CERITA KAMI MENGASUH SI (ANAK) TENAGA LEBIH

by - January 20, 2017

Setiap anak punya keunikannya. Ada yang bisa kalem, rajin, dan gampang menerima pelajaran. Ada juga yang lebih suka kegiatan outdoor nan menguras tenaga. Sedari kecil bisa dilatih dan diarahkan kok, supaya mereka punya aktivitas sesuai dengan apa yang diminati. 

Punya batita yang tenaganya berlebih, tentu bikin seorang ibu harus punya double kesabaran dan ekstra tenaga tujuh belas kali lipat. Aktivitas yang melulu itu-itu saja di dalam rumah dan dilakukan secara rutin bisa membuat anak bosan. Beragam mainan, mendengar musik, video dan games ngga lantas membuat anak akan merasa puas. Gimanapun harus tetep ada kegiatan yang bermanfaat baik itu untuk menguras tenaganya, melatih kepekaan, dan stimulusnya.

Nah, aku mau cerita soal anakku ya. 

Alya tuh begitu melihat mamanya ngganggur nonton TV atau main game bakal teriak-teriak "mama neeeen mama neeen". Bener-bener minta ditemenin terus-terusan.

Iya, sebenarnya Alya adalah tipe anak yang senang main di luar. Kesenangannya beraktivitas fisik membuat kami mencari cara agar setiap hari dia selalu bisa menjaga mood, kalo moodnya berantakan bakal bisa tantrum. 


Tantrum Alya itu dengan menangis guling-guling dan ngga jelas mau minta apa. Kalau sudah begitu paling aku diemin sampai akhirnya dia capek sendiri dan berlari minta pelukan dengan masih sesenggukan.
SELAMAT!



Ya, aku emang sengaja membiarkan Alya menghabiskan energinya sendiri. Aku juga usahakan ajak dia ikut berkegiatan, misalnya ke pasar, memasak, bersih-bersih rumah, dll. Pokoknya kata kunci dalam mengasuh Alya itu : Kenyang dan capek. 

Wah, bayanginnya aja udah bikin kita sebagai seorang Ibu pusing duluan. Mana Alya dikenal sebagai anak yang malas makan. 

Urusan makan, aku lebih sering membiarkan Alya makan sendiri. Tapi kami juga kudu makan bareng juga, biar moodnya senang dan makannya lahap. Sewaktu Alya mengenal MPASI, aku pernah mengajarinya BLW selang seling dengan metode suap. Biar ngga bosen aja sih. Alya jaraaaang banget makan sambil digendong atau sambil jalan-jalan dan kalau sudah lebih dari setengah jam, habis ngga habis, makan selesai! 

Karena Alya makannya sedikit, jadi aku harus rutin menawarinya makan setiap 1 jam sekali, diselingi dengan buah/jus, snack, dan makan berat.

Sehari-hari aku dan Suami bekerja dari rumah, kecuali ada hal-hal yang mewajibkan untuk turun ke lapangan. Maka kami usahakan setiap hari ajak Alya keluar rumah untuk bersosialisasi langsung dan mengenal alam secara nyata. 

Belajar lewat aktivitas outdoor bagi kami adalah hal yang bisa dengan cepat melatih kemampuan panca inderanya. Bergerak di alam bebas juga bisa meluapkan emosi anak untuk hal-hal yang lebih baik.

  
Kami lebih senang mengajaknya ke desa. Mengenalkannya pada berbagai macam jenis tumbuhan, hewan, dan berlarian di tanah lapang. Alya seneng banget menyentuh langsung binatang, memberinya makan, dan kejar-kejaran. Saraf motoriknya bekerja agar menjaga keseimbangan gerak dan pikiran.

Dengan selalu kami awasi, kami berusaha tidak melarangnya untuk berkotor-kotor ria. Toh, nanti juga bisa mandi lagi.


 *kasih makan kambing 

  *kasih makan rusa 

 *memetik buah stroberi di kawasan ketep

Memetik buah di kawasan wisata selalu bisa jadi andalan main dan jajan secara bersamaan. Pengetahuan mengenal sayur dan buah didapat secara langsung. Secara kognitif hal ini bisa melatih konsentrasi dan membuka peluang lebih luas untuk menemukan minat anak.

Setidaknya sebulan sekali kami ajak ke kawasan agrowisata, selain anaknya puas main keluyuran di semak-semak, emaknya juga happy belanja sayur dan buah segar. Sekali mendayung seribu pulau terlampaui.
Hahaha.


 *di teluk bogam

Salah satu aktivitas favorit Alya adalah main di air. Kalau di rumah, aku biasa mengajaknya mencuci karpet, sepeda dan siram tanaman. Kegiatan ini bisa bikin dia tertawa-tawa dan moodnya stabil.

Sedangkan, moment lebaran adalah salah satu moment yang paling aku suka, ikut Mas Suami mudik ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Cuaca yang panas dan suasana daerah yang jauh dari kesan metropolitan malah membuat kami asyik menikmati daerahnya, begitu juga dengan Alya. Bahasa daerah yang berbeda, teman dan area bermain yang baru melatihnya berkomunikasi dengan baik. Alya dikenal sebagai anak yang malu malu kucing. Kalau diperhatikan, malah bisa menjerit dan ngga mau kenal. Lain jika kita cuek, dia akan datang minta diperhatikan.

Melalui cerita-cerita masa kecilnya, Mas Suami membawa kami dan memperkenalkan beberapa area bermain dan markas genks nya dulu. Alya sangat antusias menelusuri kota kecil ini, melihat sungai di pinggir dermaga, dan berlarian di jembatan yang disusun dari kayu ulin.

 *pagi hari di tepian sungai arut

Berenang di sungai menjadi memori yang tak terlupakan buat Alya. Iya, dia senang sekali menikmati jernihnya air alami dan berwarna merah yang timbul dari akar pohon. Walaupun ternyata airnya dingin dan bikin saya menggigil, Alya justru ngga mau udahan dan sempet nangis di mobil. Kalau Alya lihat foto-foto waktu dia berenang di sungai, pasti hawanya pengen nyemplung ke kolam, dan kalau lihat sungai, dia kira pasti bisa buat mandi. Sayangnya, di jawa kami masih susah menemui sungai alami yang masih bagus dan belum tercemar.

*berenang di sungai pasir panjang

Sebagai orang tua baru, kami justru lebih banyak belajar dari anak. Dia mengajari kami untuk selalu peka dan tidak membuang waktu secara percuma. Setiap detik waktu adalah berharga. 
Jika anak diberi kelebihan untuk beraktivitas fisik, kita memang lebih letih dan rentan stress dalam menghadapi semua ini. Belum lagi dengan kerjaan rumah yang ngga selesai-selesai atau bisnis sampingan yang kudu berjalan berdampingan.


Tidak dapat dipungkiri, kadang kita malas untuk mengajaknya bermain kotor karena capek ngebersihinnya. Padahal dengan membiarkannya bermain, sistem imun anak akan kebal dengan sendirinya. Jangan larang anak dalam mengekspresikan kegemarannya, anak dapat mengerti salah atau benar, baik atau buruk, iya atau tidak. Bagaimana dia mengerti yang baik kalau tidak tahu yang buruk? Bagaimana dia paham yang benar kalo belum tahu dimana kesalahannya?

Hal lain yang harus diperhatikan adalah kekompakan anggota keluarga. Saling mengerti dan memahami. Suami punya peranan sangat penting disini. Aku sering kok bilang capek ke Suami. Paling-paling malemnya dapet bonus pijetan di kaki doank sambil ngantuk-ngantuk. Itu udah Alhamdulillah banget lho. 




Menjadi orangtua adalah rejeki lain dari hanya sekadar uang. Ingat, anak adalah lebih dari sebuah investasi. Dia adalah generasi. 

Kami berusaha sebisa mungkin tidak mengeluh dan tidak hitungan dalam soal mengasuh anak. Jadi suami harus siap diri, jadi istri harus dari hati. Semoga anak kita jadi anak yang berbakti dan baik hati. :)

You May Also Like

0 komentar