-bapak. Atau kita nonton film berdua. 

As we know, pacaran dengan suami itu tentu menyenangkan dan banyak hal positifnya. Aku ya, yang saking seringnya ketemu dan jutek-jutekkan kalau lagi ada masalah, begitu we time, rasanya langsung plong. Enggak ada tuh topik bahasan garing.

Yang ada malah komunikasi jadi lancar. Adaa saja topik bahasan. Ngobrol berdua tanpa ada jeda. Dari ngomongin kesulitan masalah kerja sampai urusan sekolan anak. Pokoknya we time berhasil membuat kami berdua tambah akrab dan hangat.

Aku sempat kaget loh, waktu tahu suamiku necis abis karena tahu mau makan berdua doank sama aku. Aku juga senang ketika di jalan dia pegang tangan dan nyanyi-nyanyi berdua kayak pas pacaran. Aku tambah bahagia kami jadi punya banyak rencana dan semua uneg-uneg tersampaikan.

We time kami sekarang enggak muluk-muluk kok. Belum yang berani ninggal anak seharian atau bahkan sampai nginep. Yang sedang sering kami lakukan adalah hunting kopi enak berdua, yang tidak bisa kami lakukan kalau lagi sama Alya. Tahu lah ya, menu anak itu seperti apa. Misal diajak ke cafe pun juga pasti pilah pilih dan enggak bisa lama. Sejam bertahan itu sudah hore.

Beneran loh!

Selain ngopi, kami juga paling suka ke rumah teman buat ngobrol. Dari yang santai buat ketawa ketiwi sampai ngomongin hal serius. Sekali lagi kalau ngajak anak,  enggak bakalan bisa. Susah menghindari bau asap rokok teman-teman cowok. Enggak mungkin juga nyuruh mereka berhenti kan? Lagipula anakku sensitif sama asap. Plus juga kadang becandaan teman-teman kami level kasar dan sering ketrucutan. Hahaha lengkap sudah ya, mending enggak ajak anak ya kan?

Jadi we time bagi kami itu ada beberapa aturan mainnya juga sih. Kira-kira rangkumannya seperti ini:
👉 Tanya ke anak dulu, boleh enggak kami jalan berduaan. Kalau enggak boleh ya tunggu moment yang tepat. Anakku beberapa kali enggak mau ditinggal, tapi ada kalanya juga minta sendirian di rumah eyang. Enggak bisa diprediksi memang, makanya aku kudu sigap biar bisa we time.
👉 Anak kudu dimonitoring terus, jangan sampai suntuk, Persiapkan mainan dan makanan kesukaan. Handphone harus on terus, biar sewaktu-waktu anak mau telepon kita siap sedia.
👉 Aku kalau diajak suami nongkrong di cafe/tempat makan yang asik gitu, biasanya mikir dua kali. Mending bawa anak saja sekalian enggak ya. Kan kasihan ya, orang tuanya makan enak-enak tapi anaknya di rumah cuma ditinggalin soto. Hahaha.
👉 Misal mau nonton, harus lihat durasi filmnya terlebih dahulu. Film Marvel okesip, tapi yang dititipin siap enggak. Mau ada acara enggak. Jangan sampai sudah pesen tiket, tapi baru sadar filmnya lama banget. Mana di tengah jalan di telepon suruh pulang karena anaknya rewel. Waini bye banget donk.
👉 Bawain anak buah tangan. Ini seperti sogokan kalau aku bilang. Walaupun anak enggak minta, tapi aku sadar diri kok. Masa' emak bapaknya abis senang jalan-jalan, anaknya enggak kebagian.

Sebenarnya masih banyak hal lain sih. Tapi fleksibel saja tergantung apa kebutuhannya. We time kami juga enggak tiap hari kok. Paling seminggu sekali, itu saja yang deket-deket. Belum berani pergi jauh, belum tega ninggal anak buat menginap berdua di hotel dan yaaah belum merasa perlu-perlu amat ninggal anak sampai lama. Lha wong kami itu lucu, butuh we time, tapi kalau kelamaan kangen anak. Gimana ya, habis sudah kayak paketan gitu. Kayak ada yang kurang kalau lagi berduaan. Enggak rame, rasanya senyap.

Bingung kan? Hahaha.

Lain kali boleh bisa sih dicoba traveling, apalagi kalau anak sudah gedhe. Pastinya kami bakal punya banyak waktu berdua. Nanti ditinggal anak sekolah, kuliah, kerja, nah kan... mikirnya jadi kemana-mana. Huuuu!

Esensi penting dari we time kayak gini, biar kami berdua tetep rukun dan enggak jenuh lagi, Toh ada kalanya juga anak bisa boring dan pengen main sama teman-temannya. Nah, anakku juga lagi fase tersebut. Ya sama-sama saling memahami lah. Enggak merugikan, malah mendatangkan kesenangan. Karena kalau hati kita sudah senang, rumah tangga bukan jadi beban.

Baiklah mari kita tutup blogpost ini dengan sama-sama menyadari bahwa lepas dari peran kita sebagai orang tua, kita juga perlu yang namanya memahami diri sendiri. Menyadari kekurangan, saling berkomunikasi dengan pasangan, dan memperbaiki sikap supaya lebih baik lagi harus terus kita lakukan. Ingat, rumah tangga itu dibangun atas dasar kebersamaan. Satu goyah, maka pondasinya pun bisa lemah.

Kalau kalian sering we time juga enggak? Atau barangkali mau cerita tentang waktu yang paling berharga buat kalian, boleh share di kolom komen ya.

Sip.
Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Ini adalah postingan #KEBBloggingCollab kedua di Grup Siti Nurbaya. Kita semua sepakat mengangkat tema: Aplikasi Untuk Blogging. Wih... aku belum pernah nulis sama sekali nih, tentang aplikasi yang aku gunakan di blog. Pas deh jadinya. Hehehe.

Seperti biasa, para anggota yang lain menulis di blog masing-masing terkait Post Trigger di web KEB. Kali ini berjudul Tampilan Blog Lebih Menarik Dengan Infografis yang ditulis oleh Mak Dzulkhulaifah Rahmat. Mak Eva adalah pemilik blog youngesteight dot com, yang tentunya sudah enggak asing di telinga kita ya, karena Mak Eva juga sudah cukup sering memberikan tips dan triknya untuk dunia blogging. Intip saja blog nya, pasti betah berlama-lama.

Dalam sejarahnya, blog sendiri adalah aplikasi web yang bisa digunakan untuk memuat gambar atau tulisan. Gambar bisa berupa desain grafis, gambar kartun, 3D, sampai fotografi. Blog juga sebagai wadah untuk menyalurkan opini, inspirasi maupun aspirasi ke orang banyak. Dari cari referensi, cari teman, jual produk, blog bisa digunakan untuk komunitas maupun personal. 

Nah, buat yang suka blogging untuk tulis menulis, enggak ada salahnya juga kita memberikan 'gambar' supaya mata enggak jenuh memandang. Ya kan? 

Sebenarnya, aku mempunyai beberapa aplikasi pendukung untuk menghasilkan konten blog, baik itu di komputer ataupun handphone. Untuk di handphone sendiri, aku menggunakan aplikasi My Blog untuk kepentingan mobile. Misalnya untuk membalas komentar, cek sudah jadwal publish dengan benar, atau me-revisi kata yang salah jika diperlukan. Enggak melulu bisa buka laptop soalnya.
My blog kayaknya bawaan blogspot deh. Tampilannya sama persis ketika kita buka via web. Nah yang jadi persoalan, kalo nulis langsung di My Blog itu enggak memungkinkan lantaran tampilannya yang enggak responsive buat handphone. Jadi, aku buka My Blog hanya untuk hal-hal kecil itu tadi, BUKAN BUAT NULIS ATAU NGEDRAFT. 

Saking banyaknya aplikasi untuk blogging, daripada makin melebar, mari kita kerucutkan. Yaitu membahas tentang Aplikasi Photo dan Desain Untuk Blog. Oiya, aku akan menulis dari beberapa sudut pandang ya. Karena selain menggunakan aplikasi untuk profesional, aku masih sering kok pakai aplikasi gratisan. Hehehe. Jadi yok kita mulai saja.


Definitely, aku bakalan dicerca habis-habisan sama temen-temen perkuliahan ku dulu. Enggak cuma mereka sih, tapi juga tim kerja dan suami sendiri. Maklumlah, keseharian kami emang seputar videography dan photography. Maka aku sendiri enggak kaget, jika ada beberapa dari kalian yang heran:

Lho sarjana seni masak pakainya aplikasi editing photo yang ecek-ecek sih? 
Masak ogah Photoshop atau AI sih? 
Ooooh jadi selama ini pakai aplikasi gratisan toh?

Dan cercaan yang lainnya dan yang lainnya. Well monggo dicerca, aku tetep cuek. Aku rak popo! Justru kalian lah yang harus sadar bahwa ternyata, apapun aplikasinya, kalian enggak bisa bedainnya. Hahaha.

Menurutku pribadi, penggunaan aplikasi seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan. Aplikasi online gratis di sini, tentu lebih banyak menangnya. Karena enggak semua punya aplikasi profesional semacam Adobe.

Adobe adalah perangkat lunak untuk kebutuhan gambar seperti grafis, animasi, sampai video. Produk-produk yang sering kita kenal adalah Adobe Photoshop, Adobe Flash, Adobe Ilustrator (AI), dan Adobe Premiere. Dari seri yang nomor berurutan, kemudian ada Creative Suite dan sekarang Creative Cloud. Makin canggih tools-nya, makin banyak pula plug in pendukungnya. 

Aku mengenal Adobe diawali karena BIASANYA anak televisi, punya basic photography. Mulai dari motret, ngedit sampai nyetak. Entah nanti ilmunya dipakai atau enggak, yang jelas kami emang suka jeprat-jepret dan belajar ngedit just for fun. Dulu ya, rasanya sudah seneng banget dan bangga, bisa pamer hasil photoshop-an cuma di media sosial FRIENDSTER. *ketahuan umur*

Dibikin album sendiri dengan bermacam-macam tambahan frame semacam sulur, polkadot, bunga, dan sekarang baru kusadari bahwa semua itu norak adanya. LOL.

Kemudian aku mengenal Adobe After Effect sampai Premiere untuk kebutuhan video. Saat itu sih wajib karena menjadi Mata Kuliah ya. Tapi...mendekati tugas akhir hingga akhirnya aku bekerja, aku memutuskan untuk konsen di bidang kreatif meliputi naskah, me-manage dari pra hingga paska produksi, dan juga riset di lapangan. Ini bakal membawa aku sedikit melupakan teknis. 

Yes, aku enggak lagi pegang kamera, komputer dan beberapa perangkat multimedia lainnya. Apalagi main aplikasinya. Jadi dapat dikatakan AKU LUPA SEMUANYA!!! Hahaha. Jam terbang hampir sepadan sam faktor kebiasaan kan? 

Tapi namanya juga kerja sebagai freelancer, kalo skill kita nanggung dan cuma itu-itu aja, bakalan jarang di-calling lah ya. Merasa banyak saingan, juga didukung dengan suami yang sama-sama berprofesi sebagai pekerja serabutan, aku pernah mencoba peruntungan di bidang desain grafis juga. Maruk yoben lah. Yang penting dapur ngepul kan boss? Hehehe.

Aku buka-buka lagi Adobe Photoshop dan belajar AI demi kepentingan diri ku sendiri. Trus aku mulai nge-blog lagi. Lihat blog kanan kiri, lha kok blogger sekarang cangguh-canggih amat sih. Tulisannya mantap, gambarnya memikat *halah*. 

Sebenarnya lalu aku minder, tapi okelah sekalian. Memang masih kudu banyak belajar. 

Kebetulan pula di dukung dengan komputer di rumah yang dikhususkan untuk desain grafis punya Suami. Aku merasa hepi donk, karena ketika buka Adobe, emang ya langsung buka gitu. Enggak pake lama. Lain lah kalo buka pakai laptop pribadi. Buka nya lamaaa pakai loading. Sampai bisa sambil bikin mie instan. Hih pokoknya gemez sendiri. 

Jadi jelas ya, aku masih menggunakan Adobe sebagai aplikasi pendukung Blog kalau sedang di rumah. Dan digarisbawahi: aku selalu otak atik foto hanya via PC, bukan di handphone. Jadi mohon maaf, aku kurang paham dan enggak punya aplikasi kamera di handphone. Simply karena aku enggak telalu senang lama-lama pegang handphone haha.

Kalau lagi mobile, aku usahain editingnya tetap dengan laptop. Naaah di sini lah aku pakai aplikasi online gratis. Kenapa enggak install Adobe di laptop? Karena laptop aku lemot dan emang buat nulis doank. Nah aplikasi gratis berfungsi biar laptop enggak tambah lama loading-nya.

Mong ngomong, apa sih kegunaan aplikasi foto dan desan buat blog itu sendiri?

Demi blog yang lebih hip hip hura dan enggak ngebosenin, tentu kita butuh 'warna' donk ya. Aku sendiri senang menambahkan beberapa hasil jepretanku di blog yang relate sama tulisan. Yah daripada cuma disimpen di dalam harddisk doank, sekalian lah aku pakai.

Plus kalau aku pas review produk atau post tentang beauty. Pastinya, nanti masuk ke aplikasi foto juga.

Buat yang belum tahu, selama ini aku banyak motret pakai handphone lho. Karena kedua kameraku memang sudah wayahnya pensiun. Mana belum sanggup beli baru. Makanya, aku memanfaatkan aplikasi foto biar hasil jepretannya oke punya. *wink*

Aku enggak yang mahir menggunakan Adobe Photoshop kok. Menggunakan Photoshop di sini bukan untuk memanipulasi, melainkan untuk memperbaiki kualitas foto yang tidak bisa dijangkau oleh kamera handphone. Terutama handphone kayak punyaku. Hahaha.

Sebelum aku kasih step by step nya, misal ada yang nanya bagus Adobe atau Corel, aku cuma bisa jawab, itu karena faktor user experience aja. Semua tergantung sama kesenangan dan kebiasaan. Hampiiir sama kok. Banyak sih yang bilang lebih mudah pakai Corel, its okay. Cuma karena aku dari awal pakai Adobe ya... jadi lebih mudah Adobe lol.

Nah, berikut langkah-langkah yang biasa aku gunakan di Adobe Photoshop ya.

1. Mencerahkan foto
Hampir semua fotoku aku naikkan level brightness nya. Menurutku lebih baik menaikkan level di aplikasi editing ketimbang di kamera handphone. Kenapa? Karena nantinya bakal nurunin kualitas foto menjadi pecah begitu diotak-atik lagi.

Aku biasa otak-atik di bagian brightness/contrast, levels, dan curves. Ini benar-benar bikin hasil fotonya cerah dan pas kalau kita bisa menggunakannya dengan baik. 

Oiya, untuk foto produk, aku memanfaatkan golden hours yakni dari jam 7-9 pagi, agar hasil foto mendapatkan cahaya yang terbaik. Selanjutnya, kita jadi enggak banyak menggunakan aplikasi karena hasilnya saja sudah oke.


2. Menambal beberapa kekurangan
Aku menggunakan beberapa fitur untuk mencerahkan dan juga meratakan cahaya. Di bawah ini bisa dilihat, ada sisi gelap di bagian kiri bawah dan . Nah, fitur yang aku pakai adalah clone stamp. Nantinya kalian akan mendapatkan bulatan yang bisa kalian sesuaikan ukurannya. Lalu tinggal sesuaikan, sisi mana yang ingin kalian gunakan. Ingat ya, di sini harus hati-hati banget, karena kalo enggak, bakal kelihatan fake banget!

Before

Aku juga pakai tool bernama dodge buat ngeratain cahaya yang gelap di beberapa bagian. Ini rempong banget sih, dan hasilnya masih enggak rapi. Tapi jadi berbeda karena cerah. Ya kan ya? Hehehe.

After
3. Watermark
Watermark-ku selama ini cuma tulisan sih hahaha. Belum pengen yang unik, entah kenapa ya, mungkin karena aku suka yang simple? Jadi ya tinggal ditambahin tulisan aja nyesuain komposisi gambar. 

Sudah itu saja kok, enggak susah-susah banget kan? Hehehe. 

FYI, aplikasi Adobe memang diperuntukkan untuk profesional. Selain Adobe photoshop, sebenarnya ada aplikasi lain yang dipergunakan untuk keperluan khusus fotografi, yaitu...

ADOBE LIGHTROOM

Aha! Banyak juga ya produk Adobe. Hahaha.

 Source: Digital Camera World
Source: Digital Camera World
Aku pernah sekali dua kali pakai Lightingroom ini untuk keperluan editing photo. Dibanding, Photoshop, ini lebih mudah karena spesifikasinya lebih ke fotografi. Tool-nya ringkas, dan juga tampilannya simple. Kalau misal ada yang kesusahan, mungkin itu faktor kebiasaan. 

Aku sendiri enggak pake Lightroom ini lagi karena jelas, di komputerku enggak dilengkapi Lightroom. Malas beli linsensinya, masih ada Photoshop juga. Eh, enggak ngasih solusi ya? Maafin mak hehe.

Jadi kalau di rumah, aku memakai Adobe untuk keperluan foto dan desain. Tepatnya, Adobe Photoshop dan AI. Untuk AI sendiri ini ribetnya minta ampun, aku masih harus belajar banyak. Agak ribet juga soalnya.

Nah, lantas bagaimana kalau aku lagi enggak di rumah dan harus upload foto di blog? 

Pindahin gambar ke laptop dan pakai aplikasi online gratis. Hahaha. Karena jelas donk, bisa kita akses dimana saja asal ada koneksi internet. Apalagi buat kita-kita yang mobile atau yang masih hobby ke warnet. *Eh masih adakah?* So, langsung saja yok, aku kasih tahu beberapa aplikasi yang sering aku pakai.

1. PIXLR


Pada masa aku hengkang sejenak dari blantika per photoshop-an, aplikasi gratis online pertama kali yang aku coba adalah PIXLR. Karena jujur aja, desainnya elegan dan klasik banget. Anaknya emang judge something by its cover lol.

Tapi desain yang elegan bukankah pertanda profesionalisme? 

Biasanya nih biasanya... semakin minimalis desainnya semakin pricey juga produknya. Karena sesungguhnya, bikin sesuatu yang simple itu lebih susah ketimbang sesuatu yang colourfull dan meriah punya. 

Oke, alasan lain kenapa aku suka PIXLR adalah, fiturnya hampir mirip sama Adobe Photoshop. Ada adjusment tools kayak kurva, brightness and contrast yang pastinya sering banget kita gunakan. Siapa sih yang enggak suka kecerahan dan gambar yang jelas? Sementara untuk hasilnya sendiri juga enggak jauh beda dengan Photoshop. 

Oh betapa mudahnya hidup ini dengan bantuan teknologi ya. Senang! PIXLR juga bisa diunduh via handphone kok. Tapi karena aku enggak suka, ya tetap maksa buka laptop. Ribet biar, yang penting hati senang. 😜

Cuma kalau mau bicara kelemahannya, untuk bisa akses PIXLR, kita diharuskan menginstall flash player terlebih dahulu di browser. Ya enggak papa juga sih, enggak susah enggak. Cuma ada kok aplikasi lain yang lebih lhas lhes. Cas cis cus langsung buka tanpa bala bantuan lain. Namanya... ada di list selanjutnya.

2. BE FUNKY


Begitu masuk ke web nya, kita bakal langsung bisa akses beberapa fitur unggulan seperti photo editor, collage maker, dan desain. Di sini font nya juga beragam dengan pilihan font sans yang oke. Bahagia donk ya!

Aku paling sering pakai yang collage maker. Males bowk buka Adobe Ilustrator dan bikin garis yang presisi. Nah, di Be Funky kita langsung bisa otak-atik gambar dengan beberapa pilihan kolase plus langsung bisa disesuaiin sendiri ukurannya.

What a life!

3. CANVA


Aku paham banget kenapa infografis sangat penting bagi kemaslahatan umat. Hahaha. Tentunya dengan adanya bantuan infografis, sebuah artikel bakalan jadi lebih menarik dan enggak jenuh dipandang. Ya keleus suruh baca tulisan terus, dikasih yang seger-seger dikit napa.

Dan sekali lagi, karena malas membuka Adobe Illustrator, aku memasrahkan diri untuk sebuah situs desain paling asik bernama Canva ini. Sumpah ya, keren banget. Pasti banyak dari kalian yang ikutan pakai juga. Karena emang keren banget mau gimana?

Sebelum masuk ke beberapa fiturnya, Canva mengharuskan kita log in terlebih dahulu. Baru memilih fitur desain yang terletak di bilah kiri. Nanti kalian bisa mendesain sesuka hati kalian tentunya pilihan bahasa dari berbagai negara termasuk Indonesia. Sangat mudah kan? 

Banyak pilihan layout dari beberapa template tanpa harus pusing mikirin desain dan warna. Udah ada tinggal lhep. Mudah dan gokil abis. Mas bojo bisa tobat kalo gini caranya, bakalan gulung tiker karena orderan desainnya berkurang gara-gara pada kenal sama Canva lol.

Yang aku heran, beberapa desainer termasuk suamiku sendiri, mengaku justru kesulitan memakai Canva. Mungkin karena kebiasaan itu tadi. Lagian gaje amat, masa' desainer kok malah disuruh desain pakai Canva. Jelas idealisme mereka kuat lah begitu ngelihat free template. Yang ada, mereka malah pengen ikutan submit bikin layout sendiri, baru dijual lewat situs microstock. Haha.

Nah yang perlu dihati-hati nih ya, namanya juga aplikasi gratisan dengan beberapa fitur dan plug in yang bakalan sering banget dipakai orang. Alias pastinya kita bakal sering kembaran. Loh kok sama layout infografisnya? Loh kok warna editingnya mirip? Loh kok enggak jauh beda headernya?

Nah nah nah. Itu yang bikin beda dari kreativitas yang kita miliki. Sebisa mungkin bikin desain atau foto yang unik dan berkarakter. Aku juga lagi berusaha ini. 

Selama ini aku seneng banget sama foto, alur dan gaya bahasa. Andra Alodita. Fungsi foto dia disitu juga sama berceritanya, jadi sebanding dengan tulisannya. Jangan heran, Alodita emang fotografer kok. Hehehe.

Cuma dalam desain dan fotografi kan ada juga pengetahuan dan selera ya. Mana warna yang bagus dan cocok, mana font yang pas dan mudah dibaca. Ini yang kudu diperhatikan. Jangan mentang-mentang kita dimudahkan, lantas melupakan esensi keindahan itu sendiri.

Aku percaya kok, kalau selera, pengetahuan, skill, dan jam terbang sudah makin diasah, semakin bagus pula kualitas kita. Anggap aja itu tadi adalah modal untuk melatih kemampuan kita.

Karena mau pakai kamera apapun, digital atau manual, mau pakai aplikasi manapun, dari yang berbayar atau yang gratisan, kalo sudah pegang 'modal' tadi, ya pasti bakalan beda sama yang masih seadanya. Maka dari itu, ke depannya kalau mau lancar jaya, foto kita ekslusif, desain kita kualitas prima, ya belajar ke yang profesional.

Yok sama-sama perbaiki diri terus. Walaupun hanya sekecil membuat foto blog lebih jelas dan tidak pecah. Itu penting sih, karena bagaimanapun fotografi adalah media berekspresi. Apalagi yang suka traveling, foto produk, sampai kuliner. Beugh, pasti lah foto begitu penting.

Blog personal kita bisa merepresentasikan kepribadian kita kan ya? Apalah arti pentingnya dari sebuah sharing itu sendiri, selain bermanfaat bagi orang lain? 


Jadi ingat ya, jauh sebelum kita mempelajari skill teknis, sebelumnya harus mengerti tentang konsep terlebih dahulu. Banyak baca buku, nonton film, berita, dan perbanyak teman. 

Pokoknya semangat. Kata Don Draper sih, Make It Simple, But Significant.
Well noted!
Share
Tweet
Pin
Share
21 komentar
Newer Posts
Older Posts

HELLO!


I'm Yosa Irfiana. A scriptwriter lived in Magelang. Blog is where i play and share. Click here to know about me.

FIND ME HERE

  • Instagram
  • Twitter
  • Facebook
  • Google Plus

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  January 2023 (1)
  • ►  2022 (14)
    • ►  December 2022 (1)
    • ►  October 2022 (1)
    • ►  August 2022 (2)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (1)
    • ►  April 2022 (2)
    • ►  March 2022 (2)
    • ►  February 2022 (3)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (60)
    • ►  December 2021 (1)
    • ►  November 2021 (3)
    • ►  October 2021 (3)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (2)
    • ►  June 2021 (3)
    • ►  May 2021 (15)
    • ►  April 2021 (21)
    • ►  March 2021 (2)
    • ►  February 2021 (2)
    • ►  January 2021 (5)
  • ►  2020 (44)
    • ►  December 2020 (5)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  October 2020 (4)
    • ►  September 2020 (5)
    • ►  August 2020 (3)
    • ►  July 2020 (7)
    • ►  June 2020 (6)
    • ►  May 2020 (1)
    • ►  April 2020 (4)
    • ►  March 2020 (2)
    • ►  February 2020 (3)
    • ►  January 2020 (2)
  • ►  2019 (89)
    • ►  December 2019 (5)
    • ►  November 2019 (7)
    • ►  October 2019 (6)
    • ►  September 2019 (10)
    • ►  August 2019 (6)
    • ►  July 2019 (6)
    • ►  June 2019 (9)
    • ►  May 2019 (9)
    • ►  April 2019 (8)
    • ►  March 2019 (7)
    • ►  February 2019 (7)
    • ►  January 2019 (9)
  • ▼  2018 (135)
    • ►  December 2018 (21)
    • ►  November 2018 (17)
    • ►  October 2018 (9)
    • ►  September 2018 (9)
    • ►  August 2018 (10)
    • ►  July 2018 (9)
    • ►  June 2018 (12)
    • ▼  May 2018 (9)
      • REVIEW POND'S MAGIC POWDER BB
      • HIDUP TANPA SETRIKA
      • SELERA BERPAKAIAN ALYA
      • TAHU DIRI
      • REVIEW BELEAF BRIGHTENING BODY BATH AND BODY LOTION
      • KEMENANGAN YANG AKU INGINKAN
      • WE TIME
      • APLIKASI FOTO DAN DESAIN UNTUK BLOG
      • REVIEW ALAS BEDAK PURBASARI KUNING LANGSAT
    • ►  April 2018 (9)
    • ►  March 2018 (9)
    • ►  February 2018 (10)
    • ►  January 2018 (11)
  • ►  2017 (116)
    • ►  December 2017 (8)
    • ►  November 2017 (7)
    • ►  October 2017 (8)
    • ►  September 2017 (9)
    • ►  August 2017 (8)
    • ►  July 2017 (11)
    • ►  June 2017 (8)
    • ►  May 2017 (11)
    • ►  April 2017 (8)
    • ►  March 2017 (12)
    • ►  February 2017 (15)
    • ►  January 2017 (11)
  • ►  2010 (9)
    • ►  November 2010 (9)

CATEGORIES

  • HOME
  • BABBLING
  • BEAUTY
  • FREELANCERS THE SERIES
  • HOBBIES
  • LIFE
  • PARENTING
  • BPN 30 DAY BLOG CHALLENGE
  • BPN 30 DAY RAMADAN BLOG CHALLENGE 2021

BEAUTIESQUAD

BEAUTIESQUAD

BLOGGER PEREMPUAN

BLOGGER PEREMPUAN

EMAK2BLOGGER

EMAK2BLOGGER

Total Pageviews

Online

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose