YOSA IRFIANA

Powered by Blogger.
Merasa sudah agak percaya diri dalam blantika per-make-up-an ((BLANTIKA)), sekarang kalau ada collab, aku enggak ragu lagi buat daftar. Even itu temanya awam dan bikin aku harus buka-buka tutorial, setidaknya cincai lah, nanti kan lama-lama terlatih sendiri (ecie pede).

Tema collab dari grup Beautiesquad kali ini adalah One Color Make Up atau bisa juga disebut dengan make up monochrome. Make up ini termasuk yang cukup nge-tren di kalangan make up enthusiast. Tantangannya adalah hanya dengan menggunakan warna tunggal untuk berbagai sentuhan di wajah. Seperti eyeshadow, blush on, lipstick, atau elemen lain agar riasan berkesan satu warna.

Masalahnya seperti yang kalian tahu, kalau aku ini enggak terlalu lihai bikin shape yang bagus dan hanya pakai alat ala kadarnya, maka di setiap collab, aku selalu mikir bagaimana cara ngakalin biar dandanannya masuk sama tema besarnya. 

Mau tahu gimana aku ngakalin make up nya? Simak terus ya.


Setelah aku buka lagi beberapa foto hasil make up collaboration, aku baru nyadar, ternyata selama ini aku bermain cukup aman. Ini mungkin karena alat make up ku termasuk yang minimalis ya, ditambah lagi aku enggak begitu berani bermain warna yang gonjreng.

Jadi sekarang aku putuskan buat bikin riasan dengan warna yang mencolok, yaitu turquoise! Yeay kepedeanku enggak kira-kira kan haha. Oiya, turquoise juga sama dengan tosca, yang membedakan hanya di tosca hijau atau tosca biru? Nanti warna-warna tersebut jatuhnya bakalan muda semua. Kalau masih bingung, bayanginnya laut saja deh. Nah, kira-kira warnanya seperti itu.

Demi mendukung make up biar nanti jatuhnya lebih ke festive make up, aku beli glitter donk. Aku bilangnya "Mbak, minta warna tosca". Lalu dikasihnya glitter ala Elsa Frozen. And you know what, sampai rumah, warna toscanya beda Ya Tuhan. Eyeshadowku tosca biru, yang aku beli tosca hijau. Hiks lumayan kzl juga.


Tapi ya sudah, tarik garis korelasinya, kan yang penting tosca (idih sotoy). Sekarang PR besarnya adalah ngakalin biar kesemua warna ini bisa aku aplikasikan ke wajah. Bermodalkan banyak nonton tutorial youtube dan malah bingung sendiri, akhirnya aku bikin yang versi simple dan enggak banyak bikin shape aneh-aneh. Berikut list produk yang aku pakai.

FACE
Avoskin Perfect Hydrating Treatment Essence 
Make Over Ultra Cover Liquid Matt Foundation
Make Over Perfect Cover Two Way Cake Shade 3 (Maple)
Pond's BB Powder
Mustika Ratu Oxygenated Spray

EYEBROW
Fanbo Eyebrow Shade Brown
Mix With
PAC Color Festival Eyeshadow Shade Blushing Sky (Ambil Warna Turquoise)

CHEEKS
PAC Color Festival Eyeshadow Shade Blushing Sky (Ambil Warna Turquoise)
Mix With
Glitter 10 ribuan

EYES
PAC Color Festival Eyeshadow Shade Blushing Sky (Ambil Warna Turquoise)
Maybelline Volum Express 
Bulu mata palsu

LIP
PAC Color Festival Eyeshadow Shade Blushing Sky (Ambil Warna Turquoise)
Mix With
Vaseline Petroleum Jelly


Kuliah boleh di jurusan seni, tapi urusan gambar, aku lumayan ambyar. Bisa sih bisa, tapi cuma basic saja, dan hasil make up aku ini gampang banget ditiru. Oke, aku jabarin saja ya gimana step by step make up nya.

Pertama tama, aku set wajah dulu pakai skincare andalan, baru aplikasikan Make Over Ultra Cover Liquid Matt Foundation. Aplikasinya cukup tebel biar noda di wajah aku ketutup sempurna. Setelah itu baru deh templokin Make Over Perfect Cover Two Way Cake secara merata juga. Aku juga tambahkan Pond's BB Powder di bagian bawah mata dan hidung untuk mempertegasnya. Even aku pengen hasilnya bisa halus dan ngeset banget di wajah, tapi aku enggak pengen kesannya terlalu bedakan. Nyaris impossible ya, hehehe, makanya aku semprotin Mustika Ratu Oxygenated Spray, biar kesemua set nya nemplok tahan lama plus dapet glowingnya.

Yang kedua, aku bikin one color make up ini dengan satu produk yaitu PAC Color Festival Eyeshadow Shade Blushing Sky, warna turquoise. Aku mulai dari bagian mata. Yang ini mah agak gampil lah ya, tinggal blend eyeshadow dan bikin bentuk sesukanya di wajah. Mungkin bisa juga bermain garis sulur-sulur gitu di bagian mata atau di pipi dengan tambahan bintang-bintang. Sayang, skill ku sudah mentok. Wkwk. Aku sudah capek duluan sama: bikin lipstick sendiri. Iya, karena aku enggak ada lipstick warna turquoise begini, jadi ya mau enggak mau ngakalin kan. Dan bikin sendiri ternyata enggak semudah yang aku kira (luar biasa ya).


Aku bikinnya dari Vaseline Petroleum Jelly dicampur dengan eyeshadow warna turquoise. Enggak disarankan sih, malah sebaiknya kalian beli lipstick warna senada saja biar aman. Karena begitu aku nyoba, hasilnya enggak bagus dan malah bikin bibir tambah kering. 

Bibirnya failed sodara-sodara. Beneran enggak ketolong, oh help. Buat jadi bahan belajar pribadi saja ini, kalau besok mau make up festive ala ala begini, mending ngalah beli lipstick dengan warna yang cocok. Ketimbang bikin sendiri jatuhnya enggak nyaman ya kan. Ini saja cuma buat konsumsi foto, apa enggak mampas kalau aku pakai buat festival beneran.


Anggap saja ini sebuah pengalaman, enggak apa-apa kan ya, hehehe. Yang penting aku sudah berusaha (ngeles). Oiya, aku juga pakai bulu mata palsu nih, dengan penuh perjuangan. Aku aslinya enggak selihai itu pakai bulu mata. Tapi karena kalau enggak pakai bulu mata, jatuhnya jadi kayak manusia millenium, ya sudah, mau enggak mau mah hahaha.

Semoga hasil make up ku bisa menginspirasi kalian ya. Atau bisa juga contek make up nya Budi Arti Annisa berikut ini. Dia bikin make up yang kinda simply yet so elegant.


Baiklah, karena ini kolaborasi make up, maka kita harus lihat karya temen-temen yang lain donk. Berikut kolasenya. 




Cakep semua ya kan. Aku jadi semangat dan tambah percaya diri nih, supaya ke depannya bisa melatih skill make up ku. Asik loh ikutan collab kayak gini, seru tauk! Next ikutan terus Insyaallah, karena ketagihan sis akunya. Yeay.

Oke deh, sampai jumpa di collab selanjutnya ya :) See ya.
Share
Tweet
Pin
Share
14 komentar
Terhitung mulai kuliah, aku sudah cukup banyak mengalami pindahan kesana kemari. Padahal masih dalam jangkauan satu kota loh, tapi ada saja alasan buat pindah. Entah itu karena enggak betah sama kondisinya, entah itu biar deket sama kerjaan, atau biar bisa jadi satu sama adek. Duh, kalau mau dihitung kasar, durasi ngekostnya paling banter setahun, lainnya ya hitungan bulan doang.

Aku baru merasakan nyaman ngekost setelah bekerja. Wah, masanya sudah bener-bener berubah. Di sini, aku mulai betah ngekost karena fungsi kost cuma buat tempat istirahat semata. Misalpun ada masalah, enggak aku pikir panjang, yang penting dekat sama kerjaan. Beres. Nah, kalau aku pindah kost itu hanya karena aku pindah kerjaan. Kerjaan pindah, otomatis kostku ikut pindah donk biar enggak capek di jalan. Begitu terus sampai aku menikah. Dari Semarang, pindah ke Yogyakarta, dan sekarang di Magelang. Capek juga ya pindahan terus hehehe.

Di blogpost kali ini aku mau cerita soal pindahan yang bikin aku jadi punya pola sendiri dalam mengatur barang-barang di rumah. Iya, biar sewaktu-waktu kalau ada kerjaan dan kesempatan belajar lagi (bantu doanya donk ;p), aku enggak perlu kerepotan memindah barang. Maklum, kami belum punya rumah sendiri, masih ngontrak kok ini.

And yes, postingan ini adalah #KEBCollab Grup Siti Nurbaya dengan Post Trigger dari Mak Wenny, yang berjudul Tips Pindahan Rumah Yang Menyenangkan.

Dokumentasi pribadi waktu pindahan ke Yogyakarta, 2014. Sorry fotonya low quality.
Sama-sama menyandang gelar sebagai pekerja lepas bukan berarti aku dan suami gampang menentukan sebuah kota untuk tinggal. Bisa sih sekejap mata kami tiba-tiba move ke kota lain hanya karena alasan bosan. Tapi kan enggak seiseng itu. Bagaimanapun sekarang sudah punya anak, alias kudu memikirkan lingkungan dan masa depannya. Ini saja aku merasa bersyukur banget dapat lingkungan yang super enak. Sekomplek rata-rata keluarga muda semua, yang anak-anak juga seumuran Alya. Pas lah pokoknya. (Nah kan, baru kerasa juga kalau ada anak. Sekarang mah apa-apa kudu dipikiri matang, kasarannya, aku enggak bisa memutuskan sesuatu seenak jidat sendiri. Hihihi. Ya, memang sudah saatnya ya kan ya.)

Awal aku menikah, aku tinggal di Yogyakarta, karena kerjaan lagi banyak di situ. Kebetulan aku juga langsung hamil, jadi segala macam persiapan sudah kami rencanakan, termasuk kalau sudah melahirkan. Tapi walaupun kami loncat dari satu kota ke kota lain, begitu menikah, kami berdua sepakat KTP dan KK beralamat di Magelang, tepatnya di rumah Papa. Mikirnya, biar nanti kalau ngurus apa-apa gampang. Toh Magelang juga deket sama Yogya kan. Waktu itu belum kepikiran pindah lagi ke Magelang. Cuma jaga-jaga saja. Eeeeeh nyatanya, Alya umur 6 bulan, kami pindah Magelang juga. Sungguh diluar dugaan ya pemirsa.

Dari Yogya mau pindah ke Magelang.
Pastinya banyak temen deket yang lantas bertanya, kenapa sih, kok tiba-tiba aku memutuskan pindah Magelang padahal banyak kerjaan di Yogya dan Semarang? Jawabannya adalah selain biar dekat sama keluarga, aku juga ambil jalan tengah. Iya, boleh dibilang, Magelang ada di tengah kedua kota tersebut. Lagian misal Alya aku tinggal kerja, dia dipegang oleh orang yang aku percaya. Sounds cari aman ya, i know. Justru itulah yang aku cari. Aku enggak was-was karena banyak yang ngebantu di kota kelahiranku ini.

Aku mulai aktif kerja lagi pas Alya umur 2 tahun. Aku dan Suami memanage kerjaan biar bisa gantian. Kalau giliran dia keluar kota, ya aku harus jaga Alya, begitu juga sebaliknya. Aku keluar kota, mau enggak mau Alya sama Papanya. Enaknya freelancer begini, bisa ngatur waktu gantian, bisa milih kerjaan yang diinginkan. Makanya galau abis kalau ditanya nanti pengennya stay dimana?

Pindah Ke Magelang 2015
Oke, daripada kita melebar ranah obrolannya, mari kita kembali lagi ke cerita pindahan. Tadi kan sudah aku tulis di atas ya, kalau sekarang aku punya pola sendiri dalam mengatur barang-barang di rumah. Ya gimana, setiap aku ngontrak rumah, ada saja beli keperluan rumah tangga. Mana sekarang ketambahan mainan anak-anak pula. Ini yang perlu diperhatikan, kalau kebanyakan barang, nanti kami susah ngaturnya. Terakhir pindahan saja kami pakai truk bak pasir loh, enggak kebayang besok kalau mau pindahan lagi ya kan.

Pola mengatur barang yang aku maksud di sini adalah bagaimana cara aku supaya enggak menumpuk barang yang enggak diperlukan dan membeli barang yang memang dibutuhkan. Membeli sesuatu berarti membutuhkan sesuatu, sesimple itu. Yang suka minimalis, mungkin bisa jadi tips biar rumah rapi dan tertata. So, apa saja yang aku lakukan dalam mengatur barang-barang di rumah?

Punya Barang Secukupnya Saja

Maksudnya jelas supaya kita mensortir semua barang yang ada di rumah. Tega-tegaan sih ini, asal melihat ada yang kepakai langsung buang. Ada kok yang masih aku simpen sebagai kenang-kenangan, seperti karcis bioskop pertama nonton sama Suami, tiket konser, sampai cetakan foto-foto yang masih bagus. Kami simpen di satu kotak saja, enggak banyak-banyak. Mau dibuang kok rasanya sayang juga hehe.

via GIPHY

Kami paling sering menyisihkan barang-barang layak pakai buat dihibahkan ke orang lain, kayak baju, sepatu, make up/skincare yang enggak cocok, atau perabot. Awalnya susah, beneran. Ngerasa enggak ikhlas gitu begitu tahu harus buang barang yang enggak perlu, tapi lama kelamaan malah jadi berasa nagih dan seneng rumah jadi bersih dan enggak sesek lagi. Apalagi Alya dan aku kan asma plus alergi sama debu. Enggak perlu pikir panjang kan kalau mau buang barang yang enggak fungsional?

Jangan Menambah Barang Yang Tidak Perlu

Masih relate sama point satu. Aku jadi berpikir logis kalau mau memutuskan beli barang. Beneran penting atau buat sekadar menuruti lapar mata doang. Zaman mudah mah enggak pikir panjang, ada yang lucu dikit comot, ada yang unik dikit diborong. Barang-barang tersebut akhirnya bakal jadi sampah juga loh lama-lama. Sudah enggak terhitung lagi craft hiasan dinding, lilin aromatherapi yang jarang kepakai, dan juga kuteks warna warni. Demi apa coba beli barang karena lapar mata? Kebuang kan jadinya.

Tipsnya jika kalian punya hobi, usahakan bener-bener punya space untuk menaruh barang-barang itu. Misalnya nih, hobi yang masih kami pertahankan adalah koleksi buku dan kamera. Jadi kami punya lemari dan rak buku khusus untuk naruh barang-barangnya. Selebihnya bener-bener nahan keinginan untuk beli lagi sampai menemukan yang pas dan bermanfaat.

Adakan Garage Sale

Saking buanyaknya nimbun barang, selain beberapa aku hibahkan, barang-barang yang kondisinya masih bagus dan kesannya unik, bakalan aku jual lagi. Beberapa kali garage sale mulai dari kursi rotan, baju (baju lagi baju lagi), meja, kasur, lemari, dan televisi. Mayan loh, keuntungannya bisa buat nabung atau buat travelling.

Garage sale ini beberapa kali kami adakan pas pindahan. Bingung mau buang kemana, ya sudah pasang iklan di sosial media langsung COD atau dateng ke kontrakan. Demi pindahan yang lebih praktis dan enggak banyak printilan, garage sale ini solusinya.

via GIPHY

Sedia Kardus Besar

Iyaaa, di rumah selalu ada kardus besar. Besar-besar kayak kardus rokok, kardus kulkas, kardus mesin cuci gitu. Fungsinya bisa buat menyimpan barang dan nanti kalau mau pindah lagi enggak perlu cari dan beli. Dulu sempat kesusahan nyari pas di Jogja, dapetnya karena pesen dulu, baru beberapa hari kemudian dateng deh tuh barang.

Lumayan mahal sih satuannya, dihitung saja deh butuhnya berapa. Makanya, sekarang kami menyimpannya. Kalau enggak dipakai, kardusnya cukup dilipet mendatar lalu diplastikin, supaya enggak dimakan rayap.

Bikin Gudang Kecil-kecilan

Yang jadi persoalan, kalau tipe rumah kecil dan sangat minimalis. Kebetulan di rumah kontrakan yang sekarang ada space buat gudang di belakang. Kami gunakan untuk naruh barang-barang yang beneran enggak diperlukan. Tapi sebelumnya kami pernah kontrak di Yogja dengan ruangan yang super minim, barang-barangnya jadi kami taruh di atap kamar mandi. Deket sama tandon air. Habis gimana ya, pasti ada saja kan barang-barang sisa yang enggak perlu di display di ruangan?

via GIPHY

Sekadar buat tambahan, aku sendiri menganggap pindahan adalah hal yang siap enggak siap harus siap. Apalagi menyangkut kondisi dan kerjaan. Enggak kebayang juga kayak Tentara dan PNS yang siap ditugaskan kemana saja. Tapi lama-lama, sering pindahan bikin aku punya sudut pandang lain. Iya, pindahan punya point plusnya. Apa saja?

Tetangga Bisa Jadi Keluarga

Alias jadi banyak teman juga! Aselik, seneng banget ini. Di Yogya, di Semarang, di Bandung, wah aku punya banyak temen yang tersebar. Asik sih bisa kontak-kontakan sampai sekarang. Misal mau kemana gitu, pasti ada saja yang janji ketemuan. Rasanya mah sudah kayak saudara sendiri.

Jadi Banyak Tahu Kondisi Daerah

Pengaruhnya kalau lagi travelling, nemenin keluarga jalan, sampai jadi guide pas kerja. Kadang engga nyangka juga, aku sedikit hafal jalan-jalan sempit di Yogya, blusukan di Semarang, bahkan nyariin kontrakan buat temen di Ungaran. Mungkin pas tinggal di daerah tersebut ngerasanya biasa saja, tapi pas keluar dari situ baru deh ngerasa istimewa.

Punya Berbagai Pengalaman Yang Tidak Akan Tergantikan

Nyambung sama point sebelumnya, walaupun aku lebih sering tinggal di lingkup Jawa Tengah dan DIY, tapi enggak semua kondisi tersebut sama. Di Semarang panas dan lebih wild, di Yogya lebih santun tapi pekewuh, orang Bandung kebanyakan punya suara lembut dan fashionnya modis. Begitulah. Makanya, hal tersebut bikin aku ngerasa bahwa sikap semua orang enggak sama. Semua punya permasalahannya sendiri-sendiri. Menilik kondisi lingkungan dan sosial juga kan, jadi misal mereka punya masalah, ya aku enggak bisa dengan gampangnya menjustifikasi orang. Aku bakalan jadi orang yang realistis dan fleksibel.

Selain bertemu dengan banyak orang, aku juga banyak menemukan pengalaman yang bikin aku sadar, bahwa jaga diri itu penting. Bagaimana kita bersikap sama orang, itulah yang akan kita tuai. Bagaimana cara kita bersosialisasi, itu yang akan menjadi nilai untuk orang lain. Aku sih lebih seneng bersikap baik dan banyak temen. Ke depannya enak loh, enggak ada dendam, enggak ada gondok, dan kita hidupnya tenang.

Miris soalnya denger orang yang suka pindahan karena banyak masalah. Aku mah sebisa mungkin jaga hubungan baik karena ya aku pengen yang terbaik. Jangan sampai ninggal tempat dengan banyak hutang dan hubungan yang meregang, kalau bisa malah justru ninggal kenangan yang sama-sama membekas untuk tempat yang ditinggalkan.

Beruntung selama ini aku sudah meninggalkan kesan yang baik. Jadi tenang hatinya, hehe. Semoga kedepannya selalu begini sih, dan yang pasti ini lagi merencanakan supaya bisa selekasnya menentukan dimana mau tinggal, Ya setidaknya kan buat naruh barang wkwk, biar enggak boyongan terus-terusan.

Kalau kalian ada sharing apa soal pindahan, boleh cerita juga donk di kolom komentar :)
Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Ceritanya bukan mau pamer, tapi lebih ke pengen ngasih tahu, kalau beli sepeda itu ternyata butuh perjuangan juga. Buat yang tajir sih, mungkin gampil, beli sepeda doang mah apa susahnya. Nah, kalau buat orang-orang menengah seperti aku gini, yang mau beli sepeda saja kudu nabung jauh hari. Enggak bakal cuma pilah pilih, yang ada harus mikir dua kali, beli dimana, beli merek apa, beli baru atau second saja?

Iya second, kalian enggak salah baca. :)

Siang terik sepedaan. Siyap.
Sudah lama banget sebenernya Alya pengen sepeda kayak punya temen-temennya. Yang roda 4, alias sepeda roda 2, tapi dikasih tambahan roda kanan kiri. Padahal, saban ulang tahun, Alya ini pasti dapat hadiah sepeda. Terhitung sekarang punya 2 sepeda, cuma ya sepeda roda 3 semua, dan bentuknya  pun hampir sama.

Ulang tahun pertama Alya dapat sepeda roda tiga dari eyang. Bentuknya plastik dan ada bunyiannya. Dari belakang ada semacam besi kendali buat ngedorong dan ngendaliin roda. Sepeda ini bukan buat belajar sih, menurutku cuma buat jalan-jalan keliling komplek sambil disuapin kalau lagi malas makan di rumah. Fungsinya mentok di situ, enggak lebih.

Ulang tahun kedua, bilang minta sepeda roda 4. Hanya saja, kami ngerasa dia belum ready banget dan bisa mengendalikan sepeda beneran. Ada sih sepeda roda 3 yang dari besi juga, cuma kayaknya enggak awet. Mending nunggu badannya siap dulu, baru beli sepeda roda 4. Terus begitu sampai Toko, ketemu sama sepeda berbentuk vespa itu, dan dia langsung milih donk. Biar sama kayak Papanya, yang kemana-mana pakai vespa juga. Enggak pakai lama, cus angkut lah ceritanya. Eh ternyata sampai rumah, kaki Alya enggak sampai dan enggak bisa genjot. Mana berat pula buat anak seumurannya. Fix sepedanya buat mainan di dalam rumah saja.

Maka dari itu, Alya kami suruh sabar dan pengertian biar bisa nunggu setidaknya sampai umur 3 tahun. Sementara dia bisa pake yang ada dulu. Wes pokoknya enggak usah ngedengerin apa kata orang, toh nantinya tetap bisa sepedaan sama teman. Masalah dia bisa kayuh kapan, aku mah santai, enggak terlalu kepikiran.

Menjelang umur 3 tahun, kami lalu mencari-cari sepeda lagi. Kali ini fix kudu yang roda 4. Masa' 3 kali beli, dapet roda 3 semua, yang lawas saja numpuk enggak kepakai.

Uang sudah siap nih, tinggal cari, langsung beli. Eeeeh kami kok kayak enggak jodoh terus sama sepeda sepeda model roda 4. Kami sudah muterin yang namanya Toko Sepeda di Magelang sampai Muntilan. Dari yang baru sampai bekas, kami enggak ada yang cocok.

Ada sih yang oke, cantik, nuansa princess, tapi harganya mahal bagi kami. Merek ternama soalnya. Kami lalu mundur teratur.
Ada juga yang sudah klop sama harga, merek cocok, tapi kudu dipermak habis-habisan, kayak cat, pedal, dan roda. Roda loh rodaaaa, krusial bukan.
Entah berapa lama kami nyari dan enggak dapat sama sekali. Sampai Alya lupa sendiri.


Dan kemarin ini, waktu Alya sakit, aku sesumbar pengen beliin sepeda begitu dia sembuh. Buat semangat saja sih, bukannya buat syarat dan mikir macem-macem. Kebetulan bocahnya juga jadi senang gitu mau dibeliin sepeda.

Beneran donk, habis dia sakit, dia nagih, katanya "Ma ayok beliin sepeda". Yowes, kami langsung berangkat ke pasar dengan penuh percaya diri. Enggak kepikiran ada enggak barangnya, bagus enggak, kalau enggak ada gimana. Pokoknya langsung ngacir bertiga, yang penting kan sudah usaha ya bund ya.

Dalam memilih sepeda, kami punya kriteria sendiri loh. Salah satunya adalah harus awet, dan harganya terjangkau. Yang murah-murah doang kan banyak, tapi biasanya gampang rusak. Pengalaman tetangga nih, dia beli sepeda dengan harga murah, belum ada sebulan sudah ganti pedal. Mana enggak ada garansi toko pula. Wahyaudahdeh, selamat. Sering banget dibengkelin dan gonta ganti rantai kek, pedal kek, stang kek. Aku mah ogah. Murah sih murah, tapi biayanya pelan-pelan jadi bengkak kan kerasa juga.

Jadi kami sudah mantap beli sepeda second. Gimana caranya beli yang bermerek, awet, dan second. Niatnya, biar nanti kalau mau dijual lagi harganya juga enggak jatuh-jatuh amat. Btw, sudah tahu kan, dapetin barang second yang masih oke itu pulung. Pulung banget ini mah. Dulu pas niat beli, malah enggak dapet-dapet. Sekarang giliran santai, terkesan enggak niat malah gampang banget.

Sampai pasar, ada sekitar 3 toko penjual sepeda baik itu bekas dan baru. Main feeling saja sih ini, aku langsung datengin Toko yang ramai dan paling banyak sepedanya. Pandangan mataku langsung tertuju pada satu sepeda cewek lucu dan nuansanya pink. Alya banget lah ya. 


Sepeda ini tuh ada boncengan dan keranjang depannya. Ya boncengannya enggak fungsional banget sih, tapi cukup manis dan lebih bagus dari pilihan lainnya. Harganya dipatok Rp 525.000. Ini standart banget, enggak terlalu mahal karena barangnya sendiri termasuk yang masih bagus banget. Nyaris enggak ada cacat. Minusnya paling karena cat sudah agak pudar. Tapi ya, enggak pudar-pudar amat. Enggak perlu kok dicat lagi. Ban sepedanya masih seperti baru. Mungkin malah diplitur lagi ya, melihat warnanya yang hitam kreng dan bersih banget.

Wah beneran pulung ini. Alya langsung seneng, langsung angkut, bawa pulang.


Sekarang Alya bisa sepedaan bareng temen-temennya yang lain tanpa kesusahan. You know what, dia sampai enggak bisa tidur nyenyak gara-gara selalu pengen lekas pagi. Pernah dia itu nglindur tengah malam dan melihat jendela, dia pastiin masih malam terus tidur lagi. Subuhnya baru bangun dan sudah stay tune depan TV, sambil nungguin terang di luar biar bisa main lagi. Ya ampun sebegitu senengnya ya sama sepeda barunya. Baru tapi lawas dink, hehehe.

Oiya, Alya juga langsung bisa ngayuh. Hanya dengan beberapa kali latihan saja. Mungkin karena terbiasa pakai sepeda sebelumnya yang pedalnya kurang sampai dan berat kali ya. Jadi beneran pas pakai sepeda roda 4 ini Alya ringan banget gowesnya. Malahan sudah bisa ngerem dan belok-belokin segala loh. Enggak tahu ini insting dari mana?

Next target, aku mau lepas roda kanan kirinya. Pelan-pelan. Supaya dia bisa latihan keseimbangan. Aku juga pengen Alya senang bersepeda sampai besar nanti. Kan bersepeda bisa menambah massa otot tubuh kita. Jadi otot kaki bisa meregang dan ini yang bikin tinggi badan bisa bertambah. Usaha dikit boleh kan ya. Biar Alya enggak pendek kayak mamanya, hehehe.

Aku jadi pengen punya sepeda juga nih. Harus nabung lagi biar bisa sepedaan bertiga. Asik kan pagi-pagi ke pasar gitu. Mumpung di daerah sini, arus lalu lintasnya masih desa dan enak buat sepedaan. Takutnya kalau sudah agak urban, sawahnya tinggal dikit kan sayang. Paling enggak, Alya bisa dapetin memori kecilnya di desa sambil sepedaan sama papa mamanya.

Sebelum aku sudahi, ada satu hal lagi. 2 sepeda Alya yang lama, rencana mau kami jual, daripada menuh-menuhi rumah. Wes enggak tahu dihargai berapa, pokoknya jual saja toh enggak kepakai. Sayang kan. Tadinya mau kami hibahin ke siapa gitu, tapi beneran kok ya pas enggak ada yang minat. Yasudah, mungkin jalannya buat dijual walaupun mungkin enggak seberapa. Yang penting sepeda  roda 4 sudah didapat, kini kegiatan main Alya bertambah menyenangkan. Yeay.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Yang kenal deket pasti tahu lah, gimana rewelnya kulit wajahku. Kena panasan dikit, sunburnnya susah hilang. Kena udara dingin dikit, di bagian cuping hidung ngelupas. Kena air dan udara kotor dikit, langsung tumbuh jerawat. Agak susah misal mau coba cobi produk massal yang tersedia di pasaran. Kudu berani trial and error, karena yang ngerti kulit kita ya kita sendiri.

Enggak jarang kok sambat capek, pengennya tahu bereees saja soal kulit. Nah, kalau sudah begini, biasanya kita mempercayakan kesehatan kulit sama klinik kecantikan maupun Dokter kulit. Aku sendiri, setelah ngerasa cocok sama treatment di Omahku D'beauty, kenapa enggak sekalian nyobain produk-produk yang mendukung biar jerawatku cepet kabur? Spoiler dikit kemaren di IGs, karena segirang itu nemuin produk yang bikin kulitku wow. Wah hampir enggak sabaran loh kemarin, hawanya pengen cepet-cepet review. Tapi aku tahan deh, demi dapetin foto before after yang perubahannya cukup signifikan. 


Serangkaian skincare yang dikhususkan untuk wajah yang berjerawat dari Omahkoe D'beauty ini konon sudah banyak membuahkan hasil. Kepoin deh Instagramnya, banyak tuh bagian testimonial yang kompak bilang produknya sangat oke. Aku sebenarnya pengen nyobain semacam serum maupun brighteningnya, cuma kan jerawatnya belum tuntas, jadi masih harus dikoreksi dulu di bagian ini. Baru nanti kalau sudah hilang laaang, beneran bisa cobain yang khusus untuk flek dan bekas jerawat. 

Satu paket ACNE SKINCARE SERIES terdiri dari: Facial Foam, Acne Night Cream, dan Purifying Day Cream. Aslinya pengen nambahain semacam toner atau hydrating essence tapi ya sudah deh, wong yang paketan ini saja belum diuji kok sudah mau ditambah-tambahin. So, langsung saja yok dibahas satu per satu.

FACIAL FOAM FOR ACNE SKIN


Vonny berkali-kali bilang kalau facial foamnya Omahkoe D'beauty ini adalah salah satu yang musti dicoba. Kasarnya, kita boleh deh pakai toner, pelembap, atau perawatan lain, tapi facial foamnya? Jangan! Beneran kudu nyobain.

Selama ini aku pakai facial wash dalam bentuk kengawuran yang hakiki. Boleh cek di blog ini, aku super jarang ngreview yang namanya facial wash. Karena beneran enggak pernah nemuin yang bener-bener pas gitu. Asal bisa ngebersihin wajah dan wajah kelihatan fresh saja, aku sudah bangga. Mostly facial wash yang aku pilih sebelumnya adalah produk pasaran. Dan tahu enggak, aku lebih sering beli yang banyak scrubnya! Alasannya? Pori-pori ku besar, jadi aku butuh scrub biar tuntas ngatasin komedo.

But wait, aku salah. Kebanyakan scrubbing, justu bikin jerawatku enggak pergi-pergi. Makanya, waktu Vonny ngejelasin kalau mending pakai facial wash yang gentle, aku semacam hah hoh gitu. Facial wash yang bisa membersihkan wajah secara mendalam, belum tentu berbentuk scrub. Yang lembut pun juga bisa, salah satunya ya si facial foam tea tree ini.

Sesepele inipun aku belum khatam ternyata ya hahaha. Memilih sabun muka yang cocok ternyata penting loh. T.T


Kenapa dinamakan foam? Jawabannya, aku baru ngeh waktu membersihkan wajah, karena teksturnya yang super lembut begitu dikasih air, langsung berbusa banyak. Sebenarnya, pas kemarin treatment Light Therapy Acne itu, tahapan pertama ya cuci muka pakai Facial Foam ini. Di wajahku yang sensitif, langsung kerasa nyeess, terus begitu dibilas, kayak terlihat banget perbedaannya. Wajah jadi bersih, enggak terasa ketarik, dan glowing. Iya, glow-ing aku enggak bohong.

Maka setelah paketan ini mendarat di rumah, facial foam lah yang langsung aku pakai. Enggak cacicu lagi lah pokoknya. Maklum selama ini salah kaprah dalam memilih pembersih wajah.

Oiya, aku juga suka packagingnya berbentuk flip top ini. Engak perlu takut tumpah-tumpah dan isinya jaminan berkualitas. Cukup tuang dikiiit saja di telapak tangan, enggak perlu banyak-banyak karena gampang banget dibusain. Setelah berbusa, tinggal templokin ke wajah, massage bentar, lalu bilas. 

Facial foam inilah yang membantu jerawat cepat kering dan mengurangi timbulnya jerawat baru. Digunakan cukup 2 kali sehari, yakni pagi dan malam hari, biar kulit tetep terjaga kesegarannya.


ACNE NIGHT CREAM

Habis puas dengan si facial foam, lalu aku pakai Acne Night Cream. Jar kecilnya imut banget, aku pikir isinya juga kecil juga kan, paling enggak nyampai sebulan bye. Eh nyatanya, cream ini awet juga, karena enggak perlu banyak-banyak dioles say. Secukupnya saja. Itupun sudah ada efeknya. Yass, aku suka.


Monmaap, lupa foto unboxingnya. Aku terlalu menggebu buat langsung nyobain, sampai lupa foto hehehe.

Acne Night Cream fungsinya bisa membuat jerawat yang matang menjadi lebih cepat kempes TANPA membuat kering/bernanah/tambah kemerahan. Kelemahannya memang butuh proses yang enggak instan. Tapi memang zaman sekarang masih ada cewek yang tergiur kinclong instan? Enggak kan.

Aku enggak tahu cream ini dapat jampi-jampi apa, kok bisa cocoknya kebangetan. Jerawatku langsung dilibas loh. Pelan-pelan hilang dan yang mau datang pun belum matang sudah kempes duluan. Aku sampai habis kata deh mau ngomong apa, yang jelas kalau kalian lagi jerawatan, boleh loh nyobain Acne Night Creamnya.


PURIFYING DAY CREAM

Jerawat sudah nemu pawangnya, sekarang saatnya melindungi kulit dari efek buruk sinar matahari. Kenapa pelembap merupakan keharusan? Karena walaupun kita tinggal di iklim tropis plus punya kulit yang oily, tapi pelembap membuat wajah justru enggak maksimal dalam mengeluarkan minyaknya. Alias wajah yang kadang enggak dipakein pelembap, produksi minyak bisa mungkin malah jadi berlebihan. Makanya pelembap cukup penting, apalagi untuk efek jangka panjang termasuk urusan anti aging.

Pelembap yang Omahkoe D'beauty rekomendasikan adalah Purifying Day Cream. Ini sudah ada SPFnya loh, jadi enggak perlu khawatir dan enggak perlu ribet mau pakein sunscreen lagi. Sudah lengkap kap kap.


Kelebihan lain yang aku suka, pelembapnya gampang banget diratakan. Ringan banget. Kalau yang berbau ada sunscreen kan biasanya susah diblend terus timbul stain putihnya, nah yang ini beda. Jatunya bagus dikulit. Mau langsung dibedakin oke, mau single used juga sudah kece.


Aku berkali-kali ditanyain soal Omahkoe D'beauty ini sama temen-temen. Dipikirnya klinik biasa ala salon-salon cewek gitu kan, padahal enggak loh gils! Produknya sudah terdaftar BPOM dan dijamin aman. Enggak main-main sih, karena apotekernya sendiri tahu banget takaran yang bagus dan yang enggak bikin kulit iritasi. 

Yang tahu aku pas masih umur 20 tahunan, pasti hafal banget deh soal aku gonta-ganti klinik kecantikan ternama. Baik cream maupun treatmentnya pasti bikin wajahku kemerahan karena sangat keras. Kebanyakan jadi instan, kulitku makin tipis, dan pori-pori juga membesar. Tobat lah pokoknya.


Makanya, aku agak picky soal perawatan. Dan Alhamdulillahnya Omahkoe D'beauty super cocok. Bahkan kesemua produknya. Aku seserius itu loh mau ngasih tahu ke kalian kalau produknya ringan. Mau kray enggak sih, wajah jadi bersih gini. Hehehe.

Mana Vonny dan therapisnya sabar banget ngadepin customer kayak aku. Cerewet dan kebanyakan tanya. Habis gimana, aku cuma pengen kulitku sehat. Untungnya lagi, mereka enggak nuntut aku kudu ina inu. Eh begitu aku WA perubahanku, mereka sama senangnya kayak aku. Buat yang dari tadi nunggu before afternya, ini diaaa!!!

Yang kiri before, yang kanan after ya.


Aku ngerasa kulitku jadi lebih bersih dan whitehead pada kabur. Padahal biasanya super banyak loh, sampai susah kalau mau make up. Oiya, buat hasil kayak gini, aku butuh waktu sekitar 10 hari sejak pemakaian pertama. It really works. Masih heran juga ini haha.


Tipe wajahku kan yang berminyak gitu ya, dengan pemakaian rutin, beneran minyaknya sudah enggak lebay lagi. Bahkan waktu badminton di siang-siang terik gitu, minyaknya masih terkontrol, lalu yang bikin wow, enggak ada sunburn sama sekali. Ini berarti si Purifying Day Creamnya bekerja sangat bagus di kulit aku.

Aku mau rutinin pakai kesemua produknya sampai habis. Habis ya beli lagi alias mau langganan saja deh, sudah cinta ini hehehe.

Oke yang mau kepoin boleh loh ke Instagram: Omahkoe D'Beauty
Dan yang di Semarang juga ada: Omahkoe HerBeauty

Konsultasi online bisa juga, nanti produknya bakalan di kirim ke alamat kalian masing-masing. So, tunggu apa lagi, yang punya problem kulit wajah, enggak ada salahnya nyobain kan? Sekian review dari aku, semoga membantu. 
Share
Tweet
Pin
Share
6 komentar
Since aku sering posting kegiatan kami di rumah, terutama: hobi nyanyi bareng, kebanyakan pada nanya, kok Alya bisa pinter nyanyi begitu sih, memangnya diajarin? Pertanyaan ini sebenarnya sudah cukup terjawab lho di postingan: Selera Musik Alya.

Tapi di situ konteksnya adalah selera musik yang sedang Alya sukai. Bukan tentang hobi dia nyanyi. Nah, di blogpost kali ini aku akan berusaha klarifikasi (eaaa artis) soal ketertarikan Alya sama dunia nyanyi. 

Sorry, enggak ada foto yang representatif >.<
FYI saja nih, menyanyi dan bermain musik bagi kami adalah sekadar hobi, bukan yang berharap banyak nantinya bisa bikin album sendiri, atau bahkan konser di depan ribuan orang. Mimpi kami punya band besar sudah terkubur lama. Oh belum tahu ya? Iya, jadi aku sama Suami sama-sama nge-band pas remaja. Kalau aku sendiri bandnya terdiri dari cewek-cewek. Di Magelang sudah lumayan sering manggung dari pensi ke pensi, cuma ya gitu, enggak serius dan enggak diterusin. Suami juga sama, di kota kelahirannya, dia punya band yang gaul pada zamannya. Musiknya alternatif sampai grunge, khas ala anak ABG labil yang mencari kepastian (halah). 

Kami berhenti manggung just because: orang tua enggak mendukung. Klise sih ini. Lagian orang tua mana yang berpikir bahwa musisi itu berpenghasilan banyak? Mereka pasti kan nganggepnya musisi enggak ada yang beres. Ya, setidaknya karena masing-masing orang tua kami penganut paham Orba Hardikan: Orang tua sudah berkata, harus dikerjakan.

Beranjak makin tua, kami jadi tahu diri kok. Malah ngerasa beruntung. Untung dulu enggak ngebet  biar tenar. Habis di luar sana buanyak banget yang lebih bagus dan berbakat. Kami mah modal enggak fals doang dan itu sudah percaya diri! Aselik, sekarang malu loh denger suara sendiri kalau direkam pas nyanyi. Ternyata separah itu ya, enggak ada enak-enaknya hahaha.

Karena itulah, kami sudah bahagia walaupun bisanya cuma nyanyi-nyanyi di rumah. Bukan pamer atau apa, tapi keseharian kami ya begini ini. Apalagi kalau duit menipis, gitaran sudah paling bagus sih buat hiburan. 

Oke back to Alya ya. Faktor kebiasaan inilah salah satu yang bikin dia tertarik sama musik. Salah duanya, waktu aku hamil, selain aku dengerin musik klasik yang konon bisa bikin anak cerdas, aku juga masih giat nonton gigs dari mulai musik dub sampai jazz. Baru stop nonton konser setelah melahirkan, sampai saat ini. Belum ada rencana ngajak Alya sih, karena masih takut banyak asap rokoknya. 

Beranjak fase bayi, Alya familiar sama lagu-lagu anak berbahasa indonesia, inggris, jawa, sampai salawat nabi. Cara penyampaiannya macam-macam, tapi kami prefer nyanyiin langsung. Alasannya simple kok, kami enggak punya gadget yang mendukung. Eh ada gadget pun juga belum tentu kami sodorin ke Alya. Maklum, kami agak saklek soal screentime.

Baca juga: Ma, Jangan Main Hape Terus

Faktor lain apa ya. Ohiya, lupa lagi, eyangku sendiri adalah penyanyi keroncong, dan punya tiga om yang pemusik juga. Satu biola, satu gitar dan organ, satu lagi penyanyi rock sampai pernah menjuarai tingkat nasional. Ini ngaruh enggak sih? Katanya kan bakat bisa turun temurun. Wong nyatanya cucu eyang akhirnya banyak yang memilih ke ranah seni. Yah anggap saja ngaruh deh kalau gitu (apeu). 

Alya mulai bisa babbling nyanyi, kalau enggak salah inget nih, antara umur 10 - 12 bulan. Lupa deh tepatnya. Kemarin sempet cari-cari di komputer, tapi file-nya enggak ketemu euy. Nah, baru ketika dia sudah lumayan bisa ngomong, nyanyinya jadi lumayan lancar. Sudah bernada dan hafal lirik asal yang pendek pendek.

Kesenengannya nyanyi sudah bukan cuma lagu anak-anak lagi. Sering ngikut apa yang aku sama Suami setel. Makanya, lumayan ketar ketir juga ini kalau ada lirik yang explicit, yaaa walaupun anaknya belum mudeng. Aku pernah loh pulang-pulang nemuin Alya nyanyi "jaran goyang...jaran goyang..." Aku kaget, Alya lebih kaget. Dia nanya emang jaran goyang apaan, gitu masa'.

Menjelaskan hal-hal yang remeh saja susah apalagi yang out of the box begini ya kan? Aku maklum sih, di tempat umum sering diputer lagu-lagu yang mungkin enggak kita sukai. Celakanya kalau anak modelan Alya kayak gini yang 'nyantol dikit langsung diinget'. Jelasinnya kudu dengan cara dan contoh nyata. Alya enggak cukup bisa berbahasa jawa, kalaupun jawa, aku berusaha ngajarin yang halus. Sumpah, susah loh menggambarkan kuda goyang buat Alya. Tapi demi kedamaian semesta, aku jawab saja jaran goyang itu kuda lumping yang suka nari. Nari kan goyang.  Selama Alya enggak nyanyi lagi, case closed. Mama win.

Tiap ada yang dia enggak mudeng, kami siap mental buat jawab pertanyaannya. Kebetulan Alya kami pegang terus, jadi aman lah. Kami juga selalu mengarahkan ke lagu-lagu yang positif, liriknya bagus, dan punya pesan. Sebenarnya kami lagi sering cekokin lagu-lagu nasionalis, lagu berbahasa jawa, dan bahasa inggris. Tapi realitanya, Alya lebih suka soundtrack film disney. Mulai dari Anastasia, Beauty And The Beast, Moana, Tangled, Frozen (ini mah sejak bayi), sampai yang terakhir kemarin pas Alya mandi, aku denger Alya nyanyi Phil Chollins yang "You'll be in my heart". Seneng ya, ya begitulah.

Aku enggak ada target sama sekali Alya harus bisa nyanyi dan bisa main musik apa. Aku berusaha biar Alya sendiri yang berani nentuin, cuma usianya masih belum mumpuni buat memilih. Masih fase plin plan. Kapan hari pengen jadi pemain biola, besoknya ganti lagi pengen jadi pemain drum, terus berubah lagi jadi pemain balet. Masih belum mudeng kayaknya soal hobi.

Aku cuma berharap agar Alya bisa bermain salah satu alat musik, minimal satu jenis saja. Cukup kok. Karena musik bisa sebagai penenang dan melatih kecerdasan. Terserah mau apa, nanti aku cari solusi entah dikursusin atau diajarin keluarga sendiri. Biar nanti kalau dia boring... eh ijik ijik bikin lagu. Wkwkw, boleh lho diamini.

Mengenai banyak pendapat kalau bakat bermusik ini harus diasah, aku sendiri masih ragu. Jujur saja, lagi ngerasa apa yang mama papa rasakan pas aku dulu pengen bermusik. Semoga enggak Orba Hardikan ya seus ya. Hehehe.

Kecuali Alya memilih sendiri jalannya nanti sebagai musisi, gimanapun kami juga pengen dukung. Tapi saat ini kami sebatas pengen Alya senang musik ya biar hatinya ikut senang. Sebagai hiburan. Sebagai hobi. Menyanyi bersama biar kedekatan kami tercipta. Enggak lebih.

Ini masih banyak yang harus dikejar, biar sikap moody Alya enggak berlebihan dan bisa dikontrol. Doain ya, kedepannya Alya bisa menjadi orang bermanfaat bagi semua. Buat kami, mau jadi apapun boleh kok, asal baik dan berguna. :)
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Lucu deh, kalau sudah denger ciwi ciwi centil pada ngomongin make up dan skincare, terus menghubungkannya dengan cara memilih cowok. Iya, ada loh yang berpendapat bahwa perawatan kecantikan yang biasa mereka lakukan itu menjadi tolok ukur biar bisa mendapatkan pasangan yang mereka idamkan. 

Contoh statementnya:

"Aku mau cari lelaki yang mengerti aku. Yang ngertiin kalau aku suka perawatan mahal, biar nanti kalau nikah mereka enggak kaget"

Atau, 

"Harap maklum ya cowok-cowok, kita itu skincare-nya aja mahal. Jadi ya misal mau dapetin kita, musti punya modal dulu"

Kenapa perawatan kecantikan jadi sedemikian rumitnya ya? Padahal kan enggak semua cowok mengerti skincare dan make up? Apa korelasi harga make up dan skincare dalam memilih pasangan ke depan? Apakah artinya semua cowok yang bermodalkan hati dan masa berjuang enggak bisa dapetin cewek yang mereka inginkan?

Monmaap ni monmaap, apakah semua ini jadi identik dengan uang?


Lucunya lagi yang ngomong begitu banyakan ngaku baru sama-sama belajar kehidupan. Bukan artis, bukan horang kaya, bukan influencer, dan bukan yang harus selalu tampil cantik menawan. Yang ngomong begini justru yang ruang lingkupnya kebanyakan cewek-cewek semua.

Menurutku statement tersebut blunder. Miris loh kalau semua identik sama kecantikan dan kesempurnaan. Nanti kalau kitanya terus disenggol gara-gara make up nya menor, memangnya kita terima? Nanti kalau kita dituntut balik biar bodynya perfect, ngata-ngatain cowok enggak menerima apa adanya. Eaaa pelik ya kak!

Temen-temenku cowok yang masih lajang, biasanya juga lagi asik sama dirinya sendiri. Meniti karir, cari duit buat nyenengin orang tua, dan biar bebas kemana saja. Sama sih sebetulnya dengan cewek-cewek yang sedang asik meniti karirnya sendiri. Kesenangan diri itu lintas gender kan ya?

Semua ini tentang hobi, sesuatu yang bukan karena kebutuhan, melainkan untuk menyenangkan diri. Hobi bisa diukur dari kemampuan seseorang dan bisa berubah seiring dengan perubahan zaman dan bertambahnya usia. Permasalahannya jika kita ingin cowok mengerti kita, apakah kita juga mengerti mereka?

Oke daripada bingung, mari kita ubah statement tersebut dari sisi cowok. Kira-kira bunyinya begini:

"Aku hobi main motor gedhe nih. Pengennya kalau sudah nikah ya tetap bisa touring keliling Indonesia"

"Widih koleksiku sudah nambah electronic drum nih. Besok mulai nyicil bikin studio kedap suara ah. Biar nanti anakku bisa jadi musisi terkenal. Semoga dapet jodoh yang ngerti kalau musik itu bisa menghasilkan"

Nah loh, kalau dibalik begini kita sebagai cewek terima enggak? Itu belum seberapa, hobi cowok konon lebih variatif. Memangnya kita ini tahu detail harga spare part vespa berapa? Tahu enggak sama koleksi gundam yang bikin banyak cowok anteng tapi harganya gandem marem? Gear kamera itu seberapa banyak sih jumlahnya?

Baca juga: Tahu Diri

Aku mikir logika saja sih. Kecuali kalian horang kaya mah bebas. Cari jodohnya pun yang sama-sama berduit. Ibarat kalian berdua hobi beli pulau pun tetep bakal tercapai.

Buat aku yang banyak berteman sama cowok kelas menengah, aku jadi iba loh (azeeeg). Rasanya sungguh keterlaluan, padahal sebenarnya kan cowok juga punya kriterianya. Ya jangan sampai sih, kita yang hobi koleksi skincare ini tampak sangat susah untuk diajak berjuang bersama. Sementara itu, enggak semua cowok bisa menuruti apa yang si cewek inginkan.

Kalau sama-sama tahu sih lanjut. Tapi ya memang seharusnya sama-sama tahu loh gils!

Dulu pas gadis hobiku macem-macem, dari kuliner, perawatan, jalan-jalan, koleksi topi lucu, koleksi semua yang berbau VW Beatle, banyak deh. Masih sendiri soalnya, belum mikir macem-macem. Apa-apa tinggal beli.

Suami juga gitu. Cuma, karena sekarang kita sudah bersama dan kebutuhan selalu ada saja, ya sebisa mungkin kami beli yang posisinya paling primer. Mana nih yang lebih urgent, benerin mesin cuci rusak, atau beli hydrating toner? Ini contoh kecil loh ya.

Berteman dengan cowok, bikin aku jadi punya dua sudut pandang. Satu ketika aku melihat sesuai hati nurani diri sendiri, yaitu sebagai seorang cewek. Kedua, aku melihat perspektif dari sudut cowok ketika mereka merespon sesuatu.

Enggak jarang loh temen-temenku ini komen soal dunia cewek. Kadang stress juga kalau ceweknya udah ngambek dan minta macem-macem. Ada kan yang telat dijemput, cemberutnya sampai besok? Adakan yang lupa disurprise-in pas lagi ulang tahun terus minta putus? Ngaku deh ngaku! Hahaha.

Kalau kata Suamiku sih, cowok lebih bisa menyederhanakan pemikirannya. Kalau minta sesuatu ngomong DENGAN JELAS. Jangan pakai ilmu semiotika, kudu ngerti dulu tanda tanda alam misal ceweknya lagi datang bulan. Mayoritas cowok ya mana tahu ya kan ya...

Point plus dari penyerhanaan pikiran ini adalah mereka jadi enggak suka ribet, maunya yang praktis-praktis. Makanya, kalau mereka melihat kita pakai skincare berlayer-layer kadang sampai pusing sendiri. Sedangkan mereka cuma cuci muka saja sudah merasa tampan loh.

Eits jangan marah dulu, mari kita bahas point minusnya. Saking fokusnya, mereka jarang ada yang bisa multi tasking, alias kalau sudah mengerjakan satu hal, ya itu yang jadi prioritas. Selebihnya bakalan ambyar. Sulit banget deh kayaknya, dapetin cowok yang bisa nelpon sambil ngetik sambil dengerin curhatan temen sambil makan siang. Kalaupun ada, sepersekian persen dari jumlah cowok di dunia.

See? Berpasangan itu harus bisa saling melengkapi, bukan menuntut pasangan untuk mengerti kita secara sepihak.

Well, kembali lagi saja ya, soal hobi.

Hobi memang bisa jadi profesi. Suka skincare, hobi nyobain treatment macem-macem, direview, kemudian jadi beauty blogger.

Suka make up, banyak yang suka sama hasilnya, lalu jadi MUA.

Versi cowok ada juga kan?

Suka games, hobi war, ikut lomba, menghasilkan.

Demen motret, beli kamera, lengkapi gear, jadi fotografer.

Kesemuanya bisa menghasilkan, asal kita mau ulet dikit mulai dari gabung ke komunitas, sering ikut event, dan peka sama kesempatan. Kesemuanya hampir sama. Kalau buat hobi doang mah yaudahlah ya asal ada uang.


Ini bukan berarti aku menyudutkan kita sebagai para cewek untuk enggak percaya diri loh. Tapi mohon digarisbawahi, bahwa hobi kalian dandan, bukan berarti jadi patokan untuk memilih pasangan. Iya kalau bisa milih, bisa beneran dapet yang dipengeni, kalau enggak?

We can't force anyone to love us, right?

Terlebih menjalin hubungan. Kita harus sama-sama mengerti satu sama lain. Misal pun pasangan mau mengerti kalau make up kita mahal, kita mampu beli skincare sendiri, ya nanti jangan kaget kalau pasangan suka koleksi Diecast. Buat apa? Ya buat menyenangkan diri itu tadi.

FYI loh ini, Suamiku yang enggak kaya kaya amat saja berani beli sneakers mahal, celana yang harganya 1 juta keatas, plus koleksi kamera manual. Mau marah? Ya enggak, orang uangnya sendiri. Padahal kalau ditotal bisa loh buat beli motor baru yang lebih berguna bagi kehidupan sehari-hari.

Begini deh, sejak pacaran kita sudah tahu masing-masing hobi kita. Enggak usah hobi, me time saja. Siapa sih yang bilang me time cuma buat cewek? Memangnya bapak-bapak enggak pengen futsal, atau nongkrong di warkop apa? Wong dulu pas aku baby blues itu Suamiku ikutan stress kok!

Baca juga: We Time

Mengenal pasangan satu sama lain itu yang bikin hubungan nyaman loh. Enggak cuma yang klop diajak ngobrol, tapi juga yang tahu isi hati kita SATU SAMA LAIN. Termasuk kesenengannya apa. Harus berimbang. Kita nuntut boleh ina inu, tapi pasangannya dilarang ita itu. 

Makanya, aku paham banget, hobi enggak bisa ditakar mahal enggaknya. Paham juga, kulit kita juga butuh asupan dari skincare yang mungkin lebih cocok yang mahal. Kulit kita aset masa depan kita. Paham, paham banget.

Aku sih cuma harap, misal kalian memang suka skincare dan make up, ya itu buat keperluan pribadi. Bukan untuk nyari cowok yang mengerti dan bisa gantian beliin kalau sudah sah menikah. Aku pribadi sih lebih puas beli atau dapetin sendiri, maklum, realitanya gaji masih serba ngepas untuk kebutuhan.

Menikah itu rumit loh, ditambah dengan punya anak. Yakin enggak, kalau hobi nantinya bisa tercover ketika kebutuhan meningkat? Yakin enggak, biaya susu dan popok sampai sekolah enggak bikin kalian ngos-ngosan?

Ah, nanti lagi-lagi kalian bilang sudah cinta mau diapakan lagi. Kan menikah itu mulai dari nol kosong? Preeeet!

Pantaskanlah dirimu tapi jangan terlalu sombong. Jangan lantas kita ini sudah merasa paling wow tapi lihat orang berpasangan mellow juga. Berdamai dengan keadaan penting loh.

Serius deh, ketimbang kita bingung soal memilih pasangan hidup berdasarkan harga skincare dan make up, lebih baik perbaiki diri kita terus terusan. Semoga nanti setelah menikah karir kita tetap cemerlang, anak tetap dapat perhatian, dan penghasilan kita bisa jadi simpanan atau yang bersifat urgent. 

Do'anya jangan cuma dapat pasangan yang bisa ngertiin harga skincare dan make up doang. Tapi yang juga penyayang, setia, sayang anak, sayang orang tua, sayang keluarga, dan jadi imam lahir batin. Masa' belum apa-apa kok sambatnya biaya kecantikan itu mihil.

Egois kan namanya?

Nantinya, akan ada saat di mana kalian akan lebih lega melihat pasangan kalian rela bikinin susu anak tengah malam ketimbang yang cuma bisanya ngasih uang bulanan.
Nantinya, akan ada moment di mana family time lebih berharga ketimbang creambath sendirian.
Nantinya, membayar lunas kredit KPR lebih plong ketimbang rutin spa di salon.

Ya begitulah, siapa bilang hidup itu enggak banyak tantangan. Aku enggak nakut-nakutin kok, cuma biar lebih realistis dikit. Sikap seseorang biasanya baru akan berubah seiring dengan bertambahnya usia dan kebutuhan. Banyak kan yang pada akhirnya berdamai dengan keadaan. 

Sudahlah, raih saja masa emas kalian waktu remaja ini. Banyakin travelling, banyakin main, banyakin berteman, bukan hanya dengan sejenis kalian saja. Kalau perlu bertemanlah dengan cowok. Mengertilah mereka. Karena mereka bakal ngertiin kamu juga.

Jadi intinya, apa hubungannya make up dan skincare dengan memilih pasangan?

Enggak. Enggak ada!
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Ada pernyataan yang pualing aku benci dari kecil, yaitu kalau orang lain sudah ngomong: "kamu tuh kurang bersyukur". Oh wow, really?

Enggak mama, enggak papa, enggak temen-temen, sampai suami sendiri kompak bilang gitu. Oke, aku paham, kalau mayoritas yang ngomong, itu bisa berarti hal tersebut benar. Bahwa aku kurang bersyukur tampak nyata. Lelah ya.

Tapi masalahnya, aku sendiri justru merasa jauh dari kesempurnaan. Keseharianku ya sederhana saja, bahkan mungkin beberapa kali kekurangan. Aku enggak bohong loh, aku selalu bilang, aku sedang berjuang. Nah, pencapaian yang selama ini aku idamkan itu belum tuntas terlaksanakan. Bukankah berdamai dengan keadaan juga merupakan bentuk rasa syukur? Selama ini aku masih dalam proses kok, belum membuahkan hasil. Istilahnya nih, belum apa-apa kok sudah disuruh bersyukur dulu? HERAN kan?

Photo Credits: Chandra Pradityatama
Boleh dibilang, aku ini tipe fleksibel, enggak semua kudu sama peraturannya. Keadilan itu berasaskan kondisi. Yaaah, ini justifikasi pribadi sih. Kalian boleh kok enggak sepemikiran. Bebas mah.

Dalam kamus aku, ada pola tentang rencana kehidupan yang mau dijalani. Setuju donk kalau, life is always full of surprises? Gimana pun kita kudu antisipasi, nyiapin cara A, B, sampe Z supaya urusan enggak cuma halu. Begitu punya masalah, harus segera ditangani. Lebih-lebih masa depan soal finansial dan kerjaan. Malu donk, sarjana umur 23, tapi kok goals enggak ada. Zonk kan ya. Maka aku maunya semua hal itu kudu dipertimbangkan matang. Semua hal sebisa mungkin lewat jalurnya. Jadi setiap tahun ada pencapaiannya.

Yup, manusia merencanakan Tuhan yang menentukan. Tapi ingat, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS.ar-Ra’d:11)

Artinya, manusia diberi akal sehatnya untuk memilih jalan yang sudah Tuhan tunjukkan. Ada banyak loh, tinggal mana yang mau dijalani. Bukan semata-mata "halah ini kan takdir Tuhan, ya kita cuma bisa begini-begini" Ya bukan. Kalau mindsetnya saja seperti itu, lantas apa yang akan kita pertanggungjawabkan. Hawong kita hidup secara sadar kok! Menurutku, hidup itu harus balance, disamping do'a juga ada usaha. Belum berhasil, ya bisa dicoba lagi.

Mungkin kebanyakan orang berpikir bahwa aku selalu menggebu dan punya goals muluk-muluk. Sebenarnya enggak muluk-muluk sih, serius. Misalnya saja pengen sekolah di luar negeri, rutin bersedekah, selalu punya perhatian buat orang tua yang... enggak berlebihan kan? Itupun skala prioritasnya bukan yang urgent banget. Semua masih dalam batas wajar alias masih bisa dikejar kalau ada kemauan.

Artinya, kalau aku mau merealisasikan angan-angan itu, aku harus ekstra kerja keras. HARUS. Enggak boleh enggak. Aku sendiri merasa sudah terlalu lambat. Beberapa kesempatan sudah aku lewatkan, beberapa moment sudah aku buang percuma, jadi kalau sedikit kecewa, itu hal yang biasa. Biasa dalam arti, memang aku sudah berusaha, sudah berdo'a, Kok ya belum dapet-dapet. Setelah itu baru sadar, ya mungkin aku kurang ekstra berusaha. Trust me, kecewanya juga paling bentar saja.

Well, balik lagi ke masalah bersyukur tadi. Aku selalu menganggap bahwa yang harusnya disuruh bersyukur tuh orang yang punya rumah gonjreng mentereng. Orang yang sukses lahir batin sampai lupa menyantuni anak yatim. Atau... tuh, orang yang sudah enak hidupnya tapi masih nyacat hidup tetangga. Nah targetnya tuh tepat, enggak salah sasaran.

Lah aku? Enggak bersyukur dari hongkong?

Aku bener-bener berpikir loh, apa yang membuat mereka merasa aku enggak bersyukur. Barang kali kalau denger curhatanku, baru mereka tahu kalau selama ini aku gimana gimana. Ya tapi masa' saran teman selalu dijawab dengan curhatan, kan enggak.

Jadi, saking kepikirannya aku tentang 'kudu bersyukur' ini, aku jadi lebih memekakan diri terhadap sekitar. Salah satunya adalah mendengarkan cerita dari ibu-ibu di sekolah Alya. Apa lagi sih kegiatan ibu-ibu waktu nungguin sekolah anak selain rumpi? Senam? Yoga? Main catur? Sudahlah iyain saja, kalau sudah ketemu yang klop, biasanya kita rumpi hahaha.

Aku sudah pernah cerita ya, aku memang sengaja menyekolahkan Alya di tempat yang biasa saja, dan dekat rumah. Lagian Alya masih PAUD, aku pikir fungsi sekolah lebih ke sosialisasi dan tempat bermain. Kalau boleh jujur, sekolah Alya itu mayoritas orang-orang menengah ke bawah. Dengan begini, biasanya malah bikin cerita makin beragam.

Mostly para ibu ini adalah ibu rumah tangga, walaupun beberapa ada juga yang kantoran dan anaknya di jemput kakek/neneknya. Awal mulanya kami bercerita tentang anak, merambah ke mau nambah anak lagi enggak. Terus kami yang senggol senggolan becanda gitu. Ada yang bilang pengen, tapi banyak juga yang kompak bilang capek. Yang aku suka, hampir semua ibu-ibu ini realistis. Alias misal nanti punya anak lagi, ya mereka berpikir kalau bakalan momong bayi sambil nungguin kakaknya sekolah. Kalaupun mau punya anak lagi, ya paling enggak nunggu anak pertamanya SD, biar bisa sekolah sendiri. Selogis itu loh!

Nah, sebenarnya dari situ lah aku banyak belajar. Bahwa kekurangan, kadang malah jadi bikin kita lebih berpikir relevan. Enggak yang ya sudah, kebobolan kan rejeki dari Tuhan. Semua sudah diatur oleh Tuhan. Padahal yaelah, kebobolan karena enggak pakai pengaman. Sekali lagi, kalau semua atas kehendak Tuhan, apa yang nantinya kita pertanggungjawabkan.

Para ibu-ibu ini beneran ngajarin aku sesuatu yang bisa dipikir secara sederhana. Misalnya nih, kalau aku lagi kerja keluar kota, otomatis yang antar jemput Alya kan jadi Suami. Mereka langsung nyelutuk "Mbak Yosa enak ya. Kuliah, bisa dapet kerja. Nanti kalau Alya ditinggal, suaminya siap siaga"

Tanggapanku sebenarnya selow, aku cuma bisa ketawa-ketawa. Padahal ya, aslinya aku begini memang aku rencanakan, termasuk memilih suami sekalipun. Tahu banget kok, ada beberapa kondisi di mana beberapa orang enggak bisa bekerja dan manut manut saja. Kita enggak bisa menyamaratakan kondisi dan pilihan.

Aku pun beberapa kali tersadar kalau aku enggak bisa berada di posisi mereka. Harus nyuci pakai tangan subuh-subuh, masakin suami, anak, dan mertua, sampai harus ngurusin PKK RW yang banyak acara. Beneran, masakan mereka enak-enak loh, dan biasa ngurus hal-hal remeh sendirian sama anak. Kayak ke BPJS, kayak ke puskesmas, kayak naik angkot. Aku mah boro-boro bawa Alya berduaan keluar, yang ada selalu nunggu Suami dulu biar bisa momong barengan. Boleh lah kalian bilang aku super mandiri kalau lagi sendiri, kalau sama anak? Wah, cemen luar biasa.

Makanya, aku lebih menyimpulkan perbedaan seperti ini sebagai bahan pembelajaran. Saling melengkapi pengalaman satu sama lain, biar hidupnya berwarna indah, ya kan bun?

Setelah beberapa kali membuka diri pada keadaan, ternyata, kesalahanku selama ini bukan karena tidak bersyukur. Melainlah aku terlalu optimis, terlalu menggebu, jadinya terlalu mendongak ke atas. Bukan ke bawah. Bersyukurnya kurang banyak, karena bersyukur enggak kenal syarat dan skala.

Ada banyak banget orang yang kurang mampu dan belum tentu bisa menjadi apa yang diinginkannya. Mereka serba keterbatasan. Ya keterbatasan dana, ya keterbatasan fisik, ya keterbatasan support. Batasannya apa, ya dari masing-masing personal. Tergantung bagaimana mereka mengukur diri sendiri dulu dan orang lain.

Kalau sudah melek mata gini, aku terus sadar banget. Bahwa selama ini aku sudah mencapai beberapa goals. Yang tadinya belum bisa terealisasikan, tahun ini pelan-pelan sedikit ada perubahan. Bersyukurnya sudah, tinggal langkahnya yang pelan-pelan.

Kata kuncinya adalah refleksi diri dan, BERSYUKURLAH SEKECIL APAPUN.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
(Sponsored Post)

Hampir lupa rasanya memanjakan diri, akhirnya aku berhasil curi waktu buat me time bentar. Yeay! Bener loh, sejak aku punya anak, aku hampir enggak pernah nyentuh yang namanya salon atau klinik kecantikan. Selain mikir pasti harganya mahal, aku jelas susah atur waktu yang aman. Kayak gini kok pengen cantik bersinar, berkhayal saja ya kan?

Makanya, sekali dapat kesempatan, apalagi sih yang aku pilih kalau bukan perawatan? Setelah beribu purnama, sekarang keluar kandang juga, dan aku merasa kembali berjiwa muda. Hahaha. 

Ngomong-ngomong nih, memilih tempat treatment, bagiku tentu bukan perkara mudah. Ada banyak pertimbangan yang harus aku pikirkan, karena apa? Karena sebelum menikah, aku sudah bolak balik datangin klinik, salon, sampai Dokter kulit. Hasilnya kadang instan, kadang telalu keras, kadang bikin bekas kemerahan. Kesemuanya mirip: bikin tongpes dan kecanduan.



Kalaupun aku mau memilih treatment buat kulit wajah lagi, otomatis aku sudah bener-bener tahu kredibilitas dan kualitasnya. Well kali ini aku mau share tentang pengalamanku treatment di OMAHKOE D'BEAUTY. 


STORY BEHIND


Jadi ceritanya, Vonny, pemilik Omahkoe D'beauty ini termasuk jajaran temen deketku. Dari dulu passionnya emang yang berbau beauty. Sebelumnya, ia lebih dulu mempunyai toko parfum, lalu intens ikut kontes desain, baru mengibarkan Jengkennes Make Up lewat ketrampilan tangannya yang ciamik. Serius, yang mau make up di Magelang, ini recommended banget!

Kalau boleh menyanjung, *boleh ya Von*, Vonny itu enggak pernah setengah-setengah dalam menjalankan bisnisnya. Dia berani mulai dari nol banget. Pernah beberapa kali denger ceritanya, dia sudah banting tulang sejak dulu. Begitu dia punya keinginan, dia bakalan mau belajar habis-habisan. 

Maka enggak heran juga, setelah dua bisnisnya berjalan beriringan, dia merambah lagi ke perawatan wajah dan tubuh. Ya Omahkoe D'beauty ini. Kini rumahnya disulap menjadi tiga tempat bisnis sekaligus. Wah mantep cin. Momong tiga anak  sambil manage bisnis. Sungguh ibu idaman bukan?

Nah, sekarang kita bahas treatment di Omahkoe D'beauty ini ya!


WHAT


Berada di Jalan Magelang Salaman KM 15, Nusupan, Salaman, Magelang, sesuai dengan namanya, ketika datang ke klinik kecantikan ini, nuansanya homey abis. Tempatnya bersih, tertata rapi, dan yang pasti wangi! Ada beberapa treatment yang Omahkoe D'beauty tawarkan. Antara lain, Face Treatment, Body Treatment, dan Hair Treatment. Wow lengkap sekali ya kan. 

Buat kalian yang berada di area Magelang dan susah mau keluar, Omahkoe D'beauty juga menyediakan jasa Home Treatment. Terapisnya bisa dipanggil ke rumah tanpa ribet. Ini memudahkan sekali, apalagi yang seneng perawatan sekeluarga. Boleh banget dicoba tuh.

Yang aku suka, Omahkoe D'beauty punya produknya sendiri buat menunjang perawatannya. Mulai dari sabun susu, cream, face wash, toner, body exfoliating, sampai masker wajah yang dipakai di setiap treatment Omahkoe. Masih ragu? Tenang, semua produknya sudah terdaftar BPOM. Jadi aman!


Produk tersebut ditata rapi biar pelanggannya bisa memilih langsung. Oiya, pelanggan Omahkoe D'beauty bukan hanya di Magelang doang ternyata. Bahkan sampai luar kota, karena produknya bisa dikirim kemana saja.


HOW 


Jujur saja, sudah lama aku mendambakan perawatan di sini, karena lihat testimonial dari beberapa pelanggannya yang beneran terasa nyata. Mostly yang jerawatan parah bisa hilang tanpa bekas dengan rutin perawatan dan memakai produknya. Siapa yang enggak mupeng coba?

Pantas sih pada bilang nyaman dan keenakan buat treatment di sini. Lha wong tempatnya saja unik dan terapisnya ramah. Enggak ada tuh yang namanya dijutekin, dicuekin, dibikin sebel nunggu. Kita juga bisa tanya-tanya produk sambil curhat masalah kecantikan. Enggak perlu rikuh enggak perlu pekewuh. Anggap saja rumah sendiri. *eh lha kok ngelunjak*

Awal datang, kita disuruh untuk konsultasi dulu dan mengisi lembar rekam medik. Misalnya pernah pakai produk apa saja, pernah ke klinik mana saja, sampai produk yang sedang dipakai. Wah aku sampai bingung mau jawab karena banyak banget bowk yang pernah aku coba. Hehehe.


Setelah itu, terapis akan mengarahkan treatment apa yang akan dilakukan dan merekomendasikan produk untuk perawatan harian. Karena jerawatku kecil-kecil dan banyak bekasnya, treatment yang dipilihkan adalah Light Acne Therapy.


Sudah gitu, kita tinggal tiduran manis di tempat yang disediakan. Seperti yang kita lihat, semua alat disini dijamin bersih dan steril. Aku pakai kemben khusus dan begitu selesai langsung dicuci. Begitu pula dengan wadah dan alatnya. Aku lihat terapisnya cekatan dan memperhatikan kebersihan. Nah kan, sekali lagi, bikin nyaman.


Oke, semua sudah disiapkan. Tahapan pertama yaitu membersihkan wajah. Walaupun dari rumah aku enggak make up an, tapi ada saja kotoran. Tahap pertama ini memakai face wash yang mengandung tea tree. Rasanya seger dan muka jadi terasa bersih.

Kemudian lanjut tahap kedua, yaitu massage. Sayang seribu sayang, muka aku masih jerawatan. Kata Vonny, kalau kondisi wajah sudah normal, yang paling ditunggu-tunggu adalah pijatan. Duh beneran harus ditelatenin ini mah, supaya bisa ngerasain enaknya dipijat dan ditotok wajahnya. 

Kalau masih jerawatan kayak aku gini, sebenarnya dapat kok pijatan, hanya saja enggak telalu lama dan lebih ke bagian punggung dan dada. Ini berguna sekali biar kita jadi relaks. 


Jika di tempat lain kita akan diuap biar pori-pori terbuka, Omahkoe D'beauty berbeda! Mereka menggunakan teknik lain yang lebih aman, yaitu mengoleskan gel khususnya. Karena enggak semua orang cocok dengan metode uap, terlebih orang yang punya penyakit asma seperti aku ini. Nah cocok kan!

Terapisnya sempat wanti-wanti karena rasanya akan cekit-cekit, tapi aku enggak ngerasa loh beneran. Aku malah ngantuk karena mukaku diuyel-uyel gitu. Hehehe.

Beberapa saat kemudian, baru deh proses menghilangkan jerawat! Ahaaaa! Siap-siap kesakitan sudah.


Suprisingly terapisnya ambil komedo dengan telaten, pelan, dan pakai teknik tanpa rasa sakit. Misal sakitpun enggak yang sampai mbrebes mili kok. Selama aku treatment rasanya baru kali ini aku enggak mengeluarkan air mata. Iya!

Jerawat besar boleh hilang, tapi yang namanya whitehead dan bruntusan, waaaah ya tetap harus dikeluarkan. Lumayan susah loh kalau bagian kecil-kecil gini. Setelah itu, baru dipakein alat High Frekuensi supaya meminimalisir kemerahan akibat facial.


Selain itu dalam rangkaian facial ini, kita akan diberi serum vitamin c yang berguna untuk mencerahkan sekaligus mempercepat proses pengeringan jerawat. Hanya saja, serum vitamin C enggak boleh digunakan sembarangan dan tiap hari pada wajah yang berjerawat. Takutnya malah berlebihan dan bikin jerawat enggak kunjung hilang.

Habis itu aku masih dipakein topeng masker dengan kelap kelip berbagai warna yang masing-masing punya manfaatnya, yaitu anti aging dan anti jerawat. Sayangnya, lupa ke foto di bagian ini. Kalau mau lihat, ada di videonya kok.

Nah, tahapan terakhir adalah maskeran dengan masker yang lagi-lagi mengandung tea tree. Adem dan seger banget. Rasa perih dan cekit-cekit langsung dilibas sama ini masker. Sekitar 15 menit sambil ketiduran karena keenakan, baru deh dibilas.


RESULT


Sekali datang sekali nyoba langsung kerasa bersihnya. Apalagi kalau diraba, beugh komedonya hampir enggak ada sisa. Terus yang bikin seneng lagi, kemerahan akibat di facial itu enggak yang merah banget kayak kepiting rebus. Padahal kalau facial di tempat lain, aku pasti tutupin wajah dan malu kemana-mana. 

Ini beneran enggak loh. Habis facial saja, aku masih pede nampang kemana-mana. Mana kulit aku diolesin pelembap ber spf setelahnya. Namun akan lebih baik, jika setelah perawatan, kita memakai produk Omahkoe D'beauty juga. Supaya kulit lebih cepat membaik dan jerawat kabur enggak balik-balik.


Point plus lainnya adalah, semua produk dan treatment Omahkoe D'beauty ini enggak keras sama sekali. Karena kalau keras, biasanya mukaku bakalan nolak dan bereaksi cepat. Omahkoe luar biasa, kulitku cocok uh senangnya...!!!

Kayaknya aku bakal repeat order dan perawatan rutin nih. Sudah berumur masak mau coba coba terus. Kalau di Magelang ada, ngapain jauh-jauh keluar kota yakan?

Oiya, Omahkoe D'beauty juga buka di Semarang loh. Tepatnya di Jalan Menoreh Raya No. 20 Semarang Barat dengan nama Omahkoe Herbeauty. Di sana menyediakan jasa Home Treatment yang sama nyamannya. 

Semoga ke depannya Omahkoe D'beauty buka cabang dimana-mana ya, supaya semua bisa merasakan treatmentnya yang beneran ciamik. 

Jerawatku, ayo donk cepet sembuh, biar aku bisa perawatan yang lain juga! Enggak sabar ini orangnya. Hahaha.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

HELLO!


I'm Yosa Irfiana. A scriptwriter lived in Magelang. Blog is where i play and share. Click here to know about me.

FIND ME HERE

  • Instagram
  • Twitter
  • Facebook
  • Google Plus

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  January 2023 (1)
  • ►  2022 (14)
    • ►  December 2022 (1)
    • ►  October 2022 (1)
    • ►  August 2022 (2)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (1)
    • ►  April 2022 (2)
    • ►  March 2022 (2)
    • ►  February 2022 (3)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (60)
    • ►  December 2021 (1)
    • ►  November 2021 (3)
    • ►  October 2021 (3)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (2)
    • ►  June 2021 (3)
    • ►  May 2021 (15)
    • ►  April 2021 (21)
    • ►  March 2021 (2)
    • ►  February 2021 (2)
    • ►  January 2021 (5)
  • ►  2020 (44)
    • ►  December 2020 (5)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  October 2020 (4)
    • ►  September 2020 (5)
    • ►  August 2020 (3)
    • ►  July 2020 (7)
    • ►  June 2020 (6)
    • ►  May 2020 (1)
    • ►  April 2020 (4)
    • ►  March 2020 (2)
    • ►  February 2020 (3)
    • ►  January 2020 (2)
  • ►  2019 (89)
    • ►  December 2019 (5)
    • ►  November 2019 (7)
    • ►  October 2019 (6)
    • ►  September 2019 (10)
    • ►  August 2019 (6)
    • ►  July 2019 (6)
    • ►  June 2019 (9)
    • ►  May 2019 (9)
    • ►  April 2019 (8)
    • ►  March 2019 (7)
    • ►  February 2019 (7)
    • ►  January 2019 (9)
  • ▼  2018 (135)
    • ►  December 2018 (21)
    • ►  November 2018 (17)
    • ►  October 2018 (9)
    • ►  September 2018 (9)
    • ▼  August 2018 (10)
      • ONE COLOR MAKE UP COLLABORATION WITH BEAUTIESQUAD
      • CERITA PINDAHAN
      • SEPEDA BUAT ALYA
      • REVIEW ACNE SKINCARE SERIES OMAHKOE D'BEAUTY
      • KOK SUDAH BISA NYANYI?
      • HOBI DAN MEMILIH COWOK
      • KURANG BERSYUKUR?
      • PENGALAMAN TREATMENT DI OMAHKOE D'BEAUTY
      • BLACK LIST
      • PERAN ORANG TUA DALAM MENGHADAPI BULLYING
    • ►  July 2018 (9)
    • ►  June 2018 (12)
    • ►  May 2018 (9)
    • ►  April 2018 (9)
    • ►  March 2018 (9)
    • ►  February 2018 (10)
    • ►  January 2018 (11)
  • ►  2017 (116)
    • ►  December 2017 (8)
    • ►  November 2017 (7)
    • ►  October 2017 (8)
    • ►  September 2017 (9)
    • ►  August 2017 (8)
    • ►  July 2017 (11)
    • ►  June 2017 (8)
    • ►  May 2017 (11)
    • ►  April 2017 (8)
    • ►  March 2017 (12)
    • ►  February 2017 (15)
    • ►  January 2017 (11)
  • ►  2010 (9)
    • ►  November 2010 (9)

CATEGORIES

  • HOME
  • BABBLING
  • BEAUTY
  • FREELANCERS THE SERIES
  • HOBBIES
  • LIFE
  • PARENTING
  • BPN 30 DAY BLOG CHALLENGE
  • BPN 30 DAY RAMADAN BLOG CHALLENGE 2021

BEAUTIESQUAD

BEAUTIESQUAD

BLOGGER PEREMPUAN

BLOGGER PEREMPUAN

EMAK2BLOGGER

EMAK2BLOGGER

Total Pageviews

Online

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose