ALYA IKUT KERJA?

by - December 22, 2019

Menjawab pertanyaan ini rasanya perlu, karena aku yakin banyak temen yang mikir 'kok kerja bawa anak segala sih? Apa enggak kasihan?'

Jadi begini. Alya itu lagi masa liburan panjang, sedangkan di sisi lain, kerjaan akhir tahun kami makin numpuk. Sesekali salah satu dari kami bergantian ke luar kota atau giliran jaga Alya. Tapi kalau kami berdua kompak kerja bareng, otomatis Alya harus diboyong ketimbang ditinggal di Magelang. Satu, kalau dititipin Mama, kasihan Mama juga kalau kecapekan. Dua, kami enggak percayaan karena sudah biasa monitoring Alya seharian. Tiga, kami gampang kangen euy. Sehari dua hari oke lah, tapi kalau dua-duanya kerja dan Alya sendirian tanpa kami, rasanya kok kasihan juga ya. Makanya, kami nekad bawa Alya kemana-mana, semacam urusan survey narasumber, sampai syuting tapi beberapa jam doang.

Blogpost ini cuma mau cerita pengalaman rempongnya ngajakin Alya ke Semarang aja sebetulnya. Mengingat kemarin kami seharian di Semarang, tapi jadwal super padet dan sambil ngurus kerjaan. Sok atuh dibaca :)


Sabtu lalu, kebetulan kami ada jadwal ke Semarang buat dateng ke nikahan saudara. Acara resepsinya siang, terus habis itu enggak ada jadwal kemana-mana. Berhubung Suami lagi jadi Host sebuah program TV bertemakan fotografi, jadi, ya sudah, kami bikin jadwal sekalian saja syuting di Semarang, mengingat programnya juga termasuk kejar tayang. Lebih cepat diselesaikan lebih bagus kan?

Oh iya cerita sedikit deh. Suamiku itu memang penyuka Fotografi. Hobbynya koleksi kamera lawas, dan hobby ngulik berbagai teknik foto dengan alat yang minimalis. Sempet jadi profesi juga, sebelum akhirnya memilih jadi designer grafis (untuk saat ini). Dulu motret macem-macem, mulai dari modelling, travelling, wedding, human interest, landskap, dll. Suamiku jarang ikut komunitas, jarang juga ikutan hunting bareng, karena seingetku nih ya, dulu di Semarang, kami kan memang kerja di production house, terus ketika mengisi waktu buat hunting atau sekedar motret model, kok rasanya ya sama saja kayak kerja. Orang tiap hari kami ketemunya orang-orang baru yang bisa dijadiin subyek-subyek fotografi kok. Mulai dari Pemain FTV, narasumber, sampai target program kalangan menengah ke bawah yang punya cerita unik dan inspiratif.

Selain itu, beberapa fotografer Semarang yang kami kenal, ya maklumlah kala itu memang terkesan newbie, mereka cenderung suka sama fotografi model. Buat meyakinkan kalian, di Facebook-ku ada tuh banyak tag-tag-an model-model Semarang yang kalau foto sampai sering pose senonoh segala. Beberapa fotografernya kekeuh bilang itu konsep foto sexy. Lha sexy padahal kan enggak cuma buka baju selesai gitu. Foto detail wajah jika dikonsep sedemikian rupa, misalnya, difoto tampak samping dengan efek siluet dengan makeup bold, itu bisa kok terasa sexy. Jujur, enggak sreg-ku di sini gitu loh. Kadang sampai mikir, komen-komenan mereka tentang model tersebut, yang cuma ngandelin gear foto terkini, seakan sudah paling jago. Ya monggo sih, kalau mau ngulik foto model, tapi coba deh cari inspirasi dari karya-karyanya Jerry Aurum, atau Anton Ismael. Enggak cuma mikir hari ini pakai lensa apa, agamaku Nikon, kamu Sony, melulu hunting tempat baru dan model baru. Tapi mikir, gimana kalau misal aku mau bikin konsep foto beauty from within? Konsep foto cantik Indonesia? Konsep foto androgyny? Lah, malah curhat.

Well then, intinya aku jarang menemukan fotografer yang cocok dan satu selera kecuali aku balik lagi ke Jogja. Ada sih satu dua komunitas yang kami kenal punya konsep oke, tapi ya gitu, jarang ketemu aku-nya. Makanya, dulu aku malah sering hunting berdua sama Suami dan sampai pernah ngajarin anak jalanan motret segala. Waktu itu cuma mikir kalau kita berdua sudah paling cocok dan satu selera. Ngajarin apa yang kita bisa, rasanya bisa jadi wadah berbagi dan kita ngerasa bermanfaat bagi orang lain. Kami berdua belajar bareng pakai kamera lawas, datengin temen-temen fotografer di Jogja, Jakarta, dan Bali. Beruntung juga karena aku dulu kuliah di ISI dan temen-temen foto masih banyak yang sering kontak, jadi sesekali aku bisa ikutan workshop dan pameran, di sela-sela kerjaan.

Sekarang Suamiku sudah jarang motret ketimbang dulu. Paling motret beberapa produk dan bantuin aku kalau butuh foto buat blog. Beberapa kali juga motret wedding, atau sesekali hunting sendiri buat dikormesilkan via situs microstock. Yang aku suka dari Suamiku, dia tuh enggak segan belajar lagi dan beli buku fotografi gitu. Enggak jarang aku lihat dia nonton ulasan tentang foto dan belajar teknik yang benar, bahkan hingga sekarang.

Nah, mulai bulan desember ini, tim kami dikontrak sama salah satu perusahaan BUMN yang khusus memproduksi audio visual. Ini, ke depannya akan mengerjakan kebutuhan promosi, sampai program televisi yang tayang di stasiun TV BUMN tersebut. Terus, salah satu program TV-nya, mengusung tema fotografi, dan fokus ke konten Human Interest. Produsernya langsung keingetan Suamiku. It sounds like becanda apa gimana. Memangnya enggak ada fotografer lain apa?

Tapi, memang aku ngerasain sendiri gimana susahnya cari Host. Dari yang mengerti kebutuhan konten, cara ngomong yang benar, cocok sama kru, dan disukai klien. Semua tuh kayakya memang makin mengarah ke Suamiku yang... ya wes lah... dicoba enggak ada salahnya. Eh, lha kok klien OKE! Dan jadilah dia Host, finally.

2 episode yang sudah digarap langsung di-preview-kan ke klien. Respon mereka langsung senang karena cara ngomongnya Suami nyambung dan mengerti teknis banget. Ada kan yang praktek OK tapi teori nol? Ada kan yang teori doang tapi nol praktek? Tapi Suamiku bisa semuanya, aku kan harus bangga haha. Alhamdulillah, walaupun enggak kuliah seni, tapi dia bisa jadi desainer dan fotografer loh. Salut sama Suami sendiri boleh ya.

Back to soal syuting. Dulu Alya pernah pada posisi ini juga, diajak ke Semarang, tapi sekalian syuting. Cuma waktu itu pas giliranku ikutan produksi, jadi, Alya aku titipin ke Suami dan adeknya, yang kebetulan di Semarang juga.

Sekarang gantian aku nih. Suami sebenernya cuma punya jatah total 6 episode dan harus segera tayang akhir tahun ini. Nanti akan tayang seminggu sekali, tapi materi kan tetap harus dikirim secepatnya biar kitanya juga lega. Jadi kemarin pas di Semarang, sekalian saja kita bikin 2 episode. Satu di pelabuhan, satu lagi di Kota Lama.

Aku sama Alya nih yang bingung. Selama seminggu ini kami gantian syuting atau jaga Alya. Giliran di Semarang, kami sempat mau ajak dia ikutan saja, nanti pas syuting bisa nunggu di mobil. Tapi masalahnya kan enggak bisa gitu juga. Anak kecil ada batas capeknya, dan syutingnya kejar-kejaran, mana Alya gampang boring. Selama perjalanan, Alya nyaris enggak rewel sih, cuma kitanya tahu diri. Mending dia diungsikan dulu biar bisa istirahat dan mainan.

Beberapa hari sebelumnya, aku sudah kontak adekku yang kerja di Semarang juga, buat nemenin kami selama ditinggal syuting. Tadinya aku mau ikutan, tapi mengingat Alya di tempat orang, rasanya kok ya kasihan. Aku harus ngalah dan aku minta temenku yang lain buat back up bagian produksi. Jadi aku aman, bisa nemenin Alya juga.

Adekku langsung yes dan beneran jemput pas kami habis pulang kondangan. Setelah itu, Suami syuting, sementara kami berdua ke tempat adek seharian. Makan siang, mandi, jalan-jalan, kongkow, Alya senang banget, enggak nanya-nanya kapan pulang. Ya anggap saja ini tuh kayak girls' day out gitu loh, dan seru banget. Alya dapat pengalaman baru, aku sendiri jadi mengenang zaman pacaran di Semarang haha. Kangen euy malam mingguan di sana.

Aku sempet nanya ke Alya, apa datengin Papa syuting di Kota Lama sekalian jalan-jalan? Tapi Alya malah enggak mau. Dia mintanya sama aunty saja sambil gambar di kamar karena di luar hujan. Alya kayaknya bener-bener nikmatin hari-harinya dan enggak bikin ribet sendiri. Senang juga aku ngelihatnya.

Oh iya, malam-malam Alya sempat batuk. Maklum, dia masih ada terapi buat bronkitisnya. Salah makan dikit, batuk. Cuaca dingin dikit, batuk. Masih harus ekstra perhatian. Jadi, malam itu dibikinin jeruk nipis anget sama adekku. Lumayan, batuknya sedikit berkurang.

Ternyata malam itu juga setelah syuting kelar, Suami langsung ngajakin pulang. Padahal Alya sudah aku bilangin kalau nginep tempat aunty, dan bener dong jam 9 dia sudah mapan. Suamiku kelar jam 10an, dan jemput kami. Alya langsung kebangun sih karena diangkat dan masuk mobil gitu. Dia cuma diem dan seneng ngelihat Papanya sudah di deketnya lagi. Ketambahan seneng karena dapat balon kelap-kelip dari Suami. Tapi, kami belum langsung perjalanan pulang karena kudu nganter beberapa kru dulu ke rumah mereka masing-masing. Baru setelah itu lanjut perjalanan pulang Magelang.

Alya sampai Ungaran masih melek dan cerita-cerita gitu sih. Nanyain gimana Papa tadi syuting, fokus enggak, pokoknya cerewet mungkin karena kangen Papanya kali ya. Alya langsung tidur lagi begitu kru sudah pada pulang. Padahal dia sempet minta makan dan sudah dibeliin jahe anget. Tapi saking kecapekannya, dia langsung terlelap, enggak ngigau, sampai rumah. Diangkatpun tetep diem, mau aku sibinin badannya juga enggak tega. Lalu aku gantiin baju saja dan dia manut sambil masih merem.

Aku cuma batin sih, kadang aku lupa bersyukur kalau Alya tuh enggak gampang rewel pada saat urgent begini. Dia itu rewelnya kalau sedang enggak dapat perhatian ketika sama-sama di rumah. Kalau diajak kerja, dia seringnya ngerti posisi kami sibuk dan wara wiri. Beneran loh, sepanjang perjalanan dia enggak minta handphone kayak pas di rumah gitu. Dia cuma main sama bonekanya. Ya memang mungkin kalau di rumah bete kali ya, jadi ketika diajak kerja, dia nganggepnya juga jalan-jalan.

Hua, jadi senang dan bangga sama Alya. Maafin Mama Papa ya Nak, masih harus banyak berjuang ini buat masa depan kita. Kita sama-sama belajar ya, biar nanti kita ngerasain hasilnya bareng.

Ya wes, segitu dulu curhatnya, semoga kita semua selalu diberkati apa yang jadi impian kita. Kalau ada yang bilang kok aku tega ngajakin Alya kerja, enggak... enggak juga. Aku ngelihat sikon kok. Aku masih memprioritaskan Alya duluan ketimbang memilih kerja. Alya masih butuh perhatian ekstra soalnya. Mungkin ada saatnya aku sama Suami harus kerja bareng dan Alya harus dititipin Mama, ya siapa tahu. Yang penting aku kasih pengertian sambil kenalin dunia kerjaku pelan-pelan. Gimanapun, aku dan Suami kerja ya buat keluarga. Ya kan ya? :)


You May Also Like

0 komentar