YOSA IRFIANA

Powered by Blogger.
Kalau ada hal yang harus diubah ke depannya, aku pasti memilih enggak akan lagi jadi makhluk begadangan. Beneran enggak enak banget loh sist. Badan encok, wajah sayu, mata cekung, jerawatan, wah itu baru perubahan fisik, belum ke psikis dan penyakit dalam. 

Habit ini sebetulnya sudah ada sejak sebelum nikah. Aku kira bakalan berkurang seiring aku punya anak. Nyatanya punya anak pun, pas menyusui jadi begadangan juga. Berlanjut sampai kelar menyapih. Terus berturut-turut dapet kerjaan kejar tayang. Ini sudah susah payah berjuang memanage waktu, biar meminimalisir begadang, tapi realitanya teteup wae tidur di atas jam 11. Ya masih beruntung sih, enggak terlalu parah, enggak yang sampai semalaman suntuk melek gitu. Tapi yang namanya begadang kan efeknya jangka panjang. 

Sampai kemarin semacam dapat peringatan, bahwa pola hidup yang salah, bisa jadi ancaman.


Jadi belum ada sebulan ini ada temenku yang meninggal - konon karena diabetes. Asli, kaget banget. Ini nulisnya masih setengah enggak percaya. Rasanya baru kemarin ngelarin beberapa project bareng, terus ngobrol di chat, dan banyak cerita. Cuma ya kalau dibilang deket, enggak terlalu. Kami itu cuma sebatas temen kerja. Dan ya jelas, cerita-ceritanya seputar kerja saja. (Pak Han, tenang di sana ya!)

Beberapa temen bilang, Almarhum ini bukan cuma punya penyakit gula, namun juga komplikasi karena gaya hidupnya. Dan dari sekian penyakit yang dia derita, salah satu penyebabnya adalah pola hidup yang terbalik semasa muda sampai tua. Iya, siklus tidur Pak Han terbalik dengan kita. Kalau biasanya kita tidur malam, dia justru lagi on fire buat kerja. Begitu juga sebaliknya, ketika pagi sampai siang, dia tidur layaknya kita sedang lelap di malam gelap.

Kalau ditanya kenapa begitu, ya jawabnya karena dia kerja di media. Nama yang membesarkannya untuk menjadi penulis kawakan di kota Jogja. Semasa mudanya dia jadi jurnalis, dan ketika beranjak menua, dia menjadi penulis naskah di beberapa produksi TV dan film. Hal yang sangat relevan ketika kita bekerja di industri media. Enggak cuma jurnalis kok, desainer, editor, kru syuting, satpam, banyak lagi profesi yang mengharuskan malam harus begadang. Kalau bisa manage dan ngatur hidup sehat sih enggak apa-apa. Tapi akibat begadangan yang brutal, pernah ada juga kan kasus pekerja di advertising yang meninggal? Aku enggak nakut-nakutin, ini aku bicara fakta.

Nah, inilah yang membuatku mikir 12 kali lipat untuk melanjutkan habitku yang salah. Sebelumnya Suamiku sudah terlebih dahulu meninggalkan habit ini perlahan. Mulainya sejak punya anak deh kalau enggak salah inget. Karena waktu itu sudah mulai kerasa double capeknya. Jadi beneran dia sudah teratur tidur mulai jam 9 malam teng, lalu bangun subuh. 

Aku nih yang masih agak bandel. Enggak parah sampai pagi buta sih, cuma ya kalau bisa diubah kenapa enggak. Jujur, aku malu sih sama Suami, sama tetangga, sama Mama kalau pas dateng, dan sama siapa saja yang mak bedunduk datang ke rumah pagi-pagi. Lah kok Suaminya lebih dulu bangun ketimbang istri? Lah kok istrinya tidur nglempus enggak ada yang risih? Beneran aslinya aku sungkan kok. 

Biar agak clear, aku jelasin dulu. Suami dan anakku enggak ada masalah aku tidur jam berapa dan bangun jam berapa. Mereka tahu banget sama kondisiku yang sekarang lebih gampang capek. Dari pagi - siang - sore - malam, aku selalu mengerjakan sesuatu, kayak enggak bisa diem gitu, apalagi yang menyangkut beres-beres rumah. Nah, di sela-sela kegiatan rutin tersebut, kalau aku capek, pasti langsung rebahan. Rebahannya biasa bareng Alya waktu jatah tidur siang. Alhasil tahu sendiri deh, pasti ikutan ketiduran. 

Baca juga: Tentang Tidur Siang

Entah kenapa ya, kalau aku di rumah pasti hawanya kayak gitu. Tidur siang jadi kebiasaan yang mengasyikkan. Masalahnya adalah, kalau aku tidur siang pasti malamnya bakal begadangan, dan paginya bangun kesiangan. Ritmenya gitu-gitu wae kok. Mindsetku, asal sehari itu total tidur 8 jam, enggak masalah. Padahal mah, enggak masalah palelu yakan!

Aku bangun pagi itu mentok toook jam 7. Masih termasuk biasa ya? Ya memang, sudah enggak bisa kayak pas zaman masih single and very happy. Sekarang beda, sudah ada buntutnya, sudah banyak kewajibannya. Bangun kesiangan sedikit saja, kondisi rumah jadi semrawut. Pagi-pagi super kemrungsung, karena jam setengah 8 kudu nganter Alya sekolah. 

Misal jam 7 aku bangun, Alya sudah stay tune depan TV plus belum mandi. Sementara Suami... iya kalau lagi selow, dia bisa masak dan mandiin Alya. Lah kalau lagi banyak kerjaan, ya sudah, anaknya nomor kesekian, nunggu Mamaknya bangun duluan. Cuek banget dia mah. Makanya aku kudu yang gerak cepat, nanti ndak dikira mamanya malesan. Padahal malamnya aku habis lembur sendirian. Huhuhu.

Waktunya kebetulan pas banget, mumpung lagi enggak banyak deadline, kayaknya bisa deh secepatnya diubah. By the way, ini aku tulis dengan niatan sesungguh-sungguhnya dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya! Silahkan dibaca dan diamini ya genks, biar nanti kalau kelupaan ada yang negur. (Tapi habis ditegur ngambek - #women'sproblem)

Demi mengubah bad habit ini, sekarang aku sedang menghindari tidur siang. Wes lah biar, toh Alya sudah bisa mapan sendiri. Jam 12 walaupun mata sudah riyip-riyip, usahain enggak ikut merem. Kalau ngantuk, cuci muka, nonton film, ngerjain apa gitu pokoknya jangan sampai ngadep kasur. Sekali mlirik kasur bubar!

Masih ngantuk lagi, aku bikin kopi. Kopi solusi terakhir sih ya hahaha, manjur loh! Lagian kenapa sih kalau di rumah rentan ngantuk, padahal kalau di luar tenagaku bisa turah-turah. Malahan kru pada nanya kenapa aku bisa kuat melek dan tetep sehat enggak gampang penyakitan. Eeeeh beneran, kalau di rumah malah ringkih.... Mungkin karena udara yang itu itu saja kali ya.

Jam krusial ngantuk buatku jam 12 sampai jam 2, setelah itu... sudah bisa aku lalui dengan gampang. Nah, nanti malam, paling jam 9 sudah ngantuk enggak pakai lama. Tinggal tidur dan paginya bisa bangun pagi. Cara ini cukup efektif kok, intinya aku membiarkan tubuhku enggak bermalas-malasan dan membiarkannya istirahat kalau sudah saatnya.

Aku beneran mau kasih tahu kalian, terlebih kalian yang dengan bangga bilang enggak tidur semalaman, terus lanjut kerja, lanjut dolan, lanjut macam-macam. Hey, apakah kalian robot? Apakah kalian senang? Ini masih muda loh, kenapa harus bahagia dengan pola hidup yang buruk hanya untuk senang-senang. Kami saja yang dulu begadangan karena kerjaan, pengen mengubahnya loh. Demi siapa, ya demi kitanya sendiri.

Serius, mending diubah deh. Kalau bisa yang normal kenapa milih yang enggak wajar. Lain halnya kalau kalian shift-shiftan kerja, dan begadang karena kewajiban. Tapi kalau enggak? Ya buat apa. Badan itu enggak harus dimanja-manjain saja loh, badan harus digerakin. Jangan sampai kita keasikan tidur hanya karena kita merasa muda dan ada yang menanggung kita. Nanti kalau kita sudah tua gimana. Susah tauk, mengubah habit yang sudah terjadi bertahun-tahun lamanya.

Aku ngomong gini sambil sedih juga sih, mengingat di sekitarku masih banyak yang ritme hidupnya kebalik karena alasan enggak jelas. Contoh deketnya ya adekku sendiri. Sudah sampai capek bilanginnya. Moga-moga sadar sendiri deh. Masih muda, sayang banget kalau hidup cuma buat seenaknya. Justru masa muda harus mulai mikir mandiri, gimana harus mulai percaya diri, punya kemauan dan cita-cita biar enggak sakit  hati dikemudian hari.

Yok, change our bad habits from now on. Pelan pasti bisa, asalkan kita berusaha. 
Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Hallo beauties, gimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan bahagia ya. Ngomongin soal bahagia, aku baru bahagia banget nih. Soalnya beberapa hari yang lalu aku terpilih untuk bekerja sama dalam sponsored review yang diadakan oleh Sulamit Cosmetics dengan Beautiesquad. Yeay!

Nah, seperti yang kalian lihat di foto berikut, dalam satu box-nya aku dapat Twinkle Faux Eyelashes, Sulamit Smart Stay Matte Finish Lippaint, dan satu lagi Sulamit Smart Stay Velvet Lip Last. Cukup banyak kan? Yes, mari kita review langsung saja.


WHAT


Barangkali ada kalian di sini yang belum tahu Sulamit? Atau sudah tahu tapi belum paham cerita dibaliknya. Oke, aku ceritain dulu deh. 

Sulamit ini diambil dari nama Gadis Sulam/Sulamit yang hidup pada zaman keemasan Raja Salomo, atau kalau sejarah Islam mengenalnya dengan Nabi Sulaiman. Raja Salomo jatuh cinta sama Gadis Sulam, karena bukan hanya berparas cantik, namun juga punya inner beauty yang memancar dari dalam hatinya. Tapi sayangnya, Gadis Sulamit lebih memilih untuk menolak materi yang ditawarkan Sang Raja. Gadis ini justru memilih untuk hidup dengan kekasihnya yang hanya seorang pengembala domba dalam segala kesederhanaannya. Karakter kebaikan Gadis Sulamit yang rendah hati, lembut, tegas, pekerja keras, hidup penuh passion inilah yang mengilhami dalam pembuatan produk Sulamit.

Berdiri dengan jargonnya: made with passion, Sulamit adalah kosmetik lokal asli buatan Indonesia. Walaupun namanya termasuk baru di blantika perkosmetikan, tapi jangan salah, sekalinya meluncurkan produk, Sulamit cukup berani loh. Produk yang diluncurkannya pun beragam, mulai dari skincare brightening dan acne, sampai dekoratif make up yang lengkap. Kalian enggak perlu khawatir, karena produk ini sudah tercatat no BPOM nya plus punya label halal. Jadi aman buat digunakan sehari-hari.

Sekarang, aku review satu per satu produk yang aku dapetin ya.

SULAMIT TWINKLE TWIN FAUX EYELASHES


Bisa dibilang, aku jarang banget pakai yang namanya bulu mata palsu. Mentok pas collab atau pas kondangan di tempat mewah. Semacam menyesuaikan lah, toh riasan mata yang tegas, bikin kita lebih percaya diri kan. Selama ini aku susah nyari bulu mata palsu yang enak dipakai dan enggak lebay. Iya beneran. Ya kalau make up sama MUA kan tinggal dipilih dan dia tahu yang terbaik ya kan. Lah kalau aku sendiri?

Beruntunglah, aku dapat bulu mata Sulamit Twinkle Twin Faux Eyelashes yang no. 2. Buatku yang sering kesusahan dan enggak cocokan milih bulu mata palsu, si Sulamit berhasil bikin aku dengan gampangnya nempel bulu mata. 


Menurut klaimnya, Sulamit Twinkle Twin Faux Eyelashes punya tekstur lembut yang menyerupai bulu mata asli, sehingga nyaman buat dipakai sehari-hari. Ada 8 varian bulu mata palsunya untuk bisa dicocokkan sesuai tema riasan atau bentuk bulu mata kalian.


Sulamit Twinkle Twin Faux Eyelashes no.2 memang diperuntukkan buat daily look dan kamu yang suka riasan natural. Asli ringan banget ketika dipakai. Menurutku pribadi, bentuk bulu mata palsunya, enggak terlalu panjang dan malah cenderung nempel menyesuaikan bulu mata asli. Ini cocok buat aku, mengingat bulu mataku pendek dan enggak melengkung. Begitu dipakaian Sulamit, bulu matanya gampang nyatu. Nah, mungkin untuk kalian yang punya bulu mata panjang nan lebat, bisa jadi kurang cocok. So, jangan lupa pilih varian yang cocok ya.

Ohiya lupa, point plusnya lagi, bulu matanya awet banget bisa nempel kuat. Aku uji selama kurang lebih 8 jam, ternyata enggak lepas sama sekali. Love!

Tertarik buat beli, tuh di Shopee lagi ada diskon, dari Rp 80.000, jadi Rp 32.500 saja.


LIPS PRODUCT


Yang cukup wow, Sulamit juga punya varian lip produk, enggak tanggung-tanggung sih, sampai ada 3 series, yaitu Sulamit Passion Series, Sulamit Smart Stay Matte Finish Lippaint, dan Sulamit Smart Stay Velvet Lip Last.  Masing-masing punya keunggulannya, punya pangsa pasarnya. 


Yang aku dapatkan adalah Smart Stay Matte Finish Lippaint nomor 15 (Stay Bright) dan Sulamit Smart Stay Velvet Lip Last nomor 22 (Stay Lovely). Walaupun masih satu suku yaitu pink, tapi warna yang dihasilnya sangat berbeda. Pun dengan teksturnya. Untuk lebih jelasnya, berikut aku jabarkan ya.


SULAMIT SMART STAY MATTE FINISH LIP PAINT 15 (Stay Bright)


No POM: NA18181303809

Enggak kalah dengan produk lokal lainnya, Sulamit juga mengeluarkan Lippaint. Walaupun termasuk sejenis lip cream, tapi Lip Cream Sulamit formulanya lebih cair dan ringan. Lip Cream Lokal ini punya hasil akhir yang bisa mengcover bibir dengan baik. Highly pigmented color, alias kita enggak perlu ngoles berkali-kali dan cepat kering pula. Maka enggak heran ya, kalau namanya Lippaint.

Isi Lip Paint-nya sendiri 4,5 gram, di mana ini cukup banyak dibanding lip cream saingannya. Mau tahu enggak apa kandungan di dalamnya? Berikut diantaranya.

Ingredients  

Isododecane, Talc, Microcrystalline Wax, Cyclopentasiloxane, Kaolin, Trimethylsiloxysilicate, Diisostearyl Malate, Pentaerythrityl Tetraisostearate, Disteardimonium Hectorite, Polyglyceryl-2 Triisostearate, Polybutene, Propylene Carbonate, Polyglyceryl-2 Diisostearate, Synthetic Fluorphlogopite, Sodium Dehydroacetate, Fragrance (Parfum).



Yang aku suka dari Sulamit Smart Stay Matte Finish Lippaint terletak pada aplikatornya yang gampang buat ngoles serta wanginya yang soft. Cukup penting loh buatku yang punya bibir tebel, habis kalau aplikatornya enggak cocok, malah nanti bakal belepotan kan. 


Sulamit sendiri ngeklaim bahwa Lippaint-nya enggak bikin bibir terasa kering. Cuma di bibir aku yang super kering dan cenderung pecah-pecah, Sulamit harus bekerja ekstra. Aku harus bener-bener mengkondisikan bibir supaya bersih dan super lembap dengan memakaian scrub bibir secara rutin, kemudian pakai lip care sebelum pemakaian Lippaint ini. Ternyata cukup bisa teratasi kok!


Jujur saja nih, begitu buka box-nya, yang aku khawatirkan justru sama warnanya. Warna yang super jarang aku pakai plus kayak terlalu muda buat kulitku yang berwarna medium. Lebih tepatnya mungkin enggak pede kali ya, karena memang belum pernah nyoba. Nah, aku ketika aku nyobain langsung dalam kondisi tanpa make up, shade stay bright memunculkan kesan pucat. Padahal kalau dilihat-lihat, warna ini sebetulnya cukup masuk di warna kulitku maupun warna bibirku yang cukup hitam. 

Oke, aku enggak mau berhenti mencoba. Harapan datang ketika niat photoshot. Aku niat dandan dengan look yang natural.

Suprisingly, cocok! Beneran enggak kelihatan pucat. Malah berubah jadi look yang fresh ala anak muda. I'm super happy. Bisa dilihat ya di foto berikut ini, asal make up ku tepat, Lip paint-nya masuk-masuk saja loh.

Ngerasa enggak cocok di kulit kalian? Dont worry, Sulamit punya 12 pilihan warna yang bisa kalian sesuaiin dengan warna kulit. Beberapa review juga bilang, kalau warna bold-nya, punya tekstur yang lebih lembap dan bisa nempel di bibir tanpa bikin crack. Boleh nih dicoba warna lain, barangkali buat koleksi, karena warna lainnya cakep-cakep.

Enggak perlu merogoh kocek banyak, karena harganya Rp 79.900 di akun Shopee. Masih termasuk terjangkau kalau dibandingkan sama produk lokal lain.


SULAMIT SMART STAY VELVET LIP LAST 22 (Stay Lovely)


No POM: NA18181303869

Another lip product from Sulamit: Sulamit Smart Stay Velvet Lip Last. Klaimnya bilang kalau formulanya didesain dengan teknologi khusus korea, jadi enggak membuat bibir terasa kering, malah akan terlihat sehat.

Sulamit Smart Stay Velvet Lip Last punya 12 pilihan warna berbeda yang disesuaikan dengan kulit orang Indonesia. Mostly warnanya punya kesan segar dengan hasil semi matte. Bahan-bahannya apa saja, ini dia diantaranya:

Ingredients :
Silica, Octyldodecanol, Polyethylene, Isononyl Isononanoate, utyloctyl Salicylate, Ethylhexyl Hydroxystearate, Diisostearyl Malate, Triethylhexanoin, Methyl Methacrylate


Sulamit Smart Stay Velvet Lip Last nomor 22 (Stay Lovely) yang aku dapatkan ini, punya tekstur yang moist dan cukup mudah dirapikan ke bibir. Warna Stay Lovely cocok buat daily look kalian, bahkan untuk kuliah sekalipun. Karena beneran warnanya tuh enggak lebay dan soft gitu, di bibir juga enggak terasa berat. Coba deh, kepoin warna lain, lucu-lucu juga cuy.



Nah, soal pigmentasi, aku pakai dari pagi hingga siang masih awet kok. Asal enggak makan yang bar-bar, tampaknya enggak bakalan bubar. Cuma ya teteup, aku musti pastiin kondisi bibir sehat dulu baru pakai Sulamit Smart Stay Velvet Lip Last. Karena waktu aku nyuruh Mama buat pakai, Sulamit Smart Stay Velvet Lip Last aman-aman wae tuh. Hiyaaaa.

Harga Sulamit Smart Stay Velvet Lip Last lagi diskon juga, cuma Rp 52.000, belinya di akun Shopee ya.


CANTIK DENGAN SULAMIT

Aku sih seneng ya, kalau ada produk lokal yang bermutu kayak gini. Harganya juga bersaing banget, terjangkau buat kalian yang demen make up maupun yang baru mau belajar. Dari ketiga produk yang dikirimkan ini, aku paling suka sama Twinkle Faux Eyelashes. Kayaknya pengen beli yang nomor lain deh, soalnya aku lihat bentuknya macem-macem tapi enggak lebay. Jarang kan cuy, aku make up pakai bulu mata palsu, jadi begitu dapet yang cocok, susah move on. Hehehe.


Buat kalian yang tertarik nyobain Sulamit Cosmetics, cus kepoin:

Instagram Sulamit | Website Resmi | Official Store | Facebook Page

Di sana kalian bakalan mupeng karena varian produknya banyak banget. Hehehe. Semoga review-ku membantu kalian dalam memilih produk Sulamit ya. Terimakasih Sulamit, terimakasih Beautiesquad, dan sampai jumpa di postingan selanjutnya. See ya!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Terbiasa pakai make up-no make up, atau bahkan berani enggak pakai make up sekalipun, tantangan collab kali ini sungguh bukan aku banget. Yas, seperti biasa, kalau sudah berhubungan sama yang namanya dandan, pasti aku lagi ikutan collab. Montly collab nya tentu saja barengan anak-anak beautiesquad. Anyway, sudah tahu belum temanya apa?

CRAZY RICH INDONESIAN MAKE UP!!! YHAAAA!!!


Terlepas dari kontroversi film Crazy Rich Asians yang cukup stereotip terhadap beberapa ras, film besutan hollywood ini mampu mendulang sukses dan membuktikan bahwa Asia patut diperhitungkan. Oke, back to make up collab ya, dalam kehidupan nyata, 'crazy rich' ada loh dimana-mana. Pun di Indonesia. Salah satu yang paling mencolok adalah dari gaya berbusana dan make up nya. Siapa sih yang enggak kenal sama Princess Syahrini? Bella Shopie? Genknya Nia Ramadhani? Sebut deh, siapa lagi? Yak, mereka ini tampaknya bisa merepresentasikan cewek-cewek 'crazy rich' nya Indonesia.

Tenang saja, sebagai orang yang terbiasa sama pola hidup sederhana (ecieeee), dandan kayak gini bikin aku keder juga. Entah kenapa semacam enggak dapet feel nya. Aku ngerasa enggak pede setengah mampus. Bolak balik dandan hapus dandan. Cari-cari baju yang kesannya rich. Sampai ublek aksesoris lama biar ada kesan blink blink. Tapi asli, jatuhnya tetep enggak pede. Beneran lebih nyaman jadi #sobatmisqin saja deh ternyata.

Maklum, aku kan beauty blogger kelas teri. Banyak pengennya tapi ada daya skill cuma seujung jari. Awalnya aku bikin make up look ala sosialita mau arisan gitu loh. Yang biasanya arisan cuma dapet panci, bayangannya aku dandan seakan arisannya sambil jalan-jalan keluar negeri. Nah, sudah jadi nih make up nya, tapi begitu aku preview di laptop, dungdeeeeng... kurang rich cobaaaa.... Sedih dong tentunya. Mana kondisi badanku agak ngedrop pula. 

Baiklah, berikut fotonya, aku bikin hitam putih saja ya, siapa tahu besok-besok bisa aku bikin blogpost atau sekedar share di Instagram (anaknya enggak mau rugi).


Aku ulangi di hari keberikutnya, saking niatnya, dan huaaa... malah enggak nyaman sama make up look kedua ini. Untung ada Suami sih, yang bisa aku mintain tolong buat foto dan tanya-tanya gimana hasil make up kalau ada yang beleber dan enggak rapi. Suamiku bilang, make up yang failed kemaren aslinya lebih bagus karena lebih rapi dan enak dilihat. Sedangkan yang sekarang, terlalu lebay katanya. 

Antara jengkel sama "berarti aku berhasil dong bikin look yang crazy", jadi aku semacam yakin hasil fotonya bakal lebih bagus gitu. Aku inget banget chat di WA grup collab, apa saja deh dipakai biar ada kesan richnya. Makanya, aku kudu pede lha wong cuma buat foto ini. Asal bukan buat ke pasar saja yekan? Bisa-bisa aku dikira mau jathilan. Hahaha.

Nah, Suamiku untungnya setuju bahwa kalau sudah di foto bakal tampak berbeda. Dia bilang kesan rich juga bisa diciptakan melalui angle foto berikut contrastnya. Aku enggak begitu tahu sih, pokoknya gimana caranya hasil fotonya bagus, aku muanuuut saja.


FACE
Avoskin Perfect Hydrating Treatment Essence
Kryolan Supracolor 1W
Wardah Everyday Compact Powder Shade Beige
Pond's BB Powder
Mustika Ratu Oxygenated Spray

EYEBROW
Viva Eyebrow Shade Black

CHEEKS
Lip Cheeck Eye Colour Brun Brun Paris
Caring Colours Luxurious Perfecting Blush

EYES
Inez Eyeshadow Vienna
Inez Eyeshadow Venice
Maybelline Volume Express
Prubasari Eyeliner Pen Daily Series (Black)

LIP
Wardah Exclusive Matte Lipcream Shade 07 - Hello Ruby


Crazy Rich Indonesian ini biasa berdandanan mewah, wow, dan semua yang mereka pakai kelihatan mahal. Kalau dandanan mereka diaplikasikan ke aku, jelas kayaknya enggak masuk ya. Syahrini mukanya flawless, Bella Shopie dandanannya mewah abis dan enggak satu selera sama aku, otomatis barang-barang ala Bella Shopie jelas aku enggak punya. Nia Ramadhani hidungnya mancung sedangkan aku pesek. Jessika Iskandar? Sudahlah, enggak usah banyak berharap, wajahnya saja lonjong dan giginya rata.

Jadi...aku putuskan untuk bikin make up imajinasi saja. Ini tetep Yosa Irfiana tapi versi horang kaya. Horang kaya ini suka dinner di luar sambil kongkow dan bahas bisnis. Azeg lebay.


THE TRUTH BEHIND MAKE UP

Buat mengawali segala ke-crazy-an ini, aku pakai foundation dan bedak yang warnanya terang. Pokoknya jangan sampai terkesan kusam. Segala noda jerawat dan flek hitam enyah dari wajah. Hasilnya memang dempul banget, tapi sosialita kadang begitu kan?

Aku lanjut dengan make up mata smokey, riasan ini biasanya dipakai sama Syahrini. Mata besar nan tajam makin dibold dengan bulu mata lentik nan badai. Memang sih ya, tatapan mata itu kunci kecantikan yang hakiki. Jadi make upnya kudu pas di bagian ini.

Sudah mulai kegerahan

Untuk bagian bibir, aku sempet bingung, mau warna pink, nude, atau bold sekalian. Jarang-jarang loh aku pakai lipstick warna merah membara. Karena riasan smokey juga cocok dengan lipstick merah, so, why not?

Di bagian pipi aku pulaskan Lip Cheeck Eye Colour Brun Brun Paris, cuma kok kurang tebel gitu.  Mungkin karena dempul ini terlalu putih kali ya hehehe. Aku lihat Syahrini pipinya merona banget, jadi aku tambahin Caring Colours Luxurious Perfecting Blush. Mayan hasilnya jadi lebih kelihatan. 


THE TRUTH BEHIND THE PHOTOSHOOT

FYI, aku dandan seperti ini butuh waktu sekitar 1 jam dan aku lakukan di siang hari. Agak heboh juga sih, mengingat cuaca sekarang panas banget kan. Di tengah photo session, hiyaaaa, aku keringetan! Bedaknya agak berubah jadi ndemplong (apa ya bahasa indonesianya). Terus aku juga enggak bisa bergaya ala sosialita, ala horang kaya, padahal semua pose sudah aku kerahkan sampai capek dan kegerahan. 

Cuma pesen saja sama Suami "Mas, tolong fotonya enggak usah banyak close up, nanti make up nya kelihatan demek. Dan jangan kelamaan, aku SUMUK" 


Iya loh kenapa sosialita dan horang kaya itu seneng dandan kayak gini sih, oh tell me why? Aku betah 3 jam pakai make up ginian saja sudah paling prestasi. Mana ini buat keperluan foto doang yekan, Alhamdulillah. Aku kondangan saja enggak seheboh ini kok. Paling banter bedakan tapi beberapa layer doang dan pakai riasan yang cenderung kalem.


Oke whatever lah ya, yang penting pada akhirnya aku bisa memilih beberapa foto yang menurutku sudah cukup crazy rich. Ini sudah mendingan loh, jadi kumohon jangan dibully ya hehehe.


Untuk look temen-temen yang lain, seperti biasa sudah di kolase oleh tim Beautiesquad. Ini diaaa....



Oiya aku suka banget sama look-nya si Elsa Liora, karena riasannya simple dan bisa kalian pakai buat daily look. Buat yang pengen tahu detailnya, bisa langsung ke blog Elsa ya.


Akhirnya sampai juga di penghujung acara, sekian dulu collab make up dengan curhatan terselubung ini. Sampai jumpa di collab selanjutnya. 

Pokoknya kalau ditanya seberapa gregetz nya elo? Jawabannya adalah: Aku bukan genk sosialita, tapi dandananku Crazy Rich Indonesian. Yhaaaa!!!!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Selama ini, dalam memilih skincare, kalian cenderung picky soal harga atau ingredients sih? Atau jangan-jangan asal kena 'racun' saja oleh speak maut mbak BA sebuah produk plus habis lihat postingan beauty entusiast yang sudah melalang buana. Karena jujur ya, sekarang jumlah skincare makin hari makin beragam, baik itu produk luar maupun persaingan produk lokal. Cukup membingungkan bukan, apalagi untuk (orang yang ngakunya) Beauty Blogger macam aku gini. Kena sihir janji ngilangin jerawat dalam waktu cepat, pasti langsung berangkat! Beneran deh, kayaknya kita lebih suka iming-iming doang, ketimbang cari tahu sendiri apa kandungan yang baik dan enggak baik bagi kulit kita. Kita lebih seneng percaya sama teknik marketing sebuah produk tanpa tahu benar enggaknya.

OK, aku enggak akan bertele-tele. Setelah sekian lama enggak ngadain Ngopi Cantik, bulan ini Beautiesquad kembali hadir dengan tema "Mengupas Mitos dan Fakta Seputar Skincare". Narasumbernya adalah Azzahra R. Karmila atau akrab disapa Mia. Kalian bisa mengunjungi blognya: http://insommia.net/ for sure. Mia bukan skincare dan make up ingredients expert, tapi, dia sering melakukan penelitian ilmiah untuk mendukung analisis dari ahli yang sebenarnya. Jadi, dia bakal sharing apa yang pengetahuannya secara cuma-cuma. Aku rangkum buat kalian semua ya.


Sebagai beauty blogger, alangkah baiknya kita bisa bantu mengedukasi orang agar enggak sembarangan percaya dengan informasi yang beredar. Cuma memang enggak semua orang bisa ngakses ke sumber-sumber tertentu yang bisa dipercaya, karena sebagian besar sebetulnya adalah untuk studi atau penelitian. Ada 5 hal yang penting sebagai pengetahuan basic kita supaya tahu, yang mata mitos, yang mana fakta. Nah, berikut diantaranya:

1. Kosmetik natural dan kosmetik berbahan dasar kimia. 

Enggak semua kosmetik natural itu safe dan nggak semua produk sintetis, which is diproduksi dengan menggunakan bahan bahan kimia itu berbahaya. Masih banyak dari kita yang suka ngeshare "produk ini aman tanpa bahan kimia", padahal secara konteks justru bisa salah karena jadi kayak pembodohan umat. 

Penjelasannya gini, misalnya kita ngomongin soal water, pasti banyak ya di toner, moisturizer, lotion, dan lain-lain itu pasti selalu jadi ingredients pertama atau kedua yang dicantumin di produk. 

Water -> aqua -> air -> H2O. 

Water itu natural, safe, aman selama enggak ada rasa, bau, dan warna yang aneh. Tapi seperti yang kita ketahui bersama, yang namanya air itu ada namanya sendiri di ilmu kimia: H2O. Jadi, enggak bisa dibilang natural itu enggak mengandung unsur kimia. 

Sedangkan kenapa sih yang natural nggak selalu safe? Ini nanti ada hubungannya sama topik kedua. Tapi sekarang kita bahas yang gampang saja. Kita pasti pernah denger kan, yang namanya titanium dioxide dan zinc oxide. Apalagi yang suka pakai sunscreen.

Nah, kedua bahan ini punya fungsi sebagai sunscreen agent yang bagus untuk melawan UVA dan UVB. Tapi faktanya, sunscreen agent yang diproduksi di pabrik itu dibuat dalam bentuk sintetis. Jadi walaupun di alam ada juga yang namanya titanium dioxide dan zinc oxide, kedua bahan ini enggak safe kalau kita pakai buat bahan skincare, karena beracun. Jadi perlu diputarbalikkan mindset itu bahwa natural nggak selalu safe, dan sintetis nggak selalu bahaya. 

Contoh lain, misalkan ngomongin silikon. Silikon itu sintetis, suka banyak yang menganggap ini bahaya. Biasanya karena kita suka denger atau baca artikel yang ngomongin soal suntik silikon. Bahwa ya, memang ada jenis-jenis silikon berbahaya, itu bener. Tapi kalau sifatnya untuk kita pakai sebagai skincare, produsen juga mikir, nggak mungkin menggunakan bahan berbahaya buat ditemplokin ke muka. Dimethicone itu sangat aman, dan sebetulnya merupakan jenis silikon terbaru yang nggak bikin pori pori kita tersumbat. 

2. Ngomongin soal paraben. 

Jadi paraben ini sifatnya sintetis, alias dibikin dengan menggunakan unsur unsur kimia, enggak berasal dari alam. Salah satu alasan kenapa orang orang takut sama paraben itu karena katanya sih penyebab kanker payudara. Coba deh ikutin Instagramnya @labmuffinbeautyscience  dan channel Youtube: labmuffinbeautyscience. Atau mungkin kamu malah pernah baca juga artikel dia tentang paraben. Nah, dari yang Mia baca, sebetulnya ada mispersepsi soal paraben ini.

Sejarahnya begini, media itu sempat menggembar gemborkan bahwa paraben sebagai reseptor estrogen yang bisa mempengaruhi hormon wanita. Estrogen ini dikaitkan sama penelitian kanker payudara dan ketidakmampuan wanita melakukan reproduksi. Mereka salah mengartikan gara gara ada penelitian yang dilakukan tahun 2004 terkait kanker payudara, di mana katanya sih di jaringan dalam payudara ditemukan paraben. 

Cuman sebetulnya jumlah paraben yang ditemukan itu, kalau diibaratkan, seperti sejumput pasir yang kita genggam pas kita lagi di Sahara. Artinya, sedikit banget. Jadi, kalo ada green beauty campaign yang nyebut "no paraben, no lanolin, no SLS", menurut Mia adalah pembodohan. Di Indonesia, kebanyakan produk itu pake ethylhexylglycerin, phenoxyethanol, sama DMDM hyantoin buat bahan pengawet kosmetik, atau skincare. 

Sampai sejauh ini, paraben termasuk yang paling aman. Karena udah ratusan tahun dari sejak ditemukan sampai sekarang, kasus alergi atau kasus yang membuat paraben dianggap berbahaya itu sangat sedikit. 

Sementara phenoxyethanol itu dilarang di beberapa negara, dan kemungkinan alergi yang timbul itu rasionya lebih besar dibanding paraben. DMDM hyantoin itu bahan pengawet yang merupakan jenis formaldehyde, dalam arti, ketika ada bakteri hinggap di skincare, DMDM ini fungsinya sebagai antimikroba yang akan membunuh bakteri. Walaupun sampai detik ini masih dianggap aman, tapi Mia, kadar persen yang boleh dipakai itu 0.2%. Kemungkinan kulit kita iritasi itu jauh lebih besar ketika menggunakan produk dengan bahan pengawet DMDM. FYI, Mia bilang ini masih teorinya Mia, jadi kalau misal ada yang enggak berkenan, mungkin bisa saling diskusi bareng.

Lanjut lagi ya. Karena CIR (Cosmetics Ingredients Review), salah satu lembaga terpercaya yang didirikan di Amerika atas inisiasi beberapa brand kosmetik, ngerilis info kalo DMDM hyantoin, phenyoxyethanol, dan paraben aman selama memenuhi standar safety-nya mereka.Ada juga sih EWG, Environmental Working Group. Tapi Mia pelesetin jadi Environmental Worry Group, karena mereka salah satu lembaga yang ngerilis info paraben itu bahaya. LOL. Lucu uga ya.

Jadi intinya, Mia kasih saran, sebaiknya kita cari info di CIR. EWG bisa jadi acuan tapi jangan jadi patokan utama buat nyari bahan ingredients. CosDNA soalnya suka ngambil dari EWG, jadi ya, agak kurang percaya juga kan.

Anyway, ada studi di tahun 2007 yang mempelajari soal pembesaran jaringan payudara yang tidak normal pada tiga remaja laki laki; mereka jadi punya payudara. Namanya prepubertal gynecomastia, bisa di-googling kok. 

Studinya dipublikasikan di New England Journal of Medicine. It turns out, ternyata tea tree oil dan lavender oil penyebabnya; dua oil ini bisa merangsang estrogenic effect. Jadi gak selamanya yang natural itu safe. Dan paraben itu gak bahaya, kok. Karena biasanya paling banyak 1% kandungan paraben di skincare; malah sebetulnya biasanya cuma 0.1-0.2% saja.

3. Petroleum Jelly dan mineral oil berbahaya? Mitos.

Ini natural, karena mineral oil dan petrolatum itu terbentuk dari hidrokarbon. Apakah safe? Tentu safe. Rata-rata orang pada takut karena disebut sebut kalau mineral oil dan petrolatum itu berasal dari petroleum. Petroleum itu cairan yang ditemukan di bawah batu sedimen, biasanya dipake untuk bahan bakar mobil (bensin) dll. Tapi petrolatum atau mineral oil yang dipake di skincare itu hasil distilasi, dan kalo misal ternyata produsen membeli mineral oil dan petrolatum yang diproses purifikasi terbaik, sebetulnya itu bahan yang enggak akan bikin clogged pores. 

Jadi misal nih, kayak kita beli produk mengandung mineral oil terus malah kayak bikin komedoan atau jerawatan, belum tentu itu penyebabnya. Bisa jadi sejak awal pori pori kamu tersumbat tapi enggak nyadar, atau bahan mineral oil yang dipakai itu bukan hasil purifikasi terbaik. Mungkin produsen beli yang murah meriahnya untuk menekan cost produksi, so jangan langsung nyalahin skincare kalo nggak berguna di kulit kita.

4. Gold dan Collagen sebagai bahan anti aging? Mitos. 

Ini dimulai ketika tren mengawinkan unsur metal ke skincare, tim marketing ngelaunch tren ini supaya pada banyak yang beli. Aku yakin pasti ada yang pernah pake, karena aku pun salah satu yang dikirimin produk mengandung partikel nano gold. Sampai sejauh ini, kalau mau ngomongin soal unsur metal, yang paling bisa dipercaya itu copper-peptide. Karena sudah ada cukup banyak penelitian yang mengarah ke sana, dan peptide sendiri memang salah satu bahan menjanjikan untuk antiaging. 

Nah, buat collagen sendiri, ada istilah hydrolyzed collagen. Jadi intinya sih itu berupa collagen yang dipecah pecah lagi hingga jadi molekul terkecil. 

Bingung ya hahaha, tapi beauty blogger perlu tahu dong seenggaknya apa itu Dalton rule. Gampangnya sih, Dalton rule itu salah satu cara yang bisa dipakai untuk menentukan apakah suatu bahan itu skincare atau drug (obat) yang bisa jadi skincare. Kalau di bawah 500 maka sifatnya drug, kalo di atas 500 maka itu skincare. 

Cara nyari taunya gimana? Cari massa molekulnya (molecule weight). Salicylc acid di kisaran seratusan, jadi itu sifatnya bisa jadi drug, makanya tidak disarankan buat ibu hamil. Sementara collagen itu di kisaran molecular weight 80-12 kD, jadi kira-kira ribuan sampai puluh ribuan. 

Kalau pake logika, gimana ceritanya collagen bisa membantu untuk anti aging padahal nembus ke lapisan kulit teratas aja gak bisa? Malah bakal jadi sit on top saja. Itu sebabnya kenapa Mia cenderung nyebut collagen sebagai humektan, karena cuma bisa bikin kulit jadi lebih moist saja. Sementara salicylic acid, berhubung dia bisa jadi drug, maka sangat mungkin bisa nembus ke pori-pori terdalam, dan membantu melakukan eksfoliasi dari bagian dalam kulit. 

5. Tentang Retinol Retinol itu di kisaran 200an, jadi memang bisa jadi bahan anti aging, itu bener alias fakta.

Nah, setelah Mia kelar kasih materi, ada beberapa pertanyaan yang makin nambah kita pengetahuan. Aku rangkum saja ya, supaya lebih ringkas dan jelas.

Seberapa Pentingnya BPOM Dalam Sebuah Produk

Seharusnya BPOM itu ngegenjot lebih strict lagi karena sekarang banyak produk beredar atas izin BPOM, tapi tanpa pengecekan dari BPOM sendiri. Dari yang pernah Mia baca, kode izin edar sama kode sudah dicek oleh BPOM sendiri itu beda. Untuk izin edar namanya notifikasi kosmetik, sementara nomor registrasi BPOM diberikan oleh BPOM setelah sampel produknya diuji. 

Sayangnya, sayang banget, BPOM itu nggak kayak FDA. FDA itu semacam BPOM di Amerika. Contoh mudahnya ya, susah lho mau nyari Peraturan Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika Indonesia yang lengkap. Ada pun tapi sudah out of date banget, tepatnya tahun 2011. FDA punya ini dan diatur sedemikian rupa walaupun mereka juga belum 100% sempurna. Intinya sih mulai dari permintaan konsumen yang ingin serba green, makanya industri menjawab demikian: no paraben, no lanolin, dll. Kayaknya kita memang sedang gampang terpengaruh dan enggak diimbangi dengan wawasan luas ya. Hehehe. Baiklah, habis ini kudu lebih teliti lagi dan kudu open mind soal ingredients. Biar enggak dikira Beauty Blogger Abangan. ((ABANGAN))

Anjuran Pemakaian Skincare

Aturan sebenarnya kan dibuat karena ngeliat dari rata-rata yang dibutuhkan konsumen dalam pemakaian, mirip kayak minum obat, ada tujuan tertentu. Bakal ketahuan nantinya kalau emang overdose, pasti ada reaksi tertentu di kulit kita. Tapi misal nih kayak pake masker yang katanya 2-3x seminggu, buat aku tetep tergantung kulitnya sendiri. Kalau memang badak dan perlu lebih banyak, why not? Mia nih ya, pakai AHA tiap hari dan sejauh ini cukup efektif kok. Padahal ada anjuran 2-3x seminggu pemakaian loh.

Memilih Skincare Yang Safe

Mia biasanya baca dulu bagian komposisi buat milih yang safe buat kulit. Ini yang paling penting buat diketahui: kalau misal ada komposisinya berupa aqua tanpa satu pun bahan pengawet, jangan pernah beli. Karena air itu perlu bahan pengawet, dan embel embel natural sekarang ngarahnya ke "tanpa bahan pengawet". 

Kalau misal dia tanpa bahan pengawet, kayak Pyunkang Yul Essence Toner tapi mencantukan PAO, misal 6 bulan, buat aku masih safe. Aku cenderung menghindari produk yang non cruelty free karena banyak yang dibuat di China, dan yang di China dipalsuin dan dijual lagi di Indonesia dan aku gak yakin yang beredar dijual bebas di e-commerce 100% asli, bisa jadi suatu saat zonk ternyata malah beli palsu dan dipake. Jadi itu alasannya kenapa aku pilih brand cruelty free, menghindari kemungkinan dapet barang palsu. Sesuai preferensi masing masing. 

What Should Beauty Blogger Do

To be honest, cukup susah juga ya kalau mau jujur tapi tidak menyakiti hati klien. Tips dari Mia, dia  biasanya diperhalus kata katanya, misal: "walaupun no paraben, sebetulnya paraben sejauh ini masih dianggap safe kok. Kecuali kalau kamu alergi paraben, maka sebaiknya hindari produk mengandung paraben". Jadi aku selalu nyebut, kalo kamu nggak ada alergi sama bahan tertentu, sebetulnya ini safe. Tapi brand A dengan judul X itu memang tidak memakai bahan Y sama sekali. Jadi jika concern kita adalah produk tanpa bahan Y, maka kamu bisa mempertimbangkan membeli brand A.

Pemakaian Chemical Peeling

Kalau sesuai anjuran itu sekitar 2-3x seminggu. Tapi Mia pakai lactic acid yang TO sama serum X FSS hampir tiap hari, selang seling, karena tahu kalau dua duanya mild dan kulitnya bisa ngetolerir. Pas berjerawat justru bakal lebih cepet pulih pas pake chemical peeling. Di awal pernah sebel sih pasti gara gara jerawat nambah banyak banget. Tapi jadi lebih cepet diganti kulit baru. 

Penyimpanan Skincare Di Kulkas

Enggak ada masalah sih kalau mau nyimpen di kulkas dalam waktu lama. Karena biasanya sih yang bikin kita simpen di kulkas supaya tekstur, warna, dan wanginya nggak aneh aneh, atau juga menghindar dari jamur. Ada produk yang bisa kayak gini kalo gak dikulkasin, ada juga produk yang bakal baik baik aja kalo gak dikulkasin, contohnya kayak Vaseline atay clay mask. 

Rescue Untuk Kulit Dry and Sensitive

Yang pasti supaya keadaan skin barrier-nya bisa seimbang harus ada produk hydrator dipakai, kalau tipe kering itu pake humektan macem glycerin, atau occlusive kayak wax atau oil. Soalnya kalau barrier-nya bermasalah, gampag banget masalah kulit timbul. 

Jadi buat rescue bagusnya: 
1) Kontrol kesehatan, 
2) Pake sabun cuci muka yang pH friendly, 
3) Pakai produk yang bisa ngerepair skin seperti yang mengandung ceramide, urea, vitamin B5, 
4) Pake sunscreen yang emang sudah cocok banget di kulit; kecuali kondisi kulit beda jangan ganti ganti. 

Tenyata, ilmu per-skincare-an basic gini saja, aku baru paham loh. Next, aku kudu ngerti kondisi kulitku dulu sebelum pilah pilih bahan yang tepat. Kan selama ini aku masih sering salah kaprah soal skincare, enggak mudeng ingredients, enggak dipelajari dulu klaim produk, pokoknya asal templok saja di kulit. Ya pantes, kalau masalah jerawat enggak kelar-kelar.

Enggak sia-sia banget ikutan sharing di Ngopi Cantik #7 barengan Beautiesquad. Beneran nambah ilmu dan bisa dipraktekkin langsung, biar julukan Beauty Bloggernya makin mumpuni. Enggak abal-abal dan asal terima review produk tanpa mengedukasi. Wah aselik seneng. Makasih banyak Beautiesquad dan Mia.

Oiya, buat kamu yang pengen gabung di Ngopi Cantik, bisa banget. Pastikan kalian adalah blogger yang sudah gabung di Grup Beautiesquad. Nanti di grup facebooknya, bakal banyak info pendaftaran collab tiap bulannya dan Ngopi Cantik via online seperti ini. Tertarik? Buruan yuk gabung. Sampai jumpa di Ngopi Cantik berikutnya ya. See ya!
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Beberapa waktu lalu, aku bikin blogpost tentang: "Kalau kerja, anak gimana?" Lalu bikin lagi "Gimana sih kalau lagi berdua sama Alya?" Semua beneran aku jabarin buat kalian yang pengen tahu. Suami Istri bekerja sebagai digital nomad begini ada asiknya juga kok. Salah satu yang bikin kami santai dan tenang-tenang saja, ya karena kami bertiga ngerasa kompak mau gimana pun keadaannya. Solid dulu bruh, biar kalau ada masalah enggak lama-lama mikirnya.

Antara ngerasa bersyukur tapi juga iyaaa gampang stress loh kalau kebanyakan di rumah, jadi, walaupun freelancer tetep kudu pinter-pinter ngatur waktu. Oh enggak, aku enggak minta Tuhan buat rubah 25 jam per harinya, karena mustahil saja yakan hehe. Aku cuma pengen berbagi nih, kalau misal kami berdua ada di rumah bertiga, dalam 24 jam itu kami ngapain saja sih di rumah. Memangnya betah? Kalau bosen gimana? Pertanyaan kalian akan aku rangkum dalam satu blogpost kali ini. 


Jadi begini ya, sebagai gambarannya, aku sama Suami kalau lagi di rumah bareng, bukan berarti enggak ada kerjaan. Ini biasa terjadi tiap hari, tapi bukan berarti rutin banget sih. Ada kok saat-saat kami males-malesan terus keluar rumah seharian, terus enggak masak, dan lupa beberes rumah. Pokoknya mah bebas, wong tinggal bertiga doang ini. Hehehe. Rutinitas yang akan aku tulis ini cuma sekedar kebiasaan kami secara umum. Di rumah kami, mau weekdays atau weekend kayaknya sama saja deh. Ya kalau bukan karena Alya sudah sekolah, mungkin kami enggak bakal kenal yang namanya tanggal berapa. Kami lebih mengenal dan akrab dengan hari di mana kami harus nagihin invoice biar cepet cair (jujur amat, tagihannya seret ya?).

Kami tiap hari kalaupun enggak ada orderan, ya cari-cari kerjaan. Contoh gampangnya, Suamiku tetep rajin ngikutin kontes desain dan juga isi stock desainnya di situs-situs microstock. Nah, kalau ada orderan, yang dinomorsatuin bakal orderannya duluan. Itupun pakai waiting list dulu dan kasih deadline sendiri biar kerjaan enggak numpuk jadi beban. Sementara aku kalau enggak ada gawean nulis naskah, beralih fungsi jadi blogger. Gampang loh menilai aku lagi sibuk enggak, yea, hanya dengan lihat blogpostku tiap bulan, terjawab sudah kan?

Nah, setiap hari, Suamiku bangun lebih pagi daripada aku. Loh kok? Bentar jangan emosi dulu, simak sampai habis, nanti bakal nemu jawabannya di penghujung acara (apeu).

via GIPHY

Oke, sampai mana tadi, ohiya, Suami bangun subuh. Buka-buka email, cek kontes yang di rating, garap revisi, sampai riset buat ide baru. Tergantung tingkat urgensinya tadi. Aku enggak begitu tahu dan memang enggak maksa buat tahu juga sih, karena dia lebih mood mengatur kerjaannya sendiri. Alias kalau aku crewet banyakan ngepush buat dapetin uang, dia bakalan buyar moodnya seharian. So, aku bangun tidur beberapa saat setelahnya, baru aku nanya tipis-tipis "ngerjain apa yang?". Di sini dia bakalan ngomong progressnya, apa saja yang akan diselesaikan, hari ini ada waktu luang enggak, sampai ngasih tahu kemungkinan fee yang akan cair. Tugasku cuma akan mengingatkan, terus nyemangatin kalau sudah mulai loyo. Pokoknya, pagi-pagi sering buat diskusi. Karena kalau malam hari lebih sering sudah capek terus ketiduran hahaha.

Ketika aku sudah bangun itu, aku ngobrolnya sambil ngerjain sesuatu juga, tapi yang urusan dapur dan bersih-bersih. Kadang saking berisiknya, Alya jadi ikut kebangun, tapi dia biasa nonton TV sambil nunggu air mateng sih. Oiya, kami masaknya gantian, kalau aku lagi selow, ya aku yang masak, dan sebaliknya. Sesadarnya saja. Misal lagi banyak kerjaan dua-duanya, ya beli lauk. Kalau lagi enggak sibuk dan banyak duit, ya makan di luar hahaha.

Jam-jam prime time kami sama kok. Jam 6. Biasanya aku sudah berubah jadi wanita ekstra. Nyapu sambil nyuapin sambil ngepel sambil siapin bekal Alya. Bisa kok, karena yaelah semua ibu juga gitu kan hehehe. Suamiku biasanya mandi duluan karena aku masih sibuk beres-beres. Baru setelah aku kelar bebersih rumah, aku mandi dan Alya siap nunggu di depan.

Aku nganter Alya sekolah jam setengah 8, kalau enggak ada deadline, ya aku tungguin sampai rampung. Alya masih sering drama di sekolah, masih kudu ekstra jagain, pagi tadi saja dia berantem sama temennya cuma gara-gara diserobot baris berbaris. Repot banget deh, gitu saja jadi masalah. Padahal habis itu ya main lagi kayak biasa. Anak-anak yakan cin!

Alya kelar sekolah jam setengah 10. Kadang jalan-jalan lewat desa dulu, kadang ngemil dulu, atau kadang minta dianter ke rumah eyang. Kalau dititipin ke rumah Mama, gampil lah, kerjaanku bakal cepet kelar. Beres-beres rumah juga lebih gampang. Nah, kalau dia ada di rumah seharian, waaah ini, kami kudu ikhlas bener-bener gantian ngajak main. Anaknya heboh sih, jadi dia kudu banyak kegiatan, enggak bisa yang disuruh diem sendirian baca buku, nonton film, atau mainan sendiri gitu. ENGGAK BISA!

Mana kalau siang anak-anak di komplek enggak pada keluar rumah pula. Mostly masih pada sekolah karena full day. Di sini aku atau Suami kudu pinter-pinter nih ajakin dia mainan yang kreatif, misal kayak bikin prakarya atau ngecat apa gitu. Kalau enggak ada kegiatan, dipastikan akan rewel.

Kalau Alya moodnya enak dan makannya kenyang, Alya tidur jam 11 an. Mentok jam 1 an lah. Seingatku sih, Alya belum pernah enggak tidur siang, kecuali mungkin kalau lagi jalan di luar. Eh, itupun tetep tidur loh walaupun bentar. Nah, Alya tidur siang ini sangat krusial, terlebih yang pakai adegan minta dikelonin. Karena dapat dipastikan, aku atau Suami pasti ikutan tertidur di sebelahnya. Untungnya, Alya sekarang sudah bisa tidur sendiri. Buntungnya, aku sama Suami enggak bisa curi-curi waktu tidur siang (eh gimanaaa).

Baca juga: Mendisiplinkan Anak Tidur

via GIPHY

Kalau Alya tidur, ini kesempatan aku buat mengerjakan sesuatu. Misalnya setrika, atau lipat-lipat baju saja gitu, biar tumpukan jemuran kering jadi rapi. Tapi kalau lagi ada kerjaan naskah, aku pilih nulis saja dong ya hehehe. Karena buatku, setrika masih urusan nomor kesekian. Enggak yang urgent-urgent amat.

Suami di jam-jam itu masih kerja juga tuh. Dia kayaknya dari pagi sampai malem deh, paling diselingin masak di siang hari atau olahraga di sore hari gitu. Asiknya, di komplek kami, bapak-bapaknya juga demen olahraga, bisa pagi atau sore, tergantung jam selownya. Chit chat saja di grup, paling hitungan menit langsung pada keluar semua.

Alya bangun sekitar jam 2 atau 3. Kalau sebelum tidur belum makan, aku suruh makan setelah bangun. Baru habis itu mandi. Sore hari agak longgar nih, karena anak-anak komplek pada keluar rumah semua. Jam-jam ini aku pakai buat olahraga di rumah, via youtube dong apalagi deh? Hehehe. Mentok 1 jam. Jadwal Yoga ku tiap kamis malam, jadi tiap hari aku selang-seling senam sama squat ringan. Pokoknya asal ada waktu aku usahain olahraga.

Magrib kami di rumah. Makan bareng, ngobrol bareng, nggambar, baca-baca, ini moment kami kumpul yang bener-bener kumpul. Tapi ya teteup, ceritanya lebih ke tentang Alya. Alya ngapain saja, progressnya sudah sampai mana. Kalau ada yang dia belum bisa, kami kejar. Asal masih normal, kami enggak memaksakan.

Nah, yang jadi persoalan lagi, kadang kalau aku banyak kerjaan, aku masih kudu tetep nunggu Alya tidur dulu baru bisa serius nulis. Butuh konsentrasi tinggi kan ya, butuh suasana tenang kan ya, jadi ya tetep nunggu Alya tidur malem biar semuanya terselesaikan.

Suamiku tidurnya biasa bareng jam Alya tidur. Jam 9 kalau enggak ada temen yang mampir rumah, bisa dipastikan dia sudah tidur. Mau dibilang masa' desainer tidurnya gasik, ya enggak apa-apa. Daripada sakit kemudian, toh yang mau nanggung siapa. Memangnya situ? Kan enggak. Jadi ya bodo' amat deh tidur jam 9 an.

Lagian Suamiku sudah sering ngeluh soal backpain. Backpain ini bukan penyakit main-main, enggak enak banget deh serius. Bikin kualitas tidur enggak nyaman dan tenaga lemes karena kurang istirahat. Pola hidup Suamai waktu remaja otomatis kudu diganti sebelum terlambat. Ya, walaupun aku masih sering begadang, tapi kalau enggak ada kerjaan, aku tetep tidur jam 9 an juga kok. Siapa sih yang mau begadangan? Rhoma irama sampai sudah mengingatkan loh!


Misal nih kudu begadang banget karena lagi banyak deadline, aku usahakan jam 12 malam sudah kelar, dan besok siangnya aku kudu ikut Alya tidur siang. Seeebisa mungkin dalam sehari kecukupan tubuh untuk istirahat selama 8 jam terpenuhi. Alhamdulillah selama ini bisa sih ngatur jadwal kayak gini.

Oke, kalau malam hari aku enggak ada kerjaan, sebelum tidur, aku langsung bersih-bersih dulu. Semua piring, gelas, magic com, dan lantai aku bersihin dulu. Sampai siapin masakan buat pagi hari biar enggak terlalu keburu-buru. Suami sudah tidur aku mah biasa, wong paginya dia bangun lebih pagi daripada aku kok hehehe.

Nah, supaya lebih jelas, jadi aku petakan ya. Tiap hari kami punya waktu 8 jam untuk istirahat, 8 jam untuk bekerja sambil momong, dan 8 jam untuk mengerjakan pekerjaan rumah sambil momong juga. Sudah kayak shift-shiftan biarin. Yang penting ya memang itu kok fungsi bekerja di rumah. Kan niat awalnya biar bisa deket sama Alya. Sungguh alasan klasik bukan? Ala-ala orang tua millennials? Keren ya. Krik.

via GIPHY

Fiuh akhirnya nulis juga keseharian kami dalam satu blogpost. Hiahaha, kalau enggak karena ada yang nanya kalian ngapain saja di rumah, dan yes itu kadang bikin gondok, mungkin enggak jadi blogpost deh. Anyway, makasih loh buat yang sering nanya kabar kami, karena beneran, di rumah pun enggak jaminan bisa sesenang mungkin. Apalagi kalau situasinya enggak mendukung. Makanya kami sangat berusaha banget menjaga mood masing-masing. Serius, kalau ada salah satu yang enggak mood, bakalan bikin buyar semuanya. Enggak enak banget lah.

Kami berusaha juga setiap hari ada kegiatan keluar rumah, kami kan butuh ketemu orang, butuh interaksi. Entah itu keliling kota naek vespa, berkebun, nongkrong minum kopi, main ke tempet temen, renang, dan masih banyak lagi. Menghirup udara luar sering bikin aku relaks loh FYI. Bosen ah di rumah terus, bertiga terus. Iyaaa, memangnya bertiga terus enggak bosen apa? Sesekali butuh sendirian nih, biar kangen. Alya juga gitu kok, anaknya bosenan, mana kami kalau sibuk kerja suka buntu mau ngajak main apa. Jadi ketemu temen-temen sepantaran memang banyak gunanya.

Terakhir, kami lagi berencana tiap minggu keluar kota buat piknik. Ini berguna banget mengingat kami sekarang lebih sering di rumahnya enggak ketulungan. Oh please dong, besok ada syuting kemana gitu aku ikut. Hahaha. Enggak ding, aku beneran pengen piknik gitu sebagai agenda rutin, tanpa ada beban. Kalau ikut syuting mah bukan piknik ya, melainkan pelarian dari kejenuhan ketika di rumah saja. LOL, kayak hidup sudah banyak pengalaman saja.

Well, sekian dulu ya curhatnya. Enggak nyangka jadi segini banyaknya. Makasih buat yang berkenan baca. Barang kali ada yang masih mengira aku pengangguran atau kerjaannya ngepet, setelah baca ini, bisa tercerahkan. Peace yo!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Kapan hari, pas kami makan di luar, ada moment yang cukup membekas buat dijadiin pelajaran. Ya salah sendiri sih, sekalinya dapet jackpot kerjaan, hobinya ngabisin duit buat kulineran. Sungguh hal yang nirfaedah kalau dilakukan terus-terusan yekan. 

Jadi waktu itu, pertama kalinya Alya lihat mobil mewah berhenti di valley parkir. Mobil yang pintunya bisa buka sendiri itu loh dan dia takjub. Melongo. Ndeso. Sambil teriak pula: "Wah keren... kita bisa beli itu enggak ma?". 

Shock juga sih kenapa harus ada kata "kita bisa beli enggak?" Memangnya butuh? Memangnya kami bisa beli? Makanya walaupun aku ngakak denger celutukannya, aslinya aku mikir dalem banget. Beneran nih kalau punya uang bakalan beli mobil yang mahal-mahal? Beneran nih bisa berjuang cuma buat dapetin mobil doang?

Yak, yang mau aku bahas di sini adalah soal gimana cara kita bertahan hidup dan apa saja sih yang kita butuhkan. Pas banget karena beberapa hari ini ngerasa bahwa pendapatan dan pengeluaran kok ya ngepres enggak ada sisa.

Photo Credit: Chandra Pradityatama
Sudah bukan rahasia lagi, waktu aku giat bekerja, ngabisin gaji termasuk kesenangan tiada duanya. Heran juga, duit selalu habis seberapapun jumlahnya. Ada sih beberapa aku tabung buat kebutuhan dadakan, tapi itu enggak seberapa. Aku lebih memilih foya-foya ketimbang nabung buat masa tua. Bisa dibilang ini akibat dulu aku enggak bisa dapetin yang aku mau. Jadi misal gajian, ya itu hak ku, aku sudah susah payah kerja cari uang, masak enggak boleh sih senang-senang. Hiyak, cem mana bisa berkembang kalau gini caranya.

Aku mulai punya tabungan justru ketika ada wacana nikah. Padahal aku dan (calon) Suamiku ini sudah bukan pegawai kantoran lagi. Kami sudah resign dan sama-sama freelancer. Lebih susah kan sebetulnya, tapi ya bisaaa loh, kalau dipaksa! Karena aku jadi sadar, baru ngeh gitu kalau hidup itu harus ada tujuan, dan semua kok rasanya berbau uang ya seus. Cry me a river enggak sih ini?

via GIPHY

Deal or no deal, itulah yang namanya realita. Idealnya gini. Nikah mau gaya gimana, ya sesuaikan budgetnya. Habis nikah mau punya anak berapa, ya harus siap materi dan mental. Habis punya anak mau disekolahin dimana, ya kudu siap nabung karena termasuk kewajiban. Jangan sampai nambah beban mulu, tiap kita memilih sesuatu. 

Eits jangan salah, gini-gini aku punya satu prinsip yang selalu aku pegang teguh: aku enggak mau memaksakan keadaan. Semua yang sudah berkecukupan, harus disyukuri. Itu yang harus dimanfaatkan, kalau misalpun besok pengen naikin kemampuan, ya kudu pelan-pelan. 

Iya aku berjuang, tapi duit yang aku pegang, selalu jadi pedoman. Oh bulan ini aku belum bisa nabung nih, aku kudu alokasikan ke pengeluaran bulanan. Oh bulan ini ada sisa, Alya bisa beli mainan. Dan sekarang, hal yang terpenting adalah jangan sampai nambah hutang. Segini saja sudah cukup deh. Kalau bisa malah harus segera dilunasih, biar plong, karena hutang itu beban banget loh ternyata.

Mungkin terdengar gampang dan halah gitu doang. Tapi kalau kalian sadar, ini susah bingit loooh! Beberapa temen ngaku makin tinggi karir yang kita capai, makinlah kita jumawa menyetarakan keadaan. Sayangnya, enggak sedikit yang kemudian menyesali karena kebutuhannya meningkat drastis dan enggak bisa mencukupinya. Jadi, sebelum terlambat, mari kita renungkan dari lubuk hati yang paling dalam.

Baca juga: Tentang Pilihan Menjadi Freelancer

Aku tahu kok, setiap orang punya tingkat kebutuhan berbeda dan berubah seiring perjalanan karirnya. Gini loh, misalnya dulu kita cuma bisa jalan kaki naik angkot buat kerja, ya sudah, kita tetep jalanin dengan hati yang gembira kan ya?

Beberapa lama kemudian, karena kita dianggap sudah lama bekerja, gaji ditingkatkan. Enggak ngangkot lagi dong mikirnya. Beli lah motor, niatnya biar ngirit dan enak buat mobilitas. Tapi jangan lupa, kita dihadapin sama yang namanya cicilan. Makan pun yang biasanya bawa dari rumah, berubah ke makanan warteg tiap siang.

Sudah enak nih ngatur cash flownya, eeeh enggak disangka dapet reward karena kerjaan lancar. Jabatan naik, gaji naik. Masa jabatan sudah naik, bawanya motor matic? Kepincutlah sama mobil. Mobilnya yang AC, mulus, irit, dan tahun baru biar perawatan enak. Makan siang sudah berani ke foodcourt mahal. Gaji yang tadinya bisa ada sisa, harus ngikutin gaya hidupnya. 

Ya enggak salah, lagian siapa sih di dunia ini yang enggak mau diakui keberadaannya. Mana kalau sudah berbau uang pada panas-panasan. Ngelihat yang sini rumahnya tingkat, pengen ikutan. Ngelihat yang sana mobilnya double gardan, diem-diem pengen juga. Life is hard ya, manusia kapan sih puasnya?

Ketambahan didukung sama media sosial. Sudah berapa banyak sih yang 'keracunan' beli produk walaupun enggak butuh-butuh amat? Beli makan pun sudah mahal-mahal enggak dihabiskan. Kasihan loh kalau inget orang yang kelaparan. Impulsif buyer cuma membuat jati diri kita kehilangan identitasnya. Iya, krisis identitas. Semua-mua dipengeni, semua-mua dibeli.

Sejatinya manusia itu memang begitu adanya. Tapi kadang beberapa dari kita lalai, kalau materi bukanlah yang utama. Ngelihatnya ke atas terus, lupa kalau di bawah ada yang lebih membutuhkan. Coba deh refleksi, tiap gajian disisihkan buat zakat enggak, buat sedekah enggak, buat berbagi enggak? Malu ah punya mobil bagus-bagus tapi bahan bakar milihnya premium. Malu ah punya rumah mewah tapi gas nya 3 kilo. Mana duit sisa dibelanjain ke mal. Terus bilang hidup itu adil. ADIL DARI HONGKONG?

via GIPHY

Oke duit itu adalah topik yang sensitif. Aku paham. Aku juga ngerasa bahwa selama ini lebih banyakan gaya ketimbang nurutin kebutuhan pokok yang sebenarnya. Kalau duit masuknya lebih banyak, tangan gatel kayak pengen semua di beli. Tapi sekali lagi, aku selalu mikir duitku segitu ya harus dimanfaatkan segitu juga. Bukan yang lalu lantang beli yang lebih dari itu. Beneran enggak berani.

Tapi orang beda-beda sih ya. Aku juga inget pernah punya kenalan yang idealis banget. Stylenya berasa yang paling unik, sikapnya membela kaum yang tertindas, nongkrongnya di cafe temen, obrolannya berat pun. Sampai misal aku makan KFC, dibilangnya makan produk kapitalis. Oke fine, judge me, no problem. 

Yang lucu, idealismenya ini enggak disertai dengan niatan dan keinginan untuk berjuang melawan produk kapitalis. Kerja masih angot-angotan, enggak mau berkarya, dan enggak pede bersaing di dunia global, tapi begitu dapet duit, ya sama saja ngincernya NIKE. Habis beli merek internesyenel dipamerin pas nonton gigs, habis itu pula jadi bokek alias cuma bisa pesen kopi sachet. Ya adaaa!!!

via GIPHY

Kebutuhan hidup memang enggak semua sama. Cuma ya masa' kita harus nurutin ego kita sih. Buat apa ngajuin hutang segitu banyaknya tapi dalam hati kita lara? Buat apa kita foya-foya kalau yang pokok saja belum dipenuhi kewajibannya? Buat apa? Buat eksistensi doang? Biar kita dilihat oleh orang? Masa' sama hasrat mau pamer saja kalah sih. Malu dong sama caption yang penuh petuah bijak.

Dunia ini fana. Enggak semua harus dibeli dan enggak semua kudu dimiliki. Serius, ada yang lain yang bisa kita perjuangkan, ilmu dan teman misalnya. Berbagi seberapapun yang kita miliki, saling memberi, saling menerima, adalah kondisi sosial yang bisa membuat tentram. Enggak perlu memuaskan hasrat demi diakui, karena yang terpenting adalah kebaikan hati. 

Aku belajar dari Mamaku sendiri. Beliau yang terpuruk saja bisa bangkit dengan tenaga baru loh. Beliau sanggup beli rumah sendiri dari hasil jerih payahnya. Tabungan dan dana pensiunnya dimanfaatkan sebaik mungkin untuk masa tuanya. 

Mama bilang: "Mama mau beli rumah yang pas dengan uang mama saja. Daripada nanti nambah beban". Iya, Mama enggak mau kredit-kredit segala. Berbekal usaha ekstra dan doa, Mama beli rumah di desa dengan uang yang beliau punya. Dan itu tanpa membebani keluarganya. That's why I love her as my role model. 

Saat ini kondisiku masih jauuuh dari kata berkecukupan, tapi setidaknya aku enggak menyakiti diriku sendiri dengan nafsu belaka. Aku bahagia melihat kami sekeluarga sehat. Aku senang kerjaanku lancar dan keuangan berjalan sebagaimana mestinya. Kalau sedang merasa semua serba ngepres gini, jangan kasih kendor ke bulan berikutnya. Aku harus berusaha terus biar stabil dulu. Enggak mau yang muluk-muluk biar gampang mencapainya. Senangnya, sekarang aspek logikaku lebih dominan ketimbang aspek emosi. Ada tuntutan untuk selalu berpikir ke depan.

Kan katanya materi enggak kita bawa sampai mati. So, apakah hidup kita sudah nyaman? Selama ini kita menggunakan waktu kita untuk apa saja sih? Apa yang sudah kita lakukan? Dan apa yang sudah kita dapatkan? Semua orang berbeda, termasuk menakar kebutuhannya. Jangan memaksa apa yang belum kamu bisa. Jangan memanipulasi apa yang tidak kita sukai. Jangan hanya panasan seakan paling benar. 

Sekali lagi, sebelum memutuskan sesuatu, kita harus rela mengakui dulu, ini untuk apa nih? Kebutuhan atau kepuasan? Maka, sesuaikanlah sama keadaan.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Ukuran kesuksesan itu apa sih menurutmu? Punya rumah, punya mobil, hidup di luar negeri, naik haji, bisa pergi ke bulan, jenjang pendidikan dan karir yang tinggi, atau... di rumah saja ngurus anak biar tumbuh baik dan bikin Suami makin bahagia? Banyak ya kalau dijabarin.


Aku inget banget waktu lulusan SMA, aku disuruh nulis cita-cita hidup. Waktu itu blas enggak tahu deh besok kalau sudah besar mau ngapain. Pokoknya ikut saja where the wind blows, toh belum nginjek jenjang kuliah. Woiya, bagiku yang pengen banget kuliah dan didukung oleh keuangan keluarga yang saat itu sedang lumayan, kuliah bakalan jadi batu loncatan dan membuka wawasan. Masalahnya, iya kalau aku keterima di Universitas yang aku dambakan, lah kalau enggak, pilihannya jadi disepersempit lagi kan. Pilihan yang Papa Mama tawarkan cukup nantang: Boleh kuliah di luar kota asal negeri, atau kalau enggak keterima dan dapetnya swasta ya mending di Magelang. Hayoloh mau ngotot apa selain "yadahdeh, buktiin wae".

Sejak kelas 3, aku sudah pengen kuliah di ISI. Simple, om dan tante beberapa kuliah di sana, cuma, mostly di jurusan Seni Pertunjukkan. Om yang satu ambil mayor biola, tante ambil jurusan etnomusikologi mayor cello, dan om yang satu lagi ambil jurusan Seni Media Rekam. Berbekal tanya terus dan dengerin nasehat mereka, maka aku memilih jurusan Seni Media Rekam jurusan Televisi. Ya untung sih, enggak kepedean ambil jurusan vocal (hakdesh).

Kuliah di ISI nyatanya perlahan merubahku menjadi manusia yang bebas namun realistis. Gini loh, dalam dunia film dan televisi, there are lot of things to learn. We are one team. Aku kudu mikirin outputku nanti habis kelar kuliah gimana. Mau jadi apa? Sutradara? Produser? Penulis Naskah? Wardrobe? Cameraman? Semuanya enggak aku pikirkan dari awal, aku mulai memilih justru waktu Tugas Akhir. Beneran blank dan semua posisi kayak bagus semua gitu.

Singkat cerita, kondisi keuangan keluarga mulai corat marut dan bikin aku sadar diri untuk harus meringankan beban Papa Mama. Aku kebantu sama beasiswa, dan di semester akhir, aku memutuskan untuk bekerja paruh waktu. Lumayan sih, bisa buat makan sehari-hari. Makanya, aku enggak mau lama-lama kuliah. Gimana caranya kudu lulus, bodo' amat ada yang bilang aku sarjana prematur. Maklum, dulu di ISI persentase yang lulus cepat, lebih sedikit ketimbang angkatan lama yang masih bertahan. Namun, yang jadi persoalan di sini bukan gagah-gagahan lulus duluan, melainkan, kalau aku bertahan kuliah lebih lama lagi, siapa yang sanggup bayar semua biaya? Toh nilai C ku cuma sedikit, dan IPK ku sudah 3 koma. Jadi, ukuran kesuksesanku saat itu adalah, lulus dengan cepat!

Agak enggak nyangka juga karena beberapa hari setelah wisuda, aku dapat panggilan dari sebuah production house, dan langsung keterima. Wah sudah deh, segala kerjaan freelance ku aku tolak dan lebih ngerasa pasti karena bisa dibilang tiap hari aku bakalan ngantor. Apalagi di PH ku kerja, sedang ada syuting stripping dan gajinya cocok untuk fresh graduated sepertiku. Plus bonus tinggal di Semarang yang bisa lah ya, tiap minggu pulang. Deal kan? Ukuran kesuksesanku berubah menjadi bisa bahagiain orang tua. Enggak perlu muluk-muluk kok.

And yeah, terjadi loh dalam waktu singkat. Mereka senang sekali waktu tahu aku masuk TV.... sebagai kru. Hahaha. Oiya sama satu lagi, namaku ada di credit title. Yang bangga bukan cuma keluarga kayaknya, tapi orang sekampung, sealumni sekolahan, sampai siapa lagi ya hahaha. Malu ah kalau inget.

Move to, lama-lama aku bosan dan ngerasa gaji enggak seberapa dibanding dengan apa yang sudah aku kerjakan. Beneran yang definisi kerja lembur bagai kuda. Berangkat pagi, pulang tengah malam, berangkat pagi lagi, syukur-syukur bisa pulang kost-an. Selama 4 tahun lebih badanku kerasa remuk redam. Penyakit yang aku derita makin macam-macam. Yang asmanya sering kumat lah, asam lambung lah, radang usus besar lah, typus kambuh-kambuhan lah, dan semua itu enggak banyak yang tahu loh. Cuma ya gimana sih, aku tetep bertahan demi nabung untuk menikah, sesuai dengan yang orang tuaku inginkan. Iya, orang tuaku keburu pengen momong cucu, mana lihat aku sudah pacaran lama pula. Pokoknya demi bisa membahagiakan orang tuaku, syaratnya cuma satu: MENIKAH. Mampas, dipikir gampang apa ya. Puyeng juga ini. Padahal di sisi lain, visiku sudah beda lagi: choosing freedom of my own kingdom. Busyet boleh banget gayanya.

Makin dewasa, makin berpikir bahwa kesuksesan lebih spesifik lagi dibicarakan. Akhirnya menjelang menikah sampai saat ini, aku ngerasa nyaman dengan status freelancer. Dulu sih sebelum nikah aku masih ikutan syuting dan ketertarikanku ke bagian produksi. Biasanya didaulat jadi Line Producer, soalnya dari dulu aku memang ngebet pengen jadi Producer Film. But, life is change yo. Agak ngos-ngosan juga loh ngerti bahwa orang tuaku cerai terus kondisi keuangan makin miris. Antara ngejar karir keluar kota terus dan enggak balik balik Magelang, atau aku harus berdamai dengan keadaan?

Baca juga: Berdamai Dengan Diri Sendiri

Bisa apa aku selain mendekati mereka? Mendekati dalam arti yang bener-bener jadi penengah buat keluarga. Pilihan yang sulit banget ini. Tapi gimanapun, aku tetap memutuskan: balik ke Magelang dan berdamai dengan keadaan.

Baca juga: Kemenangan Yang Aku Inginkan

Sekarang aku memilih jadi freelancer, nulis naskah dan skenario di rumah, sambil momong anak, sambil ngerjain kerjaan rumah tangga. Sounds fair ha? Aku berubah karena kondisi. Berubah jadi manusia yang fleksibel dengan banyak opsi. Aku mengenal yang namanya priority. Sebuah hal yang membuatku lebih realistis ketimbang memikirkan banyak angan yang enggak semua terpenuhi. Prioritas adalah akar dari kesuksesan yang akan kita capai.

Ini belum ngomongin soal anak loh. Aku juga pengen Alya jadi anak yang baik, sehat terus, dan bermanfaat bagi banyak orang. Aku cukup concern juga ke parenting. Enggak cuma ngurus kerjaan saja. Pengennya balance gitu kan. Seneng deh, ngelihat fase Alya yang tumbuh sewajarnya. Aku seneng dia bisa ASIX, aku seneng dia bisa bobok sendiri, aku seneng dia enggak nangis lagi di sekolah, aku seneng dia sekarang rajin ngaji. Kesuksesan ada di sudut pandangku terhadap anak. Aku ingin sukses mendidik anak!

Manusia memang enggak habis-habisnya puas diri. Ingin ini terpenuhi, ganti itu lagi, sampai semua sudah di tangan, masih saja ngerasa kurang. Ya begitulah. Aku sekarang lebih memilih untuk berkecukupan, bukan yang bergelimangan. Karena kalau kita sudah overdosed, biasanya kita mabuk akan pemikiran diri sendiri. Aku berusaha terus supaya bisa dapetin wawasan (walaupun sehari-hari di rumah), berteman dengan lebih banyak orang, lebih banyak mendengarkan, dan... enggak emosian.

Oke, lets back to topic. Paham kok, banyak orang bilang kalau sukses itu identik sama yang namanya cukup materi. Enggak munafik ya, dengan materi kita bisa membeli dan meraih apa yang kita pengen. Tapi ternyata, beberapa kali aku ketemu orang yang tampak sukses secara materi tapi hatinya enggak nyaman dan enggak bahagia. Beberapa dari mereka mengaku, ada yang ngerasa jadi jauh dari keluarganya, ada yang ngerasa sepi, ada yang ngerasa bosan karena enggak ada proses berjuang lagi.

Kebalikannya. Ada kok yang ngeklaim dirinya sukses karena travelling terus keluar negeri, tapi ternyata duit hasil pinjem sana sini. Terus ada juga yang bangga karena sukses bisa dapet mobil segala macam padahal hasil korupsi. Mana di post di media sosial lagi. Ada juga yang sibuk instastory tiap hari makan-makan padahal ditraktir orang. Semua kesuksesan yang dipamerin kayak sengaja biar orang lain cemburu atas apa yang sudah dicapainya. Apa enggak ngajak berantem namanya?

Maka, ukuran kesuksesan jangan pernah dikaitkan dengan gengsi. Ingat, gengsi itu enggak bakal mencukupi loh. Ia hanya akan membuat penyakit hati. Kesuksesan baiknya disesuaikan sama keadaan. Enggak bisa mencapai sesuatu, ya enggak usah ngoyo. Tekad kuat itu enggak harus serta merta, ada kegigihan serta proses yang enggak instan.

Jadi, ukuran kesuksesan itu dari tolok ukur apa? Jawabannya adalah, enggak ada jawaban yang paling benar, karena ukuran kesuksesan itu tidak sama bagi semua orang. Ada yang nyaman hidupnya tinggal di desa, ada pula yang happy hidupnya penuh dengan keglamouran di tengah kota. Enggak ada yang benar dan salah, karena semua punya kepuasan berbeda. Sukses, hanya perlu perasaan yang membuatmu benar-benar bahagia seutuhnya.
Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Newer Posts
Older Posts

HELLO!


I'm Yosa Irfiana. A scriptwriter lived in Magelang. Blog is where i play and share. Click here to know about me.

FIND ME HERE

  • Instagram
  • Twitter
  • Facebook
  • Google Plus

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  January 2023 (1)
  • ►  2022 (14)
    • ►  December 2022 (1)
    • ►  October 2022 (1)
    • ►  August 2022 (2)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (1)
    • ►  April 2022 (2)
    • ►  March 2022 (2)
    • ►  February 2022 (3)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (60)
    • ►  December 2021 (1)
    • ►  November 2021 (3)
    • ►  October 2021 (3)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (2)
    • ►  June 2021 (3)
    • ►  May 2021 (15)
    • ►  April 2021 (21)
    • ►  March 2021 (2)
    • ►  February 2021 (2)
    • ►  January 2021 (5)
  • ►  2020 (44)
    • ►  December 2020 (5)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  October 2020 (4)
    • ►  September 2020 (5)
    • ►  August 2020 (3)
    • ►  July 2020 (7)
    • ►  June 2020 (6)
    • ►  May 2020 (1)
    • ►  April 2020 (4)
    • ►  March 2020 (2)
    • ►  February 2020 (3)
    • ►  January 2020 (2)
  • ►  2019 (89)
    • ►  December 2019 (5)
    • ►  November 2019 (7)
    • ►  October 2019 (6)
    • ►  September 2019 (10)
    • ►  August 2019 (6)
    • ►  July 2019 (6)
    • ►  June 2019 (9)
    • ►  May 2019 (9)
    • ►  April 2019 (8)
    • ►  March 2019 (7)
    • ►  February 2019 (7)
    • ►  January 2019 (9)
  • ▼  2018 (135)
    • ►  December 2018 (21)
    • ►  November 2018 (17)
    • ▼  October 2018 (9)
      • CHANGE MY BAD HABITS
      • CANTIK PAKAI PRODUK LOKAL - REVIEW SULAMIT COSMETICS
      • CRAZY RICH INDONESIAN MAKE UP - COLLAB WITH BEAUTI...
      • MITOS DAN FAKTA SOAL SKINCARE
      • 24 HOURS CARE
      • MENAKAR KEBUTUHAN
      • UKURAN KESUKSESAN
      • ALYA SUDAH TIDUR SENDIRI
      • ANAK YANG SUKA MANDI
    • ►  September 2018 (9)
    • ►  August 2018 (10)
    • ►  July 2018 (9)
    • ►  June 2018 (12)
    • ►  May 2018 (9)
    • ►  April 2018 (9)
    • ►  March 2018 (9)
    • ►  February 2018 (10)
    • ►  January 2018 (11)
  • ►  2017 (116)
    • ►  December 2017 (8)
    • ►  November 2017 (7)
    • ►  October 2017 (8)
    • ►  September 2017 (9)
    • ►  August 2017 (8)
    • ►  July 2017 (11)
    • ►  June 2017 (8)
    • ►  May 2017 (11)
    • ►  April 2017 (8)
    • ►  March 2017 (12)
    • ►  February 2017 (15)
    • ►  January 2017 (11)
  • ►  2010 (9)
    • ►  November 2010 (9)

CATEGORIES

  • HOME
  • BABBLING
  • BEAUTY
  • FREELANCERS THE SERIES
  • HOBBIES
  • LIFE
  • PARENTING
  • BPN 30 DAY BLOG CHALLENGE
  • BPN 30 DAY RAMADAN BLOG CHALLENGE 2021

BEAUTIESQUAD

BEAUTIESQUAD

BLOGGER PEREMPUAN

BLOGGER PEREMPUAN

EMAK2BLOGGER

EMAK2BLOGGER

Total Pageviews

Online

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose