DIENG HARI TERAKHIR

by - January 15, 2019

Hari terakhir di Desa Sembungan, rasanya keburu lekas pulang karena.... kami enggak mandi selama 2 hari hahaha. Jadi bener-bener pengen pulang terus lekas luluran gitu. Soalnya di Dieng ini, paling banter cuma gosok gigi, cuci muka, tangan dan kaki. Pakai skincare mah bablas akibat malas. Terus  buat bebersih diri, biar afdol, gosok-gosokkin badan pakai tissue basah. Selebihnya, ganti baju daleman. Sudah.

Sebelum kami pulang, kami sempetin berburu oleh-oleh dulu. Beberapa teman yang tahu nitip macem-macem, mulai dari carica, teh, sampai apa deh makanan khas Dieng. Nah, kebetulan kemarin kami lihat ada cabe khas Dieng yang namanya cabe bendot. Harganya Rp 10.000 per kilogram. Sayangnya cuma beli satu kilo doang. Habis update story, eh yang nitip jadi banyak. Ya sudah kami langsung bilang ke Mas Bukhori dan langsung dicariin dong!

Ternyata Dian Yogi sama Mas Bukhori itu lama karena titipan kami, padahal kami sudah siap packing buat langsung pulang. Dan begitu sampai rumah, Mas Bukhori sama Dian Yogi datang bawa karung coba, KARUNG! Dia bawa 10 kilogram cabe yang habis dipetik langsung. Gimana enggak kaget ya. Belum lagi dia bawa carica, teh, sama terong belanda. Wah jadi enak nih hahaha. Makasih ya yogi yaaaa...


Setelah siap-siap dan pamitan sama keluarga Mas Bukhori, kami angkat semua barang ke mobil. Banyak juga loh, sampai bagasi penuh, hingga beberapa barang terpaksa taruh di tengah. Mas Bukhori bilang, sebaiknya kami enggak langsung pulang dulu, karena ada beberapa obyek wisata bagus yang harus didatengin, salah satunya adalah Kawah Sikidang.

Kalau dari Desa Sembungan, arah ke Kawah Sikidang melalui obyek wisata Telaga Warna. Tahun baru kemarin tuh, agak macet di area sini. Kami skip ke Telaga Warna karena kami pernah ke sana, terus obyeknya juga terlalu mainstream, plus di sini juga tampak ramai. Sudah deh, mending langsung ke Kawah Sikidang saja.


Sampai di Kawah Sikidang, cuaca masih gerimis. Dan mendadak, ketika kami hampir sampai di kawahnya, hujannya breees sampai kami harus mlipir ke warung di sekitarnya. Lumayan mengisi perut sih, makan kentang, popmie, sama sagon mesis. Ini enak loh sagonnya enggak bohong. Kentangnya juga yang gedhe-gedhe gitu. Hasil panen warga Dieng.

Setelah hujan agak reda, kami langsung menuju kawahnya. Jalanan becek plus bau belerang langsung terasa menyengat. Beruntung Alya sudah kami belikan masker di parkiran tadi.

Seperti biasa, Alya digendong dipundak biar cepet dan enggak banyak petingkah. Habisnya, kadang dia lari padahal kondisi jalanan terjal dan licin. Mana aku salah kostum pula, aku pakainya sandal, enggak sepatu. Sepatu aku taruh di mobil, dan ketika baru nyadar, malas balik ke parkiran hahaha.


Point yang harus kamu perhatikan di sini adalah, jangan sekali-kali pakai sandal jepit. Punyaku sandal rumahan pula, yang enggak anti selip. Wah ya lumayan berjuang buat naik ke sana. Sesekali aku terpeleset, sesekali pula aku mau nabrak orang. Asli malu, tapi ditahan. 


Mama juga pakai sandal terus sih sebenernya. Pas ke Sikunir kemarin itu juga parah, pakai sandal juga. Padahal sudah aku wanti-wanti pakai sepatu biar nyaman. Tapi Mama ngeyel karena sandalnya enak, enggak yang gampang licin kayak punyaku. Yo wes lah manut, yang penting Mama seneng.

Oh iya lupa, yang aku notice di Kawah Sikidang, ada beberapa penjual serbuk belerang yang digunakan untuk kesehatan. Seperti mengobati penyakit kulit, jerawat, dan gatal-gatal. Aku pikir serbuk ini dipakai buat maskeran atau luluran, ternyata bukan hehehe. Cara pakainya gini, larutkan serbuk belerang di air mandi, lalu pakai kayak biasa. Air belerang kan memang dikenal bagus dan bermanfaat. Harganya seplastik gitu sekitar Rp 30.000 an. 



Sekitar satu jam menghabiskan waktu di Sikidang, Mas Bukhori ngajakin pindah tempat. Tapi lagi-lagi hujan. Kalau enggak hujan, Mas Bukhori bilang mau ngajakin ke Candi, aku enggak tahu nih, yang dimaksud candi apa. Soalnya banyak banget candi di sana. Dan sayangnya kami belum bisa mampir.

Kami pikir langsung diajakin pulang Magelang, ternyata masih ada satu tempat yang katanya harus banget ke sana. Tepatnya di pemandian air hangat dekat Kawah Sikidang. Mon maaf ya, lupa namanya. Yang aku inget, Desa ini sudah masuk wilayah Banjarnegara. Nah, di dekat situ ada pemandian air hangat juga namanya, D'Qiano.

Namun buat masuk ke pemandian ini masih lurus terus dan masuk ke jalanan desa. Sekali lagi, jalanan desa hanya bisa dilalui satu mobil. Papasan dikit, mobil ganteng-gantengan. Untung Mas Bukhori expert, begitu papasan mobil, langsung selepet bisa ambil posisi.

Enggak beberapa lama kemudian, sekitar seperempat jam dari D'Qiano tibalah di pemandian ini. Bayarnya cuma sekitar Rp 5.000. Pemandian cowok sama cewek dibedain, dan nuansanya desa banget. Aku pribadi, lebih suka yang model jadul kayak gini, lebih private saja rasanya.


Alya langsung ngacir ke kolam wanita dan Mama ternyata sudah duluan nyebur. Aku yang awalnya enggak mau mandi, karena lupa bawa baju pendek, langsung dibilangin Dian Yogi "nanti kamu nyesel loh enggak nyebur" Terus ditimpalin Mama "sudah, pakai atasannya Mama saja, kan panjang"

Dan benar saja, ketika aku masuk kolam, beuuugh rasanya rontok nih daki dan capek-capeknya. Pantes, Alya dan Kanaya girang enggak mau mentas. 

Air belerang ini aslinya panas banget. Jadi, air tersebut sudah dicampur air dingin biar enggak panas-panas amat. Beneran deh, 2 hari enggak mandi terasa dirapel setengah jam doang. Aku sempet-sempetin berendam lama dan gosok-gosok badan. Alya enggak kalah heboh pokoknya. Kalau enggak aku warning sudah sore, mungkin enggak mau udahan. 

Ngerasa cukup segar, kami lalu mlipir makan sate, warungnya tepat di samping kolam. Satenya enak cuy, murah pula. Pas banget buat memenuhi rasa lapar kami. Ada sih menu yang lain kayak soto dan mie ayam, sayangnya habis tinggal sate doang. Ya sudah, sate saja sudah enak kok hehe.

Selesai makan, kami langsung pulang. Lewat Dieng dan balik lewatin Desa Tambi lagi, namun kali ini nuansa berbeda karena hari belum terlalu petang. Perjalanan pulang rasanya lebih cepat. Menyisakan pengalaman yang belum pernah kami tuai sebelumnya.

Baik aku, Suami, Alya, maupun Mama akhirnya pulang dengan berbahagia. 3 hari di Desa Sembungan membuat kami akrab karena intens ngobrol dan membuat kami makin mengerti satu sama lain. Kami baru sadar, selama kami di Sembungan, kami enggak nonton TV. Paling banter buka media sosial itupun kalau ada sinyal. Bagi kami, pengalaman seperti ini sungguh refreshing yang sebenarnya. Bebas dari segala macam kerjaan dan dekat dengan keluarga seutuhnya.

Nah, buat kalian yang pengen menikmati Desa Sembungan selama beberapa hari, silahkan kontak langsung ke Dian Yogi di nomor 081318921214. Mau yang paketan terjangkau sampai yang mewah semua ada. Nanti kalian bisa request juga mau ke obyek mana saja. Tinggal kondisikan sama budget. Enggak perlu khawatir, pokoknya, jaminan tour bakalan asik dan seru. 

Di sini aku juga mau ngucapin terimakasih sama Mas Bukhori, Dian Yogi, Kanaya, Mas Tama, Mas Afnan, serta keluarga besar di Sembungan. Kapan-kapan kita berjumpa lagi ya!

2019 lebih banyak travelling oh yeah!

You May Also Like

0 komentar