YOSA IRFIANA

Powered by Blogger.


Sebelum bahas Bio Essence 24 K Bio Gold - Gold Water, aku mau tegasin  dulu ya, kalo aku emang lagi nyari rangkaian produk yang cocok buat usia 30 tahun tapi masih jerawatan. 

Demi menyempurnakan perawatan wajah supaya lebih sehat, ternyata banyak langkahnya. Seperti yang kita tahu, ada beberapa metode penggunaan skincare. Dari double cleansing, pakai skincare berlayer-layer sampai pakai metode yang justru enggak pakai skincare sama sekali. Semua tergantung pada kesenangan dan kebutuhan masing-masing personal.

Aku sendiri mulai memperhatikan masalah wajah karena aku sudah bosan gonta ganti klinik kecantikan. Lantas yang jadi kesulitan adalah memilih skincare yang tepat dan ramah di kantong. Aku bakalan tambah sedih kalo udah mahal mahal beli, eeeeh tapi enggak cocok trus jadi enggak kepake.

Dari pengalaman itulah, aku jadi makhluk pemuja review. Apa yang banyak orang bilang bagus, aku masukin list langsung. Enggak cuma review di blog doank sih, aku ublek juga female daily dan mantengin instastory beauty blogger. Salah satu yang pasti, jelas donk si Suhay Salim.

Trus, aku nemuin feed  Instagramnya Suhay di mana dia pegang Bio Essence 24K Bio-Gold Gold Water. Wow apa nih? Kayaknya kece...

Kalian jangan bingung dulu sama namanya. Setelah aku cari tahu lebih jauh lewat website resminya, Bio Essence ini telah mengeluarkan series 24K Bio-Gold. Nah, Gold Water adalah salah satu rangkaian perawatannya.


Bukan cuma satu dua orang aja sih yang bilang produk ini bagus. Mayoritas yang pernah coba bilang ini oke, termasuk buat kulit sensitif sekalipun. Kabar baiknya lagi, katanya di Guardian lagi promo. Gold Water dengan isi 30 ml seharga cuma Rp 49.900. Fix sudah, langsung cus beli.

Sebelumnya, aku pernah nyobain produk Bio Essence yang series Royal Jelly + ATP.  Essencenya juga cocok di kulit aku. Nah, sekarang giliran aku nyobain yang Gold Waternya sebagai basic skincare.

Baca juga : (REVIEW) BIO-ESSENCE SHAPE V FACE LOOK YOUNGER ROYAL JELLY+ATP

Oke deh, kita mulai reviewnya dulu ya dari packaging yang blink-blink. Waktu pertama kali lihat di Guardian, aku langsung ngerasa waaah keren dan mewah. Botolnya juga terbuat dari kaca. Aaaak aku jatuh cinta sama desainnya. Nyahaha.


DIRECTION

Digunakan dua kali sehari, setiap pagi dan malam. Setelah membersihkan wajah, tuangkan secukupnya ke telapak tangan. Ratakan pada wajah dan leher. Tepuk tepuk dengan lembut hingga benar-benar terserap.


KLAIM

24 Bio Gold terdiri dari bio emas 24 karat unik dan ekstrak herbal yang berharga untuk membantu meningkatkan pembaharuan kulit, perbaikan secara instensif, menghaluskan dan membuat matte kulit wajah.

Pencapaian dan aspek dari kesempurnaan kulit yang dimaksud, antara lain:
1. Pori-pori halus.
2. Cerah dan kenyal.
3, Kerutan memudar
4. Sebum yang seimbang.
5. Kulit lebih sehat dan berenergi.
6. Kulit tampak bercahaya.


INGREDIENTS
Aqua, Butylene glycol, Glyceryl, Polyacrylate, Ethylhexylglycerin, Glycerin, Candida bobicola/glucose/metyl rapeseedate ferment, Sodium hyaluronate, Sodium carbomer, Caprooyl tetrapeptide-3, Dextran, Glycyrrhiza glabra root extract, Hamamelis virginiana extract, Pentylene glycol, Fructose, Urea, Citric acid, Sodium hydroxide, Maltose, Sodium PCA, Sodium chloride, Trehalose, Allantoin, Glucose, Ecklonia cava extract, Hizikia fusiforme extract, Codium tomentosum extract, Gelidium cartilagineum extract, Fragrance, C12-15 pareth-12, Sodium lactate, Sodium oxide, Calcium oxide, Magnesium oxide, Colloidal Gold, Phenoxyethanol, Chlorphenesin, Cl 19140.
Bio Essence 24 Bio Gold-Gold Water ini digunakan cukup dua kali sehari, yaitu pagi dan malam, setelah wajah dibersihkan. 24K Bio-Gold sangat ringan sehingga dapat digunakan sebagai pengganti atau bersamaan dengan toner tanpa membuatnya terasa tebal di kulit. 


As you can see, isinya air yang dengan serpihan emas. Wow, aku juga bingung nih itu apaan. Ukuran 30 ml ini, aku prediksiin bisa sebulanan deh ngabisinnya. Botol kacanya emang tebal, cuma kalo travelling aku masih kudu hati-hati. Takut petjah tsay.


Nah, satu lagi yang aku suka dari packagingnya. Setelah tutup botol dibuka, ada lapisan pelindung biar isi tidak tumpah. 

Cuma yang enggak aku suka, ketika dituangkan, susah banget keluar isinya. Mungkin dikarenakan lubang botol yang terlalu kecil atau karena botolnya terbuat dari kaca. Bisa jadi pengaruh juga. 


Pertama kali aku coba, cairan ini terasa sangat ringan tapi agak kental. Ringaan...tapi...kentaal..eh gimana sih? Hahaha. Pokoknya ketika kita tuang, cairan ini mirip gel yang cair. Trus yang emas-emas itu ternyata bisa memudar begitu diusap di kulit.

Soal wangi, Gold Water ini enggak menyengat sama sekali. Soft banget cocok buat hidung yang sensi sama bau-bau-an.

Aku enggak pakai sebagai toner dalam rangkaian perawatan kulit. Tapi aku pakai setelah toner dan aku jadiin semacam essence. Gold Water ini lembut dan lumayan cepat meresap di kulit. Seriously, kulit kerasa lebih calm lho.


Karena kulitku benar-benar bermasalah, aku lakukan tahap double cleansing dulu. Yaitu milk cleanser, facial wash, toner, baru lanjut ke Gold Water. Kalo malem, baru lanjut ke lotion jerawat khusus di bagian yang berjerawat. Sedangkan pagi, lanjut pelembab dan tabir surya.

Aku tepuk tepuk aja pelan sampai meresap. Jadi beneran kayak pakai essence. Karena kalo diusap, malah jatuhnya enggak rata nanti.

Bagaimana reaksi kulit sensitif berjerawat ketika memakai Gold Water ini?

Setelah aku coba sendiri sekitar 5 hari pemakaian, kulitku terlihat lebih sehat. Kalo make up jadi lebih dewy. 

Untuk jerawat sendiri, Gold Water enggak akan mengobati sebenarnya. Karena kegunaannya bukan disitu kan. Tapi Gold Water juga tidak menimbulkan jerawat di kulitku. Ini penting, karena buat aku, dalam menilai suatu produk, pokoknya enggak bikin breakout aja aku udah seneng banget. Apalagi sampai yang bisa bikin kulit tambah sehat. Beeughh, hormat deh.


Bekas jerawat belum terasa pudar sih, lha iyalah baru 5 hari pakai gimana? Hahaha. Well yeah, aku pribadi menggunakan produk ini emang khusus untuk mencegah penuaan dini. Kondisi kulit aku yang berumur 30 tahun tapi masih sering jerawatan, memerlukan beberapa penanganan khusus.

Daerah pipi yang sering aku totolin lotion jerawat itu, lebih sering terlihat kering apalagi pas pake make up. Jadi Gold Water ini sangat bekerja di kulit aku. Dia semacam mensupport pelembab yang setelah itu aku pakai.


Semakin bertambah usia, aku jadi makin memperhatikan kulitku. Gold Waternya Bio Essence mendukung kulit tampak lebih muda. Tentu saja aku bakalan beli terus ini mah. Kan biasanya kalo sudah cocok, kita susah move on.

Kalian sudah coba belum? Share donk. 😘
Share
Tweet
Pin
Share
6 komentar
Kata papa mama, aku itu sudah punya selera yang unik sejak masih kecil. Bukan cuma karena aku ini anaknya ya. Tapi papa mama punya alasan kuat, kenapa sampai berkata demikian. Tentu saja dibanding adik-adikku sendiri, aku cenderung keras kepala. Kalo punya kemauan kudu tercapai. Aku jarang bisa menyukai sesuatu hal yang sama kayak orang kebanyakan. Aku berbeda.

Blogpost kali ini, aku mau bahas tentang selera. Bukan hal yang berat kok, dibawa sante aja. Yang paling gampang deh, dimulai dari ngomongin musik.

SUAMIKU SELERAKU¬
Selera musik aku terbentuk karena waktu aku masih kecil, papa masih berprofesi sebagai penyiar radio. Banyak lagu yang diputar berulang-ulang. Tiaaaap hari. Dari Anggun C Sasmi, Koes Plus sampai The Beatles. Atas nama keterbatasan dana, papa sering merekam sendiri lagu-lagu menjadi satu kaset. Ide cemerlang bukan.

Selain ngebajak ala ala, papa punya banyak kaset juga kok. Aku bahkan baru tahu -dewasa ini- ketika bongkar lemari, trus dapetin kasetnya The Carpenters dan Bjork. Kaset asli lho. Tandanya papa beli sendiri dan kayaknya emang suka sih. Cuma seumur hidup rasanya aku jarang denger lagu-lagu itu di rumah. Kalah sama selera mama. Kalah sama Desi Ratnasari dan Paramitha Rusady. THIS IS LYFE.

Semua lagu yang diputar tiap hari itulah yang kemudian aku hafalkan secara gamblang. Bangga lah. Kecil-kecil gitu aku enggak cuma cas cis cus nyanyi lagu-lagunya Chicha Koeswoyo dan Adi Bing Slamet. Tapi hafal Bujangannya Anggun C Sasmi sekalipun! Bagaimana tante dan om ikutan pamer bakat ku ini coba? Sombong ya. Biar.

Aku dengerin hampir semua jenis musik.
Masuk SMP, aku tergolong anak biasa yang ngefans abis sama boyband. BSB dan Westlife terutama. Semua temen tahu ini sih. Tapi kalo di rumah, ya random lagi urusannya. Penting buatku bisa karaokean Whitney Houston sama Bee Gees.

Nah lho! Bingung kan.

Beranjak remaja, makin galau lagi. Aku mulai kenal Alanis Morissette ketika lagu Hand Clean nya ngehits di beberapa radio. Eh nge hits enggak sih. LOL.

Lagu itu dirilis circa tahun 2002, waktu aku kelas 2 SMA. Kayaknya se magelang raya, aku deh yang paling sering request lagu ini. Diantara teman yang lain, selera kayak gini dianggap lumayan aneh. Lagu macam apa sih. Susah. Enggak easy listening. Mana Alanis kan cuek. Wajahnya enggak dapat dikatakan cantik-cantik amat. Eksotis lah ya. Well, jujur aja, di era segitu Avril Lavigne aja imut-imut lho. Susah mau cari penyanyi kondang yang enggak mentingin muka.

Sebagai anak gawl pemuja majalah keren beken dan tontonannya planet remaja, aku juga punya band donk. Masak selera oke, enggak punya band. Pantang hukumnya. Aku enggak cuma punya satu band doank, tapi dua malah!

Yang satu di sekolah dan satu lagi diajakin pemuda kampung. Tapi sedihnya, kesemua bandku serempak enggak bisa dan enggak mau bawain lagunya Alanis. Semuanya disekitar lagu Evanescence, Avril Lavigne, Dewa, Padi....mmm apa lagi sebut donk!

Pokoknya yang keren itu yang berbau lengkingan nada tinggi. Semakin ngotot excatly semakin asoy.

Maka jangan heran, kalo sekali kita nonton pensi atau lomba band, pasti ada satu dua band dengan lagu yang sama. Aransemen plek, warna vocal dimirip-miripin, gaya enggak jauh beda. Ya wajar sih, namanya juga punya idola. Idola kita mayoritas sama. Sekelurahan pakaiannya ala lagu sk8er boy semua. 

Anggap aja kami lagi cari jati diri. Maklum.

Lalu pernah suatu hari ada kabar gembira. Salah satu temenku ada yang nawarin buat bawain lagunya Live On Release berjudul I'm affraid of britney spears dan lagunya Wheatus, Teenage dirtbag. Kedua lagu tersebut ada di album kompilasi yang judul albumnya aku lupa. Hahaha.

Temenku itu umurnya jauh lebih tua dari kami. Rumahnya nyempil di kampung belakang. Gaweannya cuma tongkrang tongkrong. Kalo kerja pun mentok jadi kernet truk. Iya ih beneran lho. Tapiiiii yang perlu digarisbawahi, seleranya unik. Di saat genk kere horenya rame rame dateng ke pentas dangdut, dia memilih ngublek lagu di toko kaset. Dia berbeda, dia menjadi dirinya sendiri.

Sayangnya, bukan jodoh kami bawain lagu-lagu yang dia maksud. Udah latihan berkali-kali tapi gagal ikutan manggung karena kuncinya susah.

PUPUS LAH SUDAH HARAPANKU.

Yayaya. Aku ngerti kualitas diri kok. Aku cuma penyanyi kamar mandi. Jangan harap aku sudi bikin album. Siapa yang mau dengerin? Kecoa aja enggak mau.

Semakin aku banyak berteman, aku punya referensi musik lebih banyak. Then, pas kuliah aku sering banget ngikutin gig. Enggak merubah selera sih, cuma jadi lebih variatif gitu aja. Aku mulai menerima musik yang unik dan jarang orang yang tahu. Yaaah ala anak muda indiepop gitu lah, makin susah nama bandnya dilafalin, makin keren pula seleranya.

Dibenakku, ANTI MAINSTREAM ITU KEREN TIADA TARA.

Aku kadang juga masuk ke ranah hardcore. Ikut-ikut mantan pacar berbaju hitam dan bersepatu boots. Aku merasa makin keren.

Aku beneran lagi mencari jati diri kayaknya. Lha gimana enggak, diam-diam di kamar, aku kadang kangen sama lagu-lagu lamaku. Diam-diam capek dengan segala hingar bingar. Jenuh dengan judgement orang begitu tahu selera musikku murahan.

Di situ aku merasa, tidak menjadi diriku yang sebenarnya.

Aku mulai mendengarkan radio. Lagu hits semacam D'MASIV, GIGI, dan akupun mulai asik nonton Soundrenalin, di mana semua artis industri maupun independent ada. Aku menikmati semuanya. Sesuai dengan yang aku suka.

BEBAS MERDEKA!!!

Keberuntungan datang kemudian. Aku mengenal calon suamiku ini ya karena seleranya mirip. Pokoknya keren lah kalo bisa nge-gig bareng. Suamiku lebih random lagi. Standart cowok, dengerin musik asik itu yang bisa headbang juga. Hahaha.

Baca juga: Sulung Ketemu Sulung

I finally realized.
Sejak dulu, suamiku enggak pernah komplain kalo aku dengerin apapun. Bahkan kadang ikutan nyanyi bareng. Apapun. BSB sampe Coldplay. Salut sama Ahmad Dani tapi juga mengagumi Dave Ghrol. Rela nganterin aku nonton Dubyouth Soundsystem tengah malem waktu hamil. Dan sama sekali enggak maksa aku buat suka apa yang didengarnya.

Kadang saking apresiasinya terhadap musik, malah justru bikin kita enggak punya selera ya. Hahaha. Padahal ya... aslinya selera kami hampir sama. Jadi kalo misal dia mau nyekokin aku musik musiknya, tentu saja bisa.

Selera memang bisa berubah karena lingkungan. Bersamaan dengan karakter dan sikap kita. Mungkin banyak diantara kalian yang enggak sadar, kalo selera sering menyatukan kita dalam sebuah hubungan. Satu selera itu mostly membuat kita nyaman. Banyak benarnya, kalo selera sudah sama, niscahya ke depannya bakalan lancar.

Tapi selera itu tidak harus dipaksakan. Mau suka dangdut ya dangdut aja jangan malu dianggap kampungan. Selera lagu klasik ya enggak usah takut dianggap kuno. Anggapan-anggapan itu kan mereka yang buat dan bukan bersifat mutlak.

Sering lho aku dengerin omongan kayak:

"Ih seleranya dangdut. Enggak banget"
"Dia tuh becandanya receh ya. Kurang intelek"
"Woooh pakaian masnya pink. Hmmm pasti hmmmm"
"Apaan sih rambutnya diombre. Kayak anak nakal aja"
"Wiiih seleranya keren tuh. Pasti orang kaya"

Dan lain sebagainya.

Sungguh kucapek atas penilaian orang yang sok merasa sempurna. Anggaplah kalo kita tidak satu selera, ya sudah, enggak usah memaksa. Toh kita juga enggak mau dipaksa buat suka apa yang kita benci.

Misal ada yang kurang sreg, cukup diomongin di hati.
Jangan pernah nyepelein.
Coba kita jujur dan bertanya pada diri sendiri. Apakah sikap kita sudah mencerminkan selera tanpa ditutup-tutupin?

Itu baru soal musik. Bisa juga selera berpakaian, selera makan, selera memilih pasangan. Jangan ada paksaan sama sekali ya untuk memilih. Jangan pernah mau disuruh orang lain untuk menentukan jalan hidup kita. Yaaa... kecuali kalo itu mau kita dan yang terbaik buat hidup kita. Tapi ingat, selera itu ya datang dari diri sendiri.

Karena sesungguhnya, di saat tidak ada yang menilai selera, disitulah kita bisa menentukan selera kita yang sebenarnya.

Biarlah semua itu berbeda. Ya masak semua seragam. Nanti kita enggak saling kenal donk. Intinya, saling mengingatkan aja. Yah, barangkali kita suka salah sangka menilai karena selera berbeda. Tapi jangan terus gara-gara beda selera, kita meremehkan orang lain. Ya kan ya?

:)
Share
Tweet
Pin
Share
8 komentar
Judul dari "kata pepatah" tersebut, mungkin paling cocok buat kasus aku sama Alya. Yaitu punya sifat yang hampir sama. Masih mending donk kalo sifat baik yang aku turunkan, lha ini sifat buruknya juga nurun. Fiuh, drama apalagi sih ini? *pasang kuda kuda*


Perlu digarisbawahi, bahwa sifat dan sikap itu berbeda. Sifat konon adalah bawaan lahir dan cenderung berinteraksi ke diri sendiri. Sifat ada yang baik atau buruk dan terbentuk oleh lingkungan dan pengalaman yang dialaminya.

Sementara sikap merupakan bentuk perlakuan kita terhadap orang lain. Apa yang nampak adalah sikap kita, perilaku kita. Baik cara bicara, berjalan, penuh kasih sayang atau tukang bantah, itu sikap yang ditunjukkan.

Nah, sifat sama watak beda lagi. Kalo watak tidak bisa diubah dan identik dengan kebiasaan buruk. Tapi kalo sifat, bisa mengalami ketidakstabilan apalagi anak-anak. Karena anak-anak kan dalam tahap belajar. Mereka juga sering menirukan tabiat orang-orang di sekitar.

Anak kecil memang datang seperti kanvas putih yang mau digambar apa juga bisa. Artinya, anak-anak itu sangat gampang terkena dampak keadaan. Semakin umurnya bertambah, semakin mudeng pula dia memahami apa yang dihadapinya. Maka, disinilah peran orang tua dan orang terdekatnya yang sangat dibutuhkan. Karena lewat kita yang dewasa inilah, anak bisa memfilter apa yang baik untuknya.

Aku ambil contoh ya.
Beberapa tahun yang lalu, aku pernah shooting di pemukiman kumuh. Tepatnya di belakang salah satu Universitas Negeri kota Yogyakarta. Kami lagi mencari talent dadakan karena format shootingnya sendiri adalah reality show. Pemukiman padat penduduk yang berada di pinggir rel kereta api tersebut, mayoritas penghuninya dapat dikatakan masyarakat menengah ke bawah. Hidup berdampingan dengan hiruk pikuk kota besar dan berdekatan pemukiman mewah. This is life lah pokoknya.

Waktu menunggu talent terpilih, kami duduk di pinggir rel. Tak berapa lama kemudian, datang seorang bapak dan anak kecil, yang mungkin berusia dua tahunan. Masih digendong kok, aku inget banget. Mereka lantas ikutan ngobrol sama kami.

Tahu apa? Beberapa kali anak kecil itu melontarkan kata-kata kayak:
"acuuu...ajiguuul"

Diulang-ulang terus, sampai kami bingung mau nanggepinnya bagaimana. Bapaknya cuek. Orang orang di sekitarnya juga sudah terbiasa.

Buat yang belum tahu, kata-kata itu kasar banget dan jorok. Aku sendiri ogah deh nerjemahin ke bahasa sebenarnya. Sumpah enggak tega. Tapi kami cuma nyengir aja. Mau negur mana berani, bapaknya aja tampang gali. Eh enggak tampang aja dink, preman kok. Beneran preman! Bingung kan jadinya. Trus pas bahas di mobil akhirnya pada bilang:
"Ohlha pantes... Wong tuone wae ngono"
-___-

Saking seringnya menemui hal seperti ini, kami anggap bukan perkara mudah untuk bisa mengubah sifat. Toh yang penting kami datang dan bermaksud sama baiknya. Akhirnya, kami hanya bisa diam sambil membatin saja. Enggak usah ikut campur pokoknya, daripada kenapa-kenapa.

Dont get me wrong.
Bagi aku, diam bukan berarti enggak memikirkan. Demi apapun, yang sudah terekam itu selalu jadi bahan pembelajaran.

Aku jadi was-was mendidik anak. Takut nantinya terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak aku inginkan seperti tadi. Kalo bisa mah, anakku jangan sampe kenal sama kekerasan dan kata-kata kotor. Gimana pun caranya ya menghindarkan jauh-jauh dari perusak moral generasi bangsa.

Enggak bisa dipungkiri bahwa masih ada beberapa orang tua yang masa bodoh dalam mendidik anak. Udah mengandung, melahirkan, momong, mana anak rewelan pula. Lupa deh, ngurus anak adalah kewajiban orang tua. Anak itu rejeki, anak itu refleksi kita. Siapa kita, ya itulah jadinya anak kita.

Bukan cuma aku lihat dengan mata kepala sendiri. Noh, di sosmed banyak disebar, anak kecil bisa merokok plus ngomong jorok. Dibombong pula. Makin jadi deh akhirnya.

Apa yang dibanggakan dari anak yang bisa merokok dan ngomong jorok? Certainly enggak ada. Jadi omongan, iya!

via GIPHY

Perbedaan cara berpikir itu dikarenakan oleh adat, budaya, lingkungan serta tingkat pendidikan. Rasanya kok kayak enggak adil ya kalo mikir gini. Tapi kebenaran itu nyata dan masih ada.

Time goes by.
Semua yang sudah aku pikirkan matang-matang itu kadang lupa begitu saja. Yaaa...ada benarnya lah kalo kalian bilang, aturan buat dilanggar. Yang melanggar biasanya yang buat aturan. Sengaja atau tidak sengaja, jenuh dan jengah karena aturan ternyata memaksa.

Punya anak tentu punya segudang masalah. Aku sendiri sering banget kelepasan emosi dan inilah yang dicontoh Alya kemudian. Kecil-kecil begini, anak kan peniru ulung. Sayangnya mereka belum tahu mana yang baik dan mana yang buruk.

Even aku itu lebih sering jaga image di depan anak, tapi makin kesini aku makin menampakkan sifat asli. Karena aku pikir, Alya kan sudah mudeng, jadi harus tahu mana yang bikin mama seneng, mana yang bikin mama marah, dan mana yang bikin mama sedih.

Namun, aku sendiri kurang sadar. Aku meluapkan emosiku di depan Alya. Yang paling parah, bahkan beberapa kali aku ketus-ketusan sama suami. Aku kan kalo marah, ya harus diungkapin. Apa-apa harus dikomunikasiin, jadi abis itu plong. Enggak ada dendam enggak dipikir jadi beban. Cuma ya itu, enggak lihat kondisi dulu langsung main marah aja. 

Alya tahu itu semua. Dan aku selalu nyesel akhirnya.

Baca juga : Maafkan Mama, Nak

Saking seringnya aku keceplosan dan beberapa kali terlihat marah, menjelang umur tiga tahun Alya sudah menampakkan sifat aslinya. Dia ikutan galak. Berlaku buat semua, pukul rata. Asal ada yang bikin dia enggak suka, ya udah, langsung keluar sifat jeleknya. Wajahnya cemberut, nunjukkin sikap marah, dan bentak.

Pernah ya, kami beli baju di bringharjo. Kok ya ndilalah, ibunya yang jual baju ketus abis. Ditanyain harga baju, malah dijawab "lha situ niat beli enggak?".

Aku sama suami males urusan kayak gini di depan orang banyak kan. Jadi kami selow, enggak ambil pusing. Kami enggak tawar langsung beli deh. Orang cocok dan murah juga kok.

Alya nih yang kami anggap enggak ngerti apa-apa, tiba-tiba teriak "Alya enggak mau baju iniiii"

Sepasar noleh deh kayaknya. Kami malu lah jelas. Tapi ibu penjual malah jadi enggak enak hati. Mungkin dia pikir, sikap ketusnya dibales sama Alya kali ya. Sumpah, aku enggak nyangka. Sampe ibu itu malah berubah ngebaikin kita. Kali itu aku merasa, AHA ada gunanya ya Alya galak.

via GIPHY

But yeaah, itu kebetulan yang tidak direncanakan. Emangnya seberapa banyak manfaat baik ketimbang efek buruknya? Kan cuma sedikit presentasenya. Alya galak itu memang sering bikin keki temen-temennya. Jarang lah dinakalin, padahal dia paling kecil lho di lingkungannya.

Tapi efek buruknya banyak. Dia jadi sering memulai pertengkaran. Mulai berani bentak temennya kalo udah ganggu mainan dia. Trus juga enggak sungkan nunjukkin kemarahannya di depan siapapun. Pede amat kan.

Huhuhu, akhirnya ketakutan itu terjadi.
Aku pasti dibilangin: "Ohlha pantes, wong tuone wae yo ngono"
-___-

The conclusion is:
Roger that!
Aku jadi mengerti dan inget sama si bapak preman tadi. Nyahaha.

Ada juga sih, anak preman yang malah pinter. Anak pejabat tinggi malah narkoba. Kadang bukan kesalahan orang tua, tapi lingkungan yang turut serta. Tapi ingat, mendidik anak dan membentuk sifatnya itu tugas berat boss. Kalo bisa sih, kita aja kan ya yang gesrek, anak jangan. Kita boleh bego, anak jangan. Anak harus lebih baik dari kita.

Aku harus bisa mendidik anak dengan baik dan menyenangkan. Dimulai dari diri sendiri dulu lah. Masak aku komplain sama cara mendidik orang lain tapi aku sendiri menanamkan sifat yang keras?

Kecil memang. Tapi dampaknya banyak.
Sekecil apapun aku marah, itu merupakan contoh buruk bagi anak. Dia lah yang menjadi cerminan kita. Sifat apapun bisa dicerna mentah olehnya.

Disinilah letak aku yang belajar banyak dari Alya. Aku harus bisa meredam emosiku. Lihat situasi dan kondisi. Marah kan bukan solusi, mana katanya pernah jadi Guru Komunikasi. Heleeeh teori doank mah.

Yayaya. Besok lagi kalo lagi gondok, aku kudu bisa menata emosi. Misalnya pergi bentar beli ice cream, tidur di kamar sendirian, dengerin musik dengan tenang, atau... pergi yoga!

Hmmmm.
Mantep lah. Jadi ada alesan buat kongkow jalan-jalan. 😋
Share
Tweet
Pin
Share
18 komentar
Sore ini, Magelang dikabarkan hujan es. Beritanya santer sampai mana-mana. Lucunya, kabar tersebut justru kami dengar dari kerabat dan sanak sodara yang mengkhawatirkan kami yang sebenarnya sedari siang di rumah saja. Iya, dengan teduh menikmati derasnya hujan dan bersyukur karena: kami bisa selalu bersama. Aku dan suami bersyukur karena pekerjaan kami banyak di rumahnya. 

Blogpost kali ini, aku mau cerita tentang pekerjaanku sehari-hari sebagai seorang freelancer. Seperti yang kalian tahu, aku kerap kali merasa jenuh. Engga jarang aku merasa kudu sesekali keluar rumah. Keluar rumah adalah salah satu kunci kebahagiaan. Keluar rumah adalah kebebasan. 

Tapi sore ini jadi lain. Kondisi cuaca yang sedang ekstrim dan rentan penyakit ini membuatku kembali bersyukur. Aku di rumah baik baik saja. Pekerjaanku tetap kelar, dan anak tetap dapat perhatian.

Blogpost ini juga menjawab beberapa pertanyaan teman tentang suka duka menjadi freelancer. Sekali lagi disclaimer ya, isinya tentang cerita kami. Kalian tidak bisa menyamaratakan semua kehidupan itu sama. Dan iya, aku cerita ini sekadar sharing aja, tanpa bermaksud menyinggung siapa-siapa.

So Yeah, let's tell this story properly.


Basic Story
Pekerjaan utama suamiku adalah freelance designer yang sehari-hari banyak ngendon depan komputer. Kalau sekarang dia punya klien tetap dari luar negeri, itu adalah jerih payahnya semasa bujang untuk mempersiapkan suatu hari termasuk hari ini. 

Goals: punya kerjaan yang tidak jauh dari keluarga.

Aku memilih menjadi freelancer lagi, karena setelah aku resign, tampak banyak kesempatan di depan mata. Baik itu menjadi pegawai lagi atau pekerjaan dengan sistem per project. Kalo aku memilih menjadi pegawai lagi, otomatis aku akan memulainya dari nol. Berkenalan dengan aturan dan teman baru. Meniti karir dan gaji yang tidak lantas langsung tinggi. Lumrah sih, namanya juga adaptasi.

Goals: punya bisnis sendiri yang bisa disambi momong anak.

Intinya sih, kami punya visi dan misi yang sama.

Dulu, kami dipertemukan karena sama-sama satu tim. Kerjanya di lapangan. Pantang bagi kami malas-malasan. Berpeluh matahari dan tahu kondisi terkini adalah bukti kerja keras kami. Tak jarang kami menghabiskan weekend untuk bersenang-senang.

Itu dulu, jauh sebelum memikirkan rumah tangga. Ya, ini sedikit melenceng memang. Tapi kalo punya kondisi kerja lapangan tiap hari, dan itu dilakukan baik suami maupun istri, pun dari pagi ke pagi lagi, anak kami mau ditaruh mana? 

Maka kami pun berpikiran jauuuh sekali ke depan. Salah satunya dengan memutuskan resign dan melatih skill di berbagai bidang.

Jadi freelancer, tentu saja membebaskanku pada sebuah pertanyaan: 
"Kapan kamu keluar dari zona aman?"

Benar, lingkaran pertemananku banyak yang freelancer juga. Jarang lah yang mau jadi pegawai. Tertekan katanya. Kalo tertekan kan kita engga bebas berkarya. Ya masa berkarya dibatasin. Udah gitu gajinya kalo jadi pegawai kan dikit. Iming-imingnya bulanan, tapi kerjanya romusha. 😔

Malah ngelantur. Lanjut ya.
Time flies. Kami menikah, punya anak.

Aku sama suami tidak hanya bernaung di bawah satu perusahaan. Apalagi kami juga punya usaha sampingan untuk jasa fotografi dan videografi. Harus gitu kan, namanya juga usaha.

Lambat laun, jadi freelancer menuntut kita untuk kesana kemari. Ada kalanya kami pergi untuk meet up bersama komunitas dan meeting dengan klien. Paling kalo disuruh nginep pas ada kerjaan lapangan, itu cuma hitungan hari doank. Jadi, kami lebih sering menghabiskan waktu di rumah, dengan keluarga tercinta.

Namun begitu, baik aku maupun suami pernah juga mengalami yang namanya penghasilan seret. Paling sering di tahun 2016. Tahun-tahun merangkak kalo aku bilang. Selanjutnya ya seret seret pun masih bisa disiasati, karena kami sudah pengalaman. 😐

Padahal, dalam bekerja, engga ada yang kami kurang-kurangin. Sama sekali. 
Kami tetap menabung karya. Satunya lewat blog, satunya lewat tulisan. Pun dengan keharusan momong anak, yang kadang bikin ketrucutan, bahwa anak adalah beban bersama. Huhuhu harusnya kan engga boleh begitu. Iya iya, kami paham. 

Dan kami selalu berusaha lebih dari sebelumnya. Karena barangkali, ketika kita sudah berusaha tapi hasilnya belum terasa, kemungkinan usaha kita yang belum maksimal. 

Makanya, diam-diam kami juga mencoba mengais rejeki dengan berbagai cara. Dan yang halal tentunya.  Suamiku ikut kontes desain terus-terusan tanpa pilah pilih. Akupun sama berusahanya. Dari menjual beberapa barang bekas, jualan masker, dropship, dan ikut kontes blog. 

Paling tidak, kami sudah babat alas barengan. Ya maklumlah, banyak yang bilang kalo jadi freelancer itu serba tidak pasti. Sekarang makan ubi, barangkali besok makan cheese fusilli. 

Oh, bukannya aku memberikan kalian sebuah pernyataan yang membingungkan. Bukan juga bermaksud plin plan. Tapi ini beneran terjadi. Bahwa keluar dari zona aman dan nyaman itu pasti. 

Rumit ya?
Toh, engga ada yang bilang mudah. Hehehe.

Maksudku begini, ada konsekuensi yang memang harus diambil ketika sudah menjatuhkan pilihan. Misalnya, kamu adalah seorang ibu bekerja dan nitipin anak di daycare. Tinggal di kota besar, jauh dari keluarga. Ya kamu pasti sudah memikirkan hal yang matang. Toh kamu bekerja untuk meringankan beban keluarga.

Trus ada juga yang memilih jadi ibu rumah tangga. Di posisi ini aku pernah, tepatnya setelah melahirkan. 
Ini juga pilihan tak kalah sulitnya. Ibu rumah tangga kan rentan stress. Kerjaan di rumah terus, jarang bisa keluar rumah, dan banyak yang mengandalkan penghasilan dari suami. Lhooo gakpapa. Itu kan kewajiban. Engga ada yang salah.

Semua pilihan itu tergantung dari sisi mana kebutuhan kita. Apalagi kalo kita ini bukan siapa-siapa. Sama-sama memulai dari nol. Membangun hubungan rumah tangga dan menjaga komitmen bersama.

Engga ada yang bisa bertukar peran satu sama lain. Mau jadi pegawai, mau kerja di lapangan, mau kerja di kapal pesiar, mau jadi freelancer, sama sulitnya.

Jalan hidupku begini. 
Orang tuaku bercerai tepat setelah aku melahirkan. Mereka otomatis pisah rumah. Sendiri-sendiri. Hanya adekku yang terakhir yang menemani kesana bisa, kesini bisa. 
Di kota lain, sebelum kami pindah ini, anak susah aku titipkan. Apalagi kami kan sama-sama engga gampang percayaan. 
Kami memutuskan pindah ke Magelang. 
Pertama, karena banyak keluarga, jadi anak bisa dimonitoring siapapun kalo aku pergi.
Kedua, daerah jangkauanku di Semarang dan Yogyakarta. Yes, anggap aja Magelang di tengah-tengahnya. Paling engga, aksesnya gampang.

Waktu aku memutuskan pindah, bukan sekali dua kali aku mendapat cibiran yang ampuuun sini gue kepret!
Belum tahu masalahnya udah maen kesimpulan aja. Sok tahu kan ya.

Mengapa kami jadi freelancer? Mengapa kami hidup di kota kecil?
Karena kami bisa menjangkau semuanya. Ke back up semuanya.

The points are.
💪Aku selalu berusaha mengerti, dalam hidup ini uang bukanlah satu satu yang terpenting buat kita. Jadi freelancer adalah salah satu caraku untuk bisa mengutamakan keluarga. Aku engga ingin anakku kurang perhatian kayak aku waktu masih kecil. Aku engga ingin jalan hidupku seperti orang tuaku. Aku engga ingin pikiran dipendam hingga menjadi dendam. Dan aku tetap ingin menjadi anak berbakti untuk kedua orang tuaku.

💪Jadi freelancer mengharuskanku bisa terus menghasilkan padahal kerjaan saja kadang ada kadang tidak. Tapi disitulah letak tuntutan berpikir dan terus kreatif. Tidak tertekan oleh apapun. Tidak terikat siapaun. Kami ada untuk menjadi sebuah tim.

💪Engga munafik, kadang pengen jadi pegawai. Yang terpenting, jangan sesekali menjelek-jelekkan nama perusahaan tempatmu dulu bekerja. Karena ia-lah yang justru membuatmu kuat dan bisa menentukan pilihan terbaikmu. Semacam, kamu harus berterimakasih pada mantan. Karena dialah yang membuatmu memikirkan yang terbaik untuk masa depan. *etdah*

Ingat, jika kita memutuskan resign dari pekerjaan dan beralih menjadi freelancer, ada banyak pandangan yang bisa kamu petik dari ceritaku di atas.

Tidak sedikit dari semua temanku beranggapan bahwa freelancer itu keren. 
Bukan serta merta minta enaknya aja, karena bisa semau gue. 
"Wah enaknya, jadi freelancer, gajinya gedhe"

Padahal mah kelihatannya aja banyak. 
Orang sistem kerjanya, malah kadang engga ada aturannya. 
Aturannya ya kita sendiri yang buat. Dibikin sante, ya duit segitu gitu wae. Mau ngejar tabungan ya kudu menggebu.

Selain itu, kita hanya bisa berharap banyak pada diri sendiri. 
Sudah banyak link belum?
Sudah ngembangin skill belum?
Sudah bersikap baik belum?

Toh nyatanya, kalo sikap kita engga ngenakin, pasti dapet hukum rimbanya. 
Semua balik ke yang namanya mental dari diri sendiri. 
Semua disesuaikan sama kebutuhan, bukan cuma keinginan. 
Apalagi cuma pengen keren-kerenan doank. Jangan sampai ketika kita menyesal kemudian.

Oke, sampai di sini dulu ya. Sudah ngantuk. Mama cantik mau bobok dulu. Next post aku akan bahas tentang ketakutan yang sering dialami freelancer. Penasaran? Stay tune lah. Hahaha.
Share
Tweet
Pin
Share
14 komentar
Finally, blog aku dot com juga lho! Keprokin donk, biar aku semangat. 💪


Seperti yang kalian tahu, sudah sejak pertama kali bekerja, aku selalu berhubungan dengan yang namanya tulis menulis. 

Selain memang karena hobby, menulis buat aku adalah sarana mengembangkan ide kreatif apa yang kadang engga bisa aku ucapkan. Se- cerewet-cerewetnya orang, tetep ada yang namanya capek donk ya.

Nah, aku pun. Ada kalanya aku tidak percaya diri karena gagu mau beropini. Ada perasaan takut tidak diterima ketika aku lantang bersuara. Tapi dengan menulis, aku terlatih untuk selalu berpikir. Dengan menulis, aku juga lebih gemar membaca.

Yang paling seru, tiba-tiba semua optimisme dan dukungan jadi selalu ada. Banyak teman yang akhirnya mempertimbangkan ide-ideku, dan juga banyak orang yang terus pengen deket sama aku. Sungguh aku terharu. 😭

Seperti kalian lihat, blog aku sudah ada sejak tahun 2010, tapi baru aktif setahun ini. Masih dikatakan awam lah. Karena... ya memang belum banyak profitnya. Dibanding keuntungannya, jelas lebih dikit daripada pengeluaran bulanan untuk blog sendiri.
Ya cucok sih, namanya ngeblog buat seneng-seneng doank yekan.

Kalo boleh sombong, blog bolehlah gretongan, tapi seenggaknya urusan kuota, aku selalu pake yang unlimited.
Kerjaan utamaku itu penulis naskah. Internetnya barengan sama suamiku yang bekerja sebagai freelance designer. Intinya, internet sama pentingnya. Ada blog atau engga, kami tetep butuh internet.

Lho dimana letak pengeluaran buat blog?
Wola engga sedikit.
Beberapa produk jelas aku beli sendiri. Listrik, laptop, foto produk, touching di photoshop. Itu namanya modal.
Ampun malah ngejelasin gini. -___-

Balik ke blog lagi ya. Aku akuin deh nulisnya aja angot-angotan. Karena dibenakku, profesiku sehari-hari kan penulis, jadi aku engga mau jenuh gara-gara menulis. Masak tiap hari nulis mulu kerjaannya. Abis kelar nulis naskah, disuruh mikir lagi buat konten blog. Blognya kudu berkualitas pula. 

Makanya, jangan heran begitu tahu aku engga mood update blog, bahkan engga niat. Ngisi blog jadi seadanya.

Terus bingung kasih niche apa yang cocok nih. Kok blog temanya gado-gado?
Baiklah, LIFESTYLE aja kan gampil.

via GIPHY

Buat aku pribadi, punya blog pribadi itu rasanya asyik. I have my own brand. Disamping itu, banyak juga temen baru yang aku dapetin dari komunitas blogger itu sendiri.

Wah keren-keren deh, mau jumawa gimana aku, jelas engga bisa. Beberapa dari mereka sudah profesional, sangat memperhatikan konten blog, dan bersemangat mengikuti event dan kontes. Tolong jangan dibandingkan sama aku ya. Aku kan remahan gorengan. 😷

Terus nih, yang namanya udah setahun, yang namanya udah kelihatan blogpost rutin per bulan, semakin lama aku ngeblog, pastinya, banyak diantara kalian yang dalam hati nanya:

"Yosa kok masih pake blog gratisan sih?"

"Sayang lho, udah sering review produk dan beropini tapi beli domain aja pake mikir"

"Masa mau nulis gitu-gitu aja?"

AHAAAA!!!

Menurut ngana aku tidak sadar diri apa? 👶

Aku sudah memikirkannya sejak beberapa ribu tahun yang lalu, hellaw.

Sebelum memutuskan untuk membeli domain, jujur, ada banyak banget pertimbangan dan konsekuensi yang harus aku lakukan. Alih-alih mikirin post berbayar, aku justru mikir iya kalo aku mood nulis bagus terus, lha kalo pas engga ada mood? Engga ada faedahnya? Blog jadi engga enak dibaca?

YAKIN MAU PROFESIONAL?

Aku emang jarang mau memperhatikan hal-hal seperti itu.
Engga perlu jauh-jauh deh.
Mari lihat instagramku. Followers segitu gitu aja yakan. Ya gimana mau nambah, feed aja engga ada yang kece. Feed engga diurus. Lupa terakhir kali post feed. Nyahaha.

Baca juga : Kesibukan Baru Bernama Instastory

Mau followers berapapun aku tetep hore. Mau blog aku dibaca atau engga, aku tetep seneng nulis. Mau namaku dikenal atau engga, aku ya aku. Aku engga mau jadi orang lain yang membuat diriku merasa tidak nyaman.

Karena sesungguhnya, aku emang terbiasa kerja di balik layar.

via GIPHY

Aku engga mau diatur banyak ketika nulis blog. Ya kali, aku tiap hari nulis dengan bahasa yang formal. Ini kan blog aku, ini sarana berekspresiku.

Katakanlah gembling.

On the other hand, dalam hati kecil, sebenarnya juga pengen menjadi penulis yang profesional. Aku harus bisa meredam egoku agar jangan terlalu angkuh. Sok sok an mau angkuh, nanti pas butuh tahu rasa loe.

Disini aku berpikir, kenapa engga sekalian aja bikin blog yang responsif dan profesional?


Memutuskan untuk membeli domain, bukan semata-mata muasin gengsi doank. Ada banyak  konsekuensi yang harus aku perhatikan setelah ini terjadi. Terutama soal konsistensi.

Bisa engga aku rutin ngeblog?
Bisa engga aku selalu bikin konten oke?
Bisa engga blog ku tetep rame?

Membeli domain berarti aku sudah siap untuk beralih ke blogger professional. Mulai mempertimbangkan ganti clean template, mau pegang DSLR dan nyentuh photoshop lagi demi gambar yang pas, dan tentunya mulai aktif di acara-acara untuk blogger.

Toh engga perlu munafik, gara-gara blog, beberapa kerjaan menghampiri tanpa susah susah kirim CV. Mau tahu contoh tulisan, di blog banyak. Mau yang formal, bisa lanjut email. Dan tentunya, reaksi dari orang-orang terdekatpun jadi makin percaya.

Bahwa aku bisa. Bahwa jam terbang menulisku makin bertambah. Bahwa aku mau berkembang!

Aku mau menjadi penulis yang profesional. 😏

Start up dimulai darimana, ya blog adalah salah satunya.

Intinya sekarang, tinggal bagaimana aku mengolah blog postku tiap bulan. Mau itu curhat, mau itu promosi, mau itu berbahasa formal, atau tergerak buat ikutan lomba, itu semua disesuaikan dengan judul besarnya.

Blog ku bukan cuma buat hura-hura, suatu saat akan bisa menghasilkan seperti profesiku sebenarnya. Yang penting, aku mau belajar dan usaha.

So, let's start a new thing! I'm ready already.
Share
Tweet
Pin
Share
12 komentar
Buat kamu yang bergelut di bidang blogging, nama Langit Amaravati pastinya sudah engga asing lagi. Ada dua blog yang wanita tangguh ini pegang. Satu adalah blog pribadi, yang pastinya sangat responsif, dan satu lagi tentang kecintaannya dalam dunia penulisan, yaitu cerpen, puisi dan buku, bernama Wisata Kata.

Teh langit -begitu ia biasa disapa- terkenal dengan konsistensi dan profesionalismenya. Pertama kali aku 'mengenal' namanya, justru datang dari kontes blog yang banyak ia menangkan. Padahal, ia bukan hanya aktif sebagai blogger saja lho, bahkan ia juga desainer. 

WOW.
Siapa sih yang engga ingin tahu rahasia dibalik blognya yang sukses?


Ngopi Cantik yang secara berkala diadakan oleh Beautiesquad ini, secara mengejutkan, sengaja mendatangkan Teh Langit untuk membahas PUEBI. Sungguh salah satu cara terbaik untuk mengenal Teh Langit dan mengetahui rahasianya ya. YES! Akhirnya hahaha.

Pastinya aku serius, karena ternyata, dibalik kesibukannya sebagai seorang Ibu dan segudang aktivitas lainnya, ia bersedia membagikan ilmunya. Jadi, engga perlu bertele-tele. Berikut materi yang diberikan secara cuma-cuma oleh Teh Langit.

Apa itu PUEBI?

PUEBI adalah singkatan dari pedoman umum ejaan bahasa indonesia. Yang dimaksud ejaan di sini adalah kaidah penggunaan bahasa Indonesia, tanda baca, dan tata bahasa lainnya. Ejaan merujuk kepada dua “kitab suci”, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan PUEBI itu sendiri. Karena bahasa bersifat dinamis, kedua kitab suci ini sesekali mengalami revisi. Yang terbaru adalah KBBI dan PUEBI 2016.


GAYA BERTUTUR
Gaya bertutur adalah gaya kita menyampaikan sebuah topik baik itu cerita, opini, berita dan sebagainya. Seni menyampaikannya itulah yang disebut gaya bertutur. Santai, serius, humoris, adalah label yang biasa disematkan pada gaya bertutur tersebut.

Contoh:
  • Blogger A menyebut dirinya dengan “saya” dan pembacanya dengan panggilan “Anda”, sedangkan blogger B menyebut dirinya “aku” dan memanggil pembacanya dengan “kamu” ==> ini namanya gaya bertutur.
  • Atau bedakan gaya bertuturnya Alodita yang cenderung selow dengan blogger Diana Rikasari yang ramai.

KENAPA TATA BAHASA PENTING UNTUK BLOGGER?
Karena blogger adalah penulis dan seorang penulis yang baik tentu harus peduli dengan teknis penulisan. Naif kalau ada yang bilang bahwa blogger tak harus paham ejaan.

PENTINGNYA MENGGUNAKAN TATA BAHASA YANG BENAR
1. Kredibilitas si blogger itu sendiri.
Termasuk kaitannya dengan personal branding.
2. Pagerank.
Google dalam quality guidelines-nya mengatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan peringkat sebuah situs web adalah kualitas tulisan. Di antarnya: ejaan/tata bahasa dan minim typo.
3. SEO.
Meski mesin pencari sudah sedemikian pintar sehingga bisa menafsirkan bahkan keyword dan meta description yang salah eja, namun jika ada dua artikel yang membahas topik yang sama, maka yang akan DIPRIORITASKAN untuk tampil di hasil pencarian adalah yang tata bahasanya lebih benar. 
4. Pembaca.
Dilihat dari sisi pembaca, apalagi jika pembacanya paham ejaan, membaca artikel yang serampangan itu membuat malas. 
5. Monetisasi. 
Brand tidak suka meng-hire blogger yang tulisannya berantakan. 
6. Lomba blog.
Tata bahasa yang benar adalah salah satu poin penilaian.

CARA BELAJAR TATA BAHASA
Mudah, kok, belajar cara menulis yang benar. Kita bisa membeli buku PUEBI edisi terbaru, harganya tidak sampai Rp.100.000 dan jangan lupa DIBACA. Kita juga bisa mengunduhnya. Jika menemukan kata yang ejaannya meragukan, coba cek di KBBI daring. 

Engga cuma itu, teruslah belajar dan latihan. Biasakan menulis dengan tata bahasa yang benar baik itu ketika menulis artikel blog atau ketika membuat postingan di media sosial. Semakin sering dipakai kita akan semakin paham.

Satu hal lagi, ada blogger yang merasa bangga meski tulisannya berantakan dan tidak mau belajar hanya karena dia sering mendapatkan sponsored post. Attitude seperti ini adalah bumerang. Blogging sama seperti karier lainnya, ada iklim persaingan. Setiap hari lahir bloger-bloger baru. Satu-satunya yang bisa membuat kita stand out from the crowed adalah kualitas.

Ini link KBBI daring: https://kbbi.kemdikbud.go.id/
Atau bisa juga mengunduh PUEBI terbaru di sini:
https://drive.google.com/file/d/0BxQ13q4Vor5hMzJ4aEgtTE1tTEk/view

Memang sih, rasanya kok ribet benar nulis di blog sendiri. Blog kan sebagai wadah berekspresi. 

Buat aku yang secara personal suka menulis dan berprofesi sebagai penulis, PUEBI jadi penting. Bukan hanya masalah enak dibaca atau enggaknya. Tapi lebih ke gaya penulisan yang bikin semua orang bisa paham. Karena sejatinya, bahasa yang kekinian tidak menjamin bisa merangkul semua kalangan.

Melalui NGOPI CANTIK #4 ini aku semakin yakin bisa menjadi penulis yang profesional. Setidaknya, aku sudah dapat pedoman dulu sebelum lebih jauh melangkah. 

Nah, sekarang, apa sih gunanya buat beauty blogger sendiri?

Setelah sesi pemberian materi oleh Teh Langit, ada sesi tanya jawab yang semakin menegaskan kalau PUEBI itu penting bagi semua blogger. Pun Beauty Blogger. Sesuai dengan apa yang aku cerna dan simpulkan, ada beberapa poin yang nantinya akan saling berkesinambungan. Berikut daftarnya:

👉Semua keahlian tentunya membutuhkan pengalaman. Begitu juga dengan menulis. Bagaimana cara mudah untuk menulis? Bagaimana cara menulis yang baik dan benar? Bagaimana pembaca bisa tertarik pada tulisan kita? Tentunya semua bisa karena kita melatihnya. 
Selain itu, rajinlah baca buku dengan berbagai genre. Karena dengan membaca, perbendaharaan kosakata kita makin banyak. Otomatis menulis jadi lebih mudah.
👉Beauty Blogger lebih enak memakai gaya bahasa personal alias sedikit santai. Untuk review produk, akan lebih bagus jika diberikan info manfaat produk, dan hasilnya ketika dipakai, lalu baru harga yang bisa disebutkan belakangan. Sedangkan soal kemasan, kalau unik, bisa diselipkan.
👉Ragam bahasa gue elu sebenarnya sah sah saja digunakan dan tidak berpengaruh pada attitude seseorang. Hanya mungkin rasa bahasanya yang berbeda. Jika kita melihat usia pembaca, dan banyak yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia, lebih baik diganti aku. Agar pembaca merasa nyaman.
👉Ejaan yang baik dan benar, akan lebih mudah dicerna oleh Google. Hal ini sangat berpengaruh kalau kita melakukan pencarian. Jika ada ejaan yang salah, biasanya dibenarkan melalu tulisan "Mungkin yang anda maksud....."
Meskipun Google pada dasarnya membaca keseluruhan artikel, tapi kalau misalnya ada artikel dengan ejaan yang lebih benar, maka artikel itulah yang akan diprioritaskan. Ini dikarenan tulisan yang benar adalah hal yang relevan.
👉Judul adalah H1 yang akan pertama kali dipindai oleh mesin pencari. Judul yang benar adalah judul yang deskriptif atau yang menggambarkan isi artikel. Judul yang clickable kadang tidak segaris lurus dengan judul yang deskriptif. 
Hindari menulis judul ala portal online seperti ini: Lakukan Tiga Cara Ini Agar Kulit Kamu Lebih Cling. <<< Ini tuh apaan? Konon itu untuk membuat orang penasaran, tapi bagi pembaca, judul-judul seperti itu sangat menyebalkan.
👉Semua kata dalam bahasa asing ditulis miring.

Kalau kita jeli mengamati, PUEBI ini jelas bisa digunakan untuk semua kebutuhan blogger. Kita mau ngejar SEO, pagerank, dan lebih banyak pageview? Atau kita mau menang lomba blog? Kunci utamanya ya tulisan kita sendiri. Sudah enak dibaca atau belum? Kalau masih gitu gitu saja ya jangan berharap banyak.

Masak sudah capek-capek me-review tapi pageview melempem?
Masak sudah bikin konten keren tapi engga menang kontes?

Ini seperti rantai makanan. Jadi jangan bilang PUEBI itu tidak penting. Tentunya kita adalah blogger yang mau berkembang. Jangan sampai kualitas kita menurun cuma gara-gara kita engga mau belajar. Bisa kalah nanti sama yang blog baru yang bermunculan. Aku yakin kok, kalau kita tahu aturan dan mau diedukasi, meraih harapan akan semakin lancar. Jangan gagal fokus sama sponsored post doank. Masih banyak hal lain yang bisa kita capai lewat blog kita ini.

Segitu dulu ya post-nya, semoga banyak membantu buat para blogger khususnya yang masih awam seperti aku ini. Kalau tidak mulai dari sekarang, kapan lagi. Nge-blog itu seperti menabung kok. Kelak, kita akan mendapatkan kepuasan jika kita bisa bertahan dan konsisten dalam berkarya.

:)
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Handphone aku ya, kalo misal ditinggal semaleman buat dicharge, paginya pasti langsung berjibun notifikasi dari Whatsapp. Ekpestasinya jelas: ada private message soal kerjaan baru atau invoice yang sudah keluar. Wah mimpi apa aku semalem, bangun bangun langit makin cerah ya. Yes, bayanginnya asik gitu. Melek, langsung bahagia.

((EKSPEKTASINYA))


Sayangnya ini bukan! Notifikasi yang hampir tiap saat kluntang klunting tersebut engga lain engga bukan, dari grup whatsapp. Mending kalo isinya penting, misal berita nikah, lelayu, atau foto lawas yang bisa bikin geeerrr deh. Lha ini, malah kebanyakan bahas apalah yang kadang cuma satu dua orang yang tahu. Bikin bingung gimana nanggepinnya bukan?

Mari kita asumsikan. Grup Whatsapp terdiri dari dua jenis. Satu kita emang mau join, yang kedua kita dipaksa join. Tanpa permisi tiba-tiba udah ada di grup gitu aja. Breeeet sekalian notifnya yang numpuk sampai hape lowbatt.

Duuuh, banyak juga ya yang engga tahu waktu dan aturan. Kita mau left grup tapi kok sungkan. Nanti dikira engga mau jalin tali silaturahmi. 

via GIPHY

Sebenernya, aku bukan orang yang famous famous amat. Dulu di sekolah, aku cuma dikenal sebagai anak kecil yang kalo dikatakan pinter engga juga. Tapi kalo dibilang bego ya jelas bukan. Soal rangking mah pasti lumayan. Sedangkan lingkup pertemanan, aku dari dulu engga pernah pilah pilih. Lha gimana, ada yang mau temenan sama aku itu, udah Alhamdulillah Wa Syukurillah. 

Anggap aja, skala pertemanan aku di tengah tengah deh. Engga dikit dan engga banyak juga.

Selevel aku yang termasuk B aja dalam berteman, aku punya 10 lebih dari grup whatsapp. Dari mulai grup alumni, dan iyaaa semua jenjang sekolah yang pernah aku tempuh itu punya grup lhooo. Kecuali TK. Parbeut ya masa TK masih inget sih. LOL.

Belum lagi grup kayak Arisan RT, Ibu ibu muda, orang tua siswa, BIG FAMILY dan grup grup baru yang muncul karena ada event. Sungguh ku tak sanggup menghitungnya.

Gimana kalian yang famous? All hail! All hail!

Jujur aja, beberapa grup aku mute notifikasinya karena emang memprihatikan. Masa harus dikit-dikit dibikin nengok whatsapp.

Sebelum kenal tombol mute, pernah suatu kali, karena aku males buka hape saking seringnya bunyi. Aku pikir cuma dari grup aja. Eeeeh ternyata donk, ada message nyimpel penting karena deadline dimajukan. Ini gimana yang penting malah jadi tenggelaaaam.

Yang paling parah kalo kita lagi minim kuota. Ada yang kirim foto atau video. Udah hoax, engga penting, disturbing pula. Lengkap sudah mampusnya! Kuota yang diirit-irit jebol, trus bingung mau nyalahin siapa!!!

Dalam menyikapi grup whatsapp, aku tidak memberlakukan karakter yang sama. Ada saatnya aku tegas, ada saatnya aku cuma diem aja pokokmen manut. Memang kayak bunglon. Ya jelaslah, aku kan harus ngelihat dulu porsiku gimana dan topik bahasan kayak apa. Apalagi selera humor yang kadang engga nyambung satu sama lain. 

Ada kan yang niat becanda tapi ditanggepin serius, atau ada kan yang lagi serius tapi malah dibecandain?

Kira-kira begitu. Jadi aku emang kudu atur sikap supaya nantinya engga salah tangkap. Riskan soalnya kalo berhubungan dengan banyak orang. Tipe-tipe orang di grup whatsapp macam gini biasanya banyak dishare dan nyenggol anggota yang engga aktif. Tapi seperti yang aku bilang, justru dengan bermain dengan beberapa karakter itulah aku bisa memposisikan diri menjadi yang paling aman. Engga yang sampai parah nyerang orang dan bikin kzl engga lah. Cuma di grup A manis, di grup B bikin onar, atau di grup C yang jadi sosok penengah. Preeet.

Daripada kelamaan, let me sum up by myself, sesuai dengan sikap kebunglonan tadi. Haha. So, here they are tipe tipe anggota di grup whatsapp:

1. Silent Reader
Yang ini jelas, biasanya anggota yang silent reader itu kebanyakan karena ngerasa asing di grup. Takut salah omong atau ngomong dikit nanti engga nyambung gimana ya. Yang kedua, mungkin karena faktor kesibukan. Sekalinya mau nimbrung, eeeeh chat udah banyak aja. Males scroll ke atas yang ratusan jumlahnya.

via GIPHY

2. Ikut aja deh
Masih mendinglah ya daripada silent reader. Tipe yang ini ada suaranya. Nongol bentar dan itu nyempil ketelen yang dominan. Walopun gitu tetep sudah mendingan. Hahaha.

via GIPHY

3. Malah asyik nge genk sendiri
Namanya grup whatsapp tuh, ada yang skala kecil maupun massive sampe yang anggotanya berjumlah 500 an. Limitnya sampe dilibas, asal semua masuk gitu aja. Sayangnya, ada lho beberapa orang yang masih asyik sendiri ngebahas yang orang lain engga nyambung. Roaming istilahnya.  Begitu mereka hore hore keluar, banyak yang lantas ngerasa engga nyaman. 

Mereka yang sok asyik ini biasanya dominan dan beraninya keroyokan. Jarang ada yang berani chat sendirian. And yes, bisa dipastikan kalo reuni tiba, mereka juga bakal ngebentuk grup sendiri di pojokan.

"Girls, get your room, please?"

via GIPHY

Baca juga: Jangan Ada Reuni Di Antara Kita

4. Maskot
Udaaah ngaku aja, kalo di ruang pertemanan kita pasti ada maskotnya. Maskot ini kadang sering jadi profile picture grup. Ngakunya sih, si maskot itu pemersatu. Sekalinya ngomong dibombong, tapi dibalik itu, maskot adalah hasil bully yang tersembunyi.

via GIPHY

5. Broadcaster Sejati
Bukan berhubungan dengan radio atau televisi sih. Istilah ini aku buat karena banyak anggota yang sembarangan ngeshare berita. Broadcaster: orang yang broadcast berita. LOL.

Engga pake ditelisik dulu HOAX atau bukan. Engga dipikir dulu efek kedepannya gimana. Engga dipahami dulu inti beritanya apa. Yang penting, aku nomor satu. Kamu tahu info dari aku.
Begitu dapet, langsung sebar ke semua grup yang dia punya. Lalu tiba-tiba... diralat dengan sendirinya.

Yang gitu adaaaa. Beneran adaaa!

Selain itu, berita yang dishare sendiri macem-macem. Dari tips sehat sempurna ala Boyke, butuh donor darah, info korban kecelakaan sampai lantang ngobrolin agama secara personal padahal semua anggota banyak yang dari agama lain.

via GIPHY

6. Selalu kontra
Kalo yang ini seringnya bikin emosi. Dikit-dikit engga cocok. Yang lain punya pendapat, dia kontra sendiri. Bikin rame memang! Kayak lagi nyulut emosi anggota yang lain. 

Orang kayak gini biasanya males bersosialisasi dan belajar. Suka kebanyakan omong dan berbohong. Saking pengen jadi yang terdepan, ia bahkan tidak mengindahkan omongan orang. Karena sesungguhnya, ia hanya ingin didengarkan. Percaya deeeh.

via GIPHY

7. Pencetus Ide
Ada donk ya, grup yang cuma ada namanya alias suwung. Ya ngapain bikin grup kalo orangnya juga engga aktif huhuhu. Terpujilah para pencetus ide ini. Merekalah yang berjuang supaya grup tetap lancar jaya dan kalo bisa mah brainstorming. Jangan sampai kehabisan omongan. 

Grup kan salah satu cara bersilaturahmi.

Pencetus ide ini biasanya ya salah satu adminnya. Ngerasa yang buat grup, masa engga bisa ngopeni kan lutju tsay. Makanya, sebelum bikin  grup ada baiknya dipikirkan terlebih dahulu baik buruknya. Siapa orang-orang di dalamnya. Apa aturan dan topik bahasannya. Kecil sih, tapi penting.

via GIPHY

8. Kembang Grup
Engga cuma cewek kok, cowok pun. Asal dominan mana di sebuah grup. Kalo banyak cewek ya jelas cowok kembangnya, begitu juga sebaliknya. Ada satu yang aslinya demen abis, yang lain nimpalin tapi HHC. Harap harap cemas siapa tahu nyantol. Hahahaha.

Kembang grup emang identik dengan fisik yang oke. Mau dia pendiem dan pinter atau cablak sekalipun, tapi kalo raut wajah kayak artis FTV mah bebas. Cuma haha hihi langsung disaut yang lain. Cuma basa basi tetep ditanggepin. Ku jadi ingin cantik juga kayaknya.

via GIPHY

9.  Serius
Kayaknya jarang tipe ini, tapi ada juga lho.
Dia ada karena emang pembawaannya yang dewasa. Anggota kayak gini sebenernya dibutuhkan tapi kadang seriusnya berlebihan. Niat kita mau curhat, bisa jadi diceramahin panjang lebar. Ada saatnya mereka jadi ibu peri diantara kita, ada saatnya juga ia menjadi grup sepi mendadak. Karena ya itu, engga bisa diajak becanda. Hahaha.

Sebenernya tipe ini selalu bisa menjawab apa yang kita tanyakan. Bisa menjadi wadah buat sharing dan berbagi keluh kesah. Tapi ya namanya grup, kalo engga becanda engga gayeng. Jadi kalo mau berhubungan langsung dengan tipe ini, mending japri aja sist.

10. Penengah
Ingat, satu grup itu banyak kepala. Banyak juga ide dan pendapat yang beragam jumlahnya. Sering kan kita tiba-tiba nyolot engga sengaja. Atau emosi karena kata-kata yang engga enak. 

Bahasa chat itu memang termasuk komunikasi verbal. Pun bisa dua arah. Tapi kita tidak bisa menilai seseorang hanya melalu satu dua kalimat saja. Apalagi pemakaian titik koma yang engga semua orang bisa. Capslock yang kadang jebol. Atau bahasa apa yang digunakan, formal kah, elo gue kah, keminggris kah? Semua ada pengaruhnya.

Nah, kesalahan sepele karena faktor chat ini sering bikin ribut. Ribut kok di whatsapp. Nanti juntrung-juntrungnya left atau engga mau ikutan reuni lagi. Kan fatal ya. 

Disinilah kita butuh sosok penengah. Orang yang bisa menetralkan suasana. Orang yang adem ayem humoris dan selalu punya solusinya. 

Tidak semua orang bisa, karena penengah ini biasanya sudah punya power duluan. Setidaknya dia adalah orang yang lumayan ditinggikan. Orang yang terkenal berduit atau bisa juga orang yang punya jabatan.

via GIPHY

Heh ternyata udah sepuluh aja. Hahaha. Sebenernya masih ada beberapa tipe lain yang biasanya disesuaikan dengan tema grup whatsapp. Misalnya kayak grup blogger. Aturannya cuma ada tanya jawab NO SARA. Ya pasti anggotanya engga banyak babibu, mereka bener-bener menggunakan dengan seperlunya.

Ada juga misalnya soal kerjaan. Paling sesekali diselipin humor meme. Abis itu ya kelar, balik bahas kerjaan lagi. Malu ah, udah gedhe becanda mulu. Pakai forum laen sono.

Aku juga punya grup bikinanku sendiri. WAGELASEH isinya cowok semua kecuali aku sendiri. Itu adalah grup alumni sebuah perusahaan. Isinya banyak dagelan dan saling share lomba, info kerjaan, kabar temen-temen yang pastinya aku kasih batasan. Kenapa aku cewek sendiri? Karena aku sudah berniat menarik anggota cewek lain eee jawabnya: "Emang ada yang kayak kamu mbak?"

Iya sih. Yang bisa dengerin omongan cowok dan ngelus dada aja kalo udah pada bahas nella kharisma ya siapa lagi. DIbutuhkan jiwa korsa dan keikhlasan dari seorang wanita itu mah hahaha. Grup yang aku bikin ini emang ada beberapa yang diem, tapi karena kesibukan dan kita mengerti satu sama lain. Lha semua sama-sama sibuk kok. We know each other karena kami terbiasa kerja tim dari dulu.

Soal grup, aku sekarang lumayan punya solusinya sih. Jadi aku sengaja pake ringtone berbeda untuk menandai ini grup atau private. Trus yang grup engga penting aku mute tanpa ampun. Biar. Kan engga ada yang tahu LOL.

Oke deh, segitu aja ya, kepanjangan ini ceritanya. Dan jangan lupa, kalo ada tambahan, kalian bisa tulis di kolom komentar. 

Akhir kata, gunakan grup whatsappmu seperlunya. Ambil yang baik, buang yang buruk. Yang tahu hidupmu cuma kamu.

Bye, aku mau makan indomie dulu.
Share
Tweet
Pin
Share
14 komentar
Engga ngitung lagi seberapa sering aku gonta ganti skincare karena kondisi wajah yang labil. Aku inget banget, waktu SMA, sebelum aku bruntusan hingga sekarang, aku sering pake cream ringan yang namanya GIZI SUPER CREAM.

Waktu itu, creamnya dijual di warung deket rumah dengan harga murah. Sungguh aman buat kantong anak sekolah. Gizi ini ditaruh sejajar dengan Kelly Pearl Cream, Home Snow Vanishing Cream dan cream abal abal yang sempat bikin aku engga percaya lagi. 

Excactly, kesemuanya pernah aku coba. Hingga suatu saat aku tersadar bahwa cream kuning putih abal-abal itulah yang bikin cream macam gizi, kelly dan home snow tersebut jadi ikutan kena prasangka negatif.

Btw, kulit aku bruntusan justru malah abis pake pemutih POND'S sih. T___T

Oke, engga perlu bertele-tele. 
Dari semua cream yang aku pakai, Gizi ini menempati urutan pertama cream yang sering aku beli karena cocok di kulit aku yang sensitif ini.


Daripada yang berbentuk tube, entah kenapa aku lebih suka yang klasik ini. Kan sekarang makin banyak varian dan packagingnya baru tuh. Harusnya sih makin mupeng ya, tapi kalo aku cenderung misal udah cocok, ya males nyobain ya baru. 

Apalagi yang cream ini harganya lebih murah. Sekitar Rp 15.000 an. Sementara yang tube harganya Rp 30.000 an sendiri. Kan eman, sisanya bisa buat Alya jajan. *halah*

Dan ohiya, ada juga yang terbaru yang diperkaya dengan temulawak atau yang Nano Series. Mampas, creamnya makin bikin bingung. Mau pilih yang mana, akhirnya ambil ini aja. Hahaha.

Jadi, langsung aja, mari kita review produknya.

INGREDIENTS

Semua udah tahu donk ya, Gizi Super Cream ini terbuat dari bahan alami. Engga usah ragu engga usah khawatir, cream ini banyak yang cocok juga lho.


Krim perawatan harian yang ringan dan lembut di wajah terbuat dari 7 bahan alami Indonesia : Rumput Laut, Kedelai, Bligo, Pepaya, Beras, Jeruk Nipis dan Lidah Buaya.  Dapat diaplikasikan pada semua jenis kulit wajah.


CLAIM

Vitamin kulit yang terbuat dari 90% bahan alami berdasrkan resep kecantikan tradisional dengan 4 unsur super dari alam yang efektif memberikan kelembaban sekaligus nutrisi dan vitamin pada kulit. Rumput laut membantu pencegahan penuaan dini. Kedelai membantu mencerahkan kulit kusam mengurangi flek hitam dan mengatasi iritasi kulit. Biago memiliki sifat mendinginkan kulit, membantu melembabkan serta menghaluskan kulit, sebagai anti jerawat dan melindungi kulit dari sinar matahari. Almond anti bakteri, anti fungi, anti virus dan anti oksidan.



Isinya 9 gram aja which is bisa dipakai sebulanan. Aku pakainya emang tipis-tipis sih, karena kondisi kulit yang kayak kilang minyak.

Cream ini juga udah mengandung UV protection yang dibutuhkan kulit di iklim tropis. Yang kemasan tube itu ada juga SPF nya, cuma aku sendiri masih awam sama fungsi SPF dan kebutuhan SPF pada kulitku sebenarnya.

Kalo cuma buat dailyku yang banyak di rumah dan kerja di indoor, cream ini sudah cukup membantu kok. Kalo naek motor aku pakai masker buat nutupi wajah. Dan udah jarang kerja lapangan juga sih soalnya.


Kalo misal harus kerja di lapangan terus terkena paparan sinar matahari, aku prefer tambahin sunblock sendiri. Kalo dicampur udah jadi satu sama SPF, takutnya malah engga fungsi gitu. 

Untuk penyimpanan, Gizi ini biasa aku taruh di tempat make up. Dan misal bepergian, aku taruh di pouch biar rapi aja sih, bersamaan dengan skincare dan make up lainnya. Tentu aja ngga makan tempat karena bentuknya mungil.


PACKAGING

Dibanding kemasan lama, versi yang sekarang, packagingnya jauuuh lebih terkesan pro. Bisa dinilai dari plastik sealed yang membungkus rapi biar cream engga terkontaminasi oleh debu atau kotoran kecil.


Dan ketika kita buka, di jarnya ada plastik lagi buat memastikan cream aman terkendali. Engga bocor engga tumpah tumpah. Pokoknya syukak!


TEKSTUR

Begitu buka kemasannya, diingetin lagi deh sama si Gizi ini. Karena saking alami dan tradisionalnya, tidak semua cream berbentuk dan berwarna sama. Tapiiii, tenang aja, kandungan dan manfaatnya tetep ciamik punya!


DI forum female daily pas Gizi lagi bertransformasi, banyak yang mempertanyakan kualitas Gizi Super Cream kedepannya. Apakah sama? Lebih baik? Atau malah turun?

Bahkan ada yang bilang kalo creamnya enakeun yang versi lama. Engga bikin breakout, lebih klasik dan moistnya kerasa.

Actually, aku lupa! Hahaha.
Karena terakhir pake Gizi sebelum aku memutukan pake lagi ini, kayaknya pas zaman kuliah. Semester awal pula. 

Rasa-rasanya hampir sama kok. Lagian buat aku, yang penting mah engga bikin breakout itu aja sudah.


Teksturnya pas. Ditengah tengah antara creamy dan cair. Sangat ringan. Engga lebay buat ngratainnya. Abis gimana, aku orangnya engga telaten pakai skincare yang tumpuk tumpuk dan kudu nunggu. Nyehehehe.

RESULT

Seperti yang aku bilang, kalo cream ini ringan, otomatis gampang banget diserep kulit. Jatunya enak, bikin kulit nyaman. Kilang minyak terkontrol kapten!


Kalo buat mutihin sih engga ya. Karena ya emang engga kiprahnya haha. Mungkin bisa coba yang varian temulawak. Itu ada kandungan pemutihnya.

Gizi yang ini, lebih ke ngeratain warna kulit. Di aku yang kulitnya super embuh, Gizi sukses menjawab seluruh problem kulit sensitif. 

Kulitku bruntusan, pakai Gizi, bruntusan samar.
Kulitku kena paparan sinar matahari, pakai Gizi, jadinya kaleman.
Kulitku ada bekas jerawat kemerahan, pakai Gizi, mayan pudar.

Itu mungkin karena kandungan aloe vera, lime dan kedelainya bekerja. Correct me if im wrong.


Yang jelas, aku pakai Gizi ini kalo pas kulitku bermasalah. Kalo lagi kalem sih, nekad coba-coba cream yang lain lah. LOL.

Tapi begitu brutusan, balikan ama Gizi. Nyehehehe.

Kulit kan punya masa jenuh juga ya. Takutnya, misal keseringan pake Gizi nanti malah jadi engga mempan buat ngatasin kulit sensi.

Intinya, cream ini layak kamu coba misal kamu belum coba lho yaaa. Soalnya mana ada sih cewek yang belum pernah pake Gizi. Cream sepanjang masa kok dilawan. Mana sekarang makin beragam pula. Engga ada kata engga buat nyobain cream ini kan. Apalagi coba? Cari yang aman, cari yang alami, cari yang murah? Ya GIZI SUPER CREAM JAWABNYA.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Newer Posts
Older Posts

HELLO!


I'm Yosa Irfiana. A scriptwriter lived in Magelang. Blog is where i play and share. Click here to know about me.

FIND ME HERE

  • Instagram
  • Twitter
  • Facebook
  • Google Plus

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  January 2023 (1)
  • ►  2022 (14)
    • ►  December 2022 (1)
    • ►  October 2022 (1)
    • ►  August 2022 (2)
    • ►  July 2022 (1)
    • ►  June 2022 (1)
    • ►  April 2022 (2)
    • ►  March 2022 (2)
    • ►  February 2022 (3)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (60)
    • ►  December 2021 (1)
    • ►  November 2021 (3)
    • ►  October 2021 (3)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  July 2021 (2)
    • ►  June 2021 (3)
    • ►  May 2021 (15)
    • ►  April 2021 (21)
    • ►  March 2021 (2)
    • ►  February 2021 (2)
    • ►  January 2021 (5)
  • ►  2020 (44)
    • ►  December 2020 (5)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  October 2020 (4)
    • ►  September 2020 (5)
    • ►  August 2020 (3)
    • ►  July 2020 (7)
    • ►  June 2020 (6)
    • ►  May 2020 (1)
    • ►  April 2020 (4)
    • ►  March 2020 (2)
    • ►  February 2020 (3)
    • ►  January 2020 (2)
  • ►  2019 (89)
    • ►  December 2019 (5)
    • ►  November 2019 (7)
    • ►  October 2019 (6)
    • ►  September 2019 (10)
    • ►  August 2019 (6)
    • ►  July 2019 (6)
    • ►  June 2019 (9)
    • ►  May 2019 (9)
    • ►  April 2019 (8)
    • ►  March 2019 (7)
    • ►  February 2019 (7)
    • ►  January 2019 (9)
  • ▼  2018 (135)
    • ►  December 2018 (21)
    • ►  November 2018 (17)
    • ►  October 2018 (9)
    • ►  September 2018 (9)
    • ►  August 2018 (10)
    • ►  July 2018 (9)
    • ►  June 2018 (12)
    • ►  May 2018 (9)
    • ►  April 2018 (9)
    • ►  March 2018 (9)
    • ►  February 2018 (10)
    • ▼  January 2018 (11)
      • REVIEW BIO ESSENCE 24K BIO-GOLD GOLD WATER
      • JANGAN TERLALU MEMAKSAKAN SELERA
      • KARENA BUAH JATUH TAK JAUH DARI POHONNYA
      • TENTANG PILIHAN MENJADI FREELANCER
      • DOT COM DAN KONSISTENSINYA
      • NGOPI CANTIK #4 - PENTINGNYA PUEBI UNTUK BEAUTY BL...
      • NGOMONGIN GRUP WHATSAPP
      • CREAM WAJAH PALING COCOK - REVIEW GIZI SUPER CREAM
      • EYESHADOW FAVORIT - REVIEW INEZ VENICE (05)
      • KELAKUAN LUCU ANAK MENJELANG TIGA TAHUN
      • PRODUKTIVITAS BUTUH PENGAKUAN
  • ►  2017 (116)
    • ►  December 2017 (8)
    • ►  November 2017 (7)
    • ►  October 2017 (8)
    • ►  September 2017 (9)
    • ►  August 2017 (8)
    • ►  July 2017 (11)
    • ►  June 2017 (8)
    • ►  May 2017 (11)
    • ►  April 2017 (8)
    • ►  March 2017 (12)
    • ►  February 2017 (15)
    • ►  January 2017 (11)
  • ►  2010 (9)
    • ►  November 2010 (9)

CATEGORIES

  • HOME
  • BABBLING
  • BEAUTY
  • FREELANCERS THE SERIES
  • HOBBIES
  • LIFE
  • PARENTING
  • BPN 30 DAY BLOG CHALLENGE
  • BPN 30 DAY RAMADAN BLOG CHALLENGE 2021

BEAUTIESQUAD

BEAUTIESQUAD

BLOGGER PEREMPUAN

BLOGGER PEREMPUAN

EMAK2BLOGGER

EMAK2BLOGGER

Total Pageviews

Online

FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose