HOBI DAN MEMILIH COWOK

by - August 18, 2018

Lucu deh, kalau sudah denger ciwi ciwi centil pada ngomongin make up dan skincare, terus menghubungkannya dengan cara memilih cowok. Iya, ada loh yang berpendapat bahwa perawatan kecantikan yang biasa mereka lakukan itu menjadi tolok ukur biar bisa mendapatkan pasangan yang mereka idamkan. 

Contoh statementnya:

"Aku mau cari lelaki yang mengerti aku. Yang ngertiin kalau aku suka perawatan mahal, biar nanti kalau nikah mereka enggak kaget"

Atau, 

"Harap maklum ya cowok-cowok, kita itu skincare-nya aja mahal. Jadi ya misal mau dapetin kita, musti punya modal dulu"

Kenapa perawatan kecantikan jadi sedemikian rumitnya ya? Padahal kan enggak semua cowok mengerti skincare dan make up? Apa korelasi harga make up dan skincare dalam memilih pasangan ke depan? Apakah artinya semua cowok yang bermodalkan hati dan masa berjuang enggak bisa dapetin cewek yang mereka inginkan?

Monmaap ni monmaap, apakah semua ini jadi identik dengan uang?


Lucunya lagi yang ngomong begitu banyakan ngaku baru sama-sama belajar kehidupan. Bukan artis, bukan horang kaya, bukan influencer, dan bukan yang harus selalu tampil cantik menawan. Yang ngomong begini justru yang ruang lingkupnya kebanyakan cewek-cewek semua.

Menurutku statement tersebut blunder. Miris loh kalau semua identik sama kecantikan dan kesempurnaan. Nanti kalau kitanya terus disenggol gara-gara make up nya menor, memangnya kita terima? Nanti kalau kita dituntut balik biar bodynya perfect, ngata-ngatain cowok enggak menerima apa adanya. Eaaa pelik ya kak!

Temen-temenku cowok yang masih lajang, biasanya juga lagi asik sama dirinya sendiri. Meniti karir, cari duit buat nyenengin orang tua, dan biar bebas kemana saja. Sama sih sebetulnya dengan cewek-cewek yang sedang asik meniti karirnya sendiri. Kesenangan diri itu lintas gender kan ya?

Semua ini tentang hobi, sesuatu yang bukan karena kebutuhan, melainkan untuk menyenangkan diri. Hobi bisa diukur dari kemampuan seseorang dan bisa berubah seiring dengan perubahan zaman dan bertambahnya usia. Permasalahannya jika kita ingin cowok mengerti kita, apakah kita juga mengerti mereka?

Oke daripada bingung, mari kita ubah statement tersebut dari sisi cowok. Kira-kira bunyinya begini:

"Aku hobi main motor gedhe nih. Pengennya kalau sudah nikah ya tetap bisa touring keliling Indonesia"

"Widih koleksiku sudah nambah electronic drum nih. Besok mulai nyicil bikin studio kedap suara ah. Biar nanti anakku bisa jadi musisi terkenal. Semoga dapet jodoh yang ngerti kalau musik itu bisa menghasilkan"

Nah loh, kalau dibalik begini kita sebagai cewek terima enggak? Itu belum seberapa, hobi cowok konon lebih variatif. Memangnya kita ini tahu detail harga spare part vespa berapa? Tahu enggak sama koleksi gundam yang bikin banyak cowok anteng tapi harganya gandem marem? Gear kamera itu seberapa banyak sih jumlahnya?

Baca juga: Tahu Diri

Aku mikir logika saja sih. Kecuali kalian horang kaya mah bebas. Cari jodohnya pun yang sama-sama berduit. Ibarat kalian berdua hobi beli pulau pun tetep bakal tercapai.

Buat aku yang banyak berteman sama cowok kelas menengah, aku jadi iba loh (azeeeg). Rasanya sungguh keterlaluan, padahal sebenarnya kan cowok juga punya kriterianya. Ya jangan sampai sih, kita yang hobi koleksi skincare ini tampak sangat susah untuk diajak berjuang bersama. Sementara itu, enggak semua cowok bisa menuruti apa yang si cewek inginkan.

Kalau sama-sama tahu sih lanjut. Tapi ya memang seharusnya sama-sama tahu loh gils!

Dulu pas gadis hobiku macem-macem, dari kuliner, perawatan, jalan-jalan, koleksi topi lucu, koleksi semua yang berbau VW Beatle, banyak deh. Masih sendiri soalnya, belum mikir macem-macem. Apa-apa tinggal beli.

Suami juga gitu. Cuma, karena sekarang kita sudah bersama dan kebutuhan selalu ada saja, ya sebisa mungkin kami beli yang posisinya paling primer. Mana nih yang lebih urgent, benerin mesin cuci rusak, atau beli hydrating toner? Ini contoh kecil loh ya.

Berteman dengan cowok, bikin aku jadi punya dua sudut pandang. Satu ketika aku melihat sesuai hati nurani diri sendiri, yaitu sebagai seorang cewek. Kedua, aku melihat perspektif dari sudut cowok ketika mereka merespon sesuatu.

Enggak jarang loh temen-temenku ini komen soal dunia cewek. Kadang stress juga kalau ceweknya udah ngambek dan minta macem-macem. Ada kan yang telat dijemput, cemberutnya sampai besok? Adakan yang lupa disurprise-in pas lagi ulang tahun terus minta putus? Ngaku deh ngaku! Hahaha.

Kalau kata Suamiku sih, cowok lebih bisa menyederhanakan pemikirannya. Kalau minta sesuatu ngomong DENGAN JELAS. Jangan pakai ilmu semiotika, kudu ngerti dulu tanda tanda alam misal ceweknya lagi datang bulan. Mayoritas cowok ya mana tahu ya kan ya...

Point plus dari penyerhanaan pikiran ini adalah mereka jadi enggak suka ribet, maunya yang praktis-praktis. Makanya, kalau mereka melihat kita pakai skincare berlayer-layer kadang sampai pusing sendiri. Sedangkan mereka cuma cuci muka saja sudah merasa tampan loh.

Eits jangan marah dulu, mari kita bahas point minusnya. Saking fokusnya, mereka jarang ada yang bisa multi tasking, alias kalau sudah mengerjakan satu hal, ya itu yang jadi prioritas. Selebihnya bakalan ambyar. Sulit banget deh kayaknya, dapetin cowok yang bisa nelpon sambil ngetik sambil dengerin curhatan temen sambil makan siang. Kalaupun ada, sepersekian persen dari jumlah cowok di dunia.

See? Berpasangan itu harus bisa saling melengkapi, bukan menuntut pasangan untuk mengerti kita secara sepihak.

Well, kembali lagi saja ya, soal hobi.

Hobi memang bisa jadi profesi. Suka skincare, hobi nyobain treatment macem-macem, direview, kemudian jadi beauty blogger.

Suka make up, banyak yang suka sama hasilnya, lalu jadi MUA.

Versi cowok ada juga kan?

Suka games, hobi war, ikut lomba, menghasilkan.

Demen motret, beli kamera, lengkapi gear, jadi fotografer.

Kesemuanya bisa menghasilkan, asal kita mau ulet dikit mulai dari gabung ke komunitas, sering ikut event, dan peka sama kesempatan. Kesemuanya hampir sama. Kalau buat hobi doang mah yaudahlah ya asal ada uang.


Ini bukan berarti aku menyudutkan kita sebagai para cewek untuk enggak percaya diri loh. Tapi mohon digarisbawahi, bahwa hobi kalian dandan, bukan berarti jadi patokan untuk memilih pasangan. Iya kalau bisa milih, bisa beneran dapet yang dipengeni, kalau enggak?

We can't force anyone to love us, right?

Terlebih menjalin hubungan. Kita harus sama-sama mengerti satu sama lain. Misal pun pasangan mau mengerti kalau make up kita mahal, kita mampu beli skincare sendiri, ya nanti jangan kaget kalau pasangan suka koleksi Diecast. Buat apa? Ya buat menyenangkan diri itu tadi.

FYI loh ini, Suamiku yang enggak kaya kaya amat saja berani beli sneakers mahal, celana yang harganya 1 juta keatas, plus koleksi kamera manual. Mau marah? Ya enggak, orang uangnya sendiri. Padahal kalau ditotal bisa loh buat beli motor baru yang lebih berguna bagi kehidupan sehari-hari.

Begini deh, sejak pacaran kita sudah tahu masing-masing hobi kita. Enggak usah hobi, me time saja. Siapa sih yang bilang me time cuma buat cewek? Memangnya bapak-bapak enggak pengen futsal, atau nongkrong di warkop apa? Wong dulu pas aku baby blues itu Suamiku ikutan stress kok!

Baca juga: We Time

Mengenal pasangan satu sama lain itu yang bikin hubungan nyaman loh. Enggak cuma yang klop diajak ngobrol, tapi juga yang tahu isi hati kita SATU SAMA LAIN. Termasuk kesenengannya apa. Harus berimbang. Kita nuntut boleh ina inu, tapi pasangannya dilarang ita itu. 

Makanya, aku paham banget, hobi enggak bisa ditakar mahal enggaknya. Paham juga, kulit kita juga butuh asupan dari skincare yang mungkin lebih cocok yang mahal. Kulit kita aset masa depan kita. Paham, paham banget.

Aku sih cuma harap, misal kalian memang suka skincare dan make up, ya itu buat keperluan pribadi. Bukan untuk nyari cowok yang mengerti dan bisa gantian beliin kalau sudah sah menikah. Aku pribadi sih lebih puas beli atau dapetin sendiri, maklum, realitanya gaji masih serba ngepas untuk kebutuhan.

Menikah itu rumit loh, ditambah dengan punya anak. Yakin enggak, kalau hobi nantinya bisa tercover ketika kebutuhan meningkat? Yakin enggak, biaya susu dan popok sampai sekolah enggak bikin kalian ngos-ngosan?

Ah, nanti lagi-lagi kalian bilang sudah cinta mau diapakan lagi. Kan menikah itu mulai dari nol kosong? Preeeet!

Pantaskanlah dirimu tapi jangan terlalu sombong. Jangan lantas kita ini sudah merasa paling wow tapi lihat orang berpasangan mellow juga. Berdamai dengan keadaan penting loh.

Serius deh, ketimbang kita bingung soal memilih pasangan hidup berdasarkan harga skincare dan make up, lebih baik perbaiki diri kita terus terusan. Semoga nanti setelah menikah karir kita tetap cemerlang, anak tetap dapat perhatian, dan penghasilan kita bisa jadi simpanan atau yang bersifat urgent. 

Do'anya jangan cuma dapat pasangan yang bisa ngertiin harga skincare dan make up doang. Tapi yang juga penyayang, setia, sayang anak, sayang orang tua, sayang keluarga, dan jadi imam lahir batin. Masa' belum apa-apa kok sambatnya biaya kecantikan itu mihil.

Egois kan namanya?

Nantinya, akan ada saat di mana kalian akan lebih lega melihat pasangan kalian rela bikinin susu anak tengah malam ketimbang yang cuma bisanya ngasih uang bulanan.
Nantinya, akan ada moment di mana family time lebih berharga ketimbang creambath sendirian.
Nantinya, membayar lunas kredit KPR lebih plong ketimbang rutin spa di salon.

Ya begitulah, siapa bilang hidup itu enggak banyak tantangan. Aku enggak nakut-nakutin kok, cuma biar lebih realistis dikit. Sikap seseorang biasanya baru akan berubah seiring dengan bertambahnya usia dan kebutuhan. Banyak kan yang pada akhirnya berdamai dengan keadaan. 

Sudahlah, raih saja masa emas kalian waktu remaja ini. Banyakin travelling, banyakin main, banyakin berteman, bukan hanya dengan sejenis kalian saja. Kalau perlu bertemanlah dengan cowok. Mengertilah mereka. Karena mereka bakal ngertiin kamu juga.

Jadi intinya, apa hubungannya make up dan skincare dengan memilih pasangan?

Enggak. Enggak ada!

You May Also Like

2 komentar

  1. Akupun bingung pas ditulis ttg skin care dan cowo td :p. Mubgkin mereka memang blm ngerasain kehidupan stlh nikah gimana mba :p. Aku dan suami, dr awal udh sepakat, dia tau aku tergila2 traveling dan hal2 ekstreme, yg mana kebanyakan ga murah. Tp suami ngizinin krn aku toh pakai uang sendiri utk itu. Buat dia, gaji yg aku dpt, terserah mau dipake apa, krn yg wajib cari nafkah itu dia. Tapi, dia mau, gajinya dia aku atur dengan benar.Harus jelas debit kredit kemana dan prioritasnya apa. Jd tiap akhir bulan, aku bisa kasih excel yg komplit kemana aja tuh gaji suami beredar. Nah jadikan sama2 enak. Di awal udh ada kesepakatan, gaji siapa akan digunakan utk apa :D. Untungnya kalo soal hobi, suami cuma suka tenis meja. Masih terjangkau utk budget hihihi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi bener mbak, kudu ada kesepakatan. jangan egois kalo udah berumahtangga :)

      Delete