DRAMA SAKIT GIGI (PART III)

by - June 10, 2019

Hallo, selamat lebaran ya. Minal Aidzin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Sudah 10 hari berlalu, ternyata blognya sudah berdebu hehe. Maklumlah, lebaran identik dengan rempong. Walaupun lebaran di kampung halaman, tapi kesana kesini sama wae. Apalagi Alya sempet sakit juga. Jadi ya, buka laptop cuma buat ngerjain deadline doang, sampai kelupaan mau nulis blog. Maafkeun.

Aku mau ngelanjutin cerita tentang sakit gigi lagi ah. Lebih tepatnya penanganan sakit gigi yang membutuhkan waktu cukup lama. Kalau kamu belum baca, silahkan klik link berikut ini:



Aku sudah bilang kan kalau ngurus penanganan gigi ini akhirnya pakai BPJS. Karena selain sangat meringankan finansial, juga sekarang lebih tertata. I mean, aku sebenernya suka step by stepnya mulai dari prosedural dari faskes 1, maupun rujukan harus kemana, sehingga kita enggak kaget lagi soal biaya. Aku juga pengen ikut antusias ketika Pemerintah sudah mengeluarkan bantuan kesehatan yang terjangkau. Yes, aku suka kemajuan seperti ini.

Jujur, tadinya kan maju mundur ke Dokter Gigi cuma masalah totalannya berapa. Nah, dengan adanya BPJS, kalau pun ada kekurangan kayak kemarin antibiotik yang harus dibeli sendiri, itu juga enggak seberapa dibanding biaya pengobatan yang aku yakin, kalau enggak pakai BPJS akan memakan total lebih dari sejuta.

Prosedural ini juga bisa mengukur tingkatan sakit kita. Sesuai pengalamanku soal gigi, ternyata kasusku enggak cuma bisa ditanganin lewat Puskesmas, harus ada campur tangan Rumah Sakit. Tapi, di sini juga ada dramanya sih. Enggak tahu letak kesalahannya dimana.

Ya sudah, aku langsung cerita dulu ya proseduralnya bagaimana, termasuk dramanya.

Kondisi gigiku saat itu adalah, gigi sebelah kanan bawah sebelum geraham bungsu tuh bolong. Sedangkan gigi geraham kiri dan sebelum geraham, sudah keropos. Jelek habis! Melihat bentuknya saja, yang ini harus dicabut, sudah enggak mungkin ditambal. Cumaaa, yang sakit justru bukan yang keropos ini. Yang sakit adalah yang sebelah kanan sebelum geraham bungsu. Ngerti enggak sih posisinya hehe. Kalau mau lebih jelas, nanti aku sertakan rotgennya. Tapi nanti ya, pas cerita ke Rumah Sakit, biar alur ceritanya ketata.

Terhitung Desember, aku datang ke Puskesmas Jurang Ombo Pusat untuk pertama kalinya. Lokasinya masih di Karet, belum pindah ke Jurang Ombo yang baru. Karena enggak ngerti apa-apa, aku pede datang jam 10.00 an. Heran juga, sampai sana sudah penuh nuh! Tanpa cacicu langsung menuju ke resepsionis. Eh apa sih sebutannya, pokoknya yang di depan itu lah. 

Di situ ada seorang ibu petugas administrasi, dan satu lagi seorang bapak yang mungkin bertugas sebagai Kepala atau apa ya, aku juga enggak begitu paham. Yang jelas, di setiap Puskemas yang pernah aku datangi, pasti ada seorang bapak separuh baya bertugas di depan. Nah, Bapak ini agak ngeselin sih kalau aku bilang. Gimana enggak. Masa' ngetawain aku gara-gara aku datang jam 10.00 dan di situ posisinya aku enggak tahu sama sekali lho. Katanya "mau daftar ke poli gigi kok jam segini" Ya salahku dimana maliiih???

Lalu aku berusaha sabar, tetap kalem, sambil berlagak bego. Berlagak bego kadang penting btw, biar kita dapat info lebih dan justru kadang bikin orang keki sendiri. Eh kok jadi ngomongin si Bapak sih. Terus pokoknya aku dapat info, kalau ke Poli Gigi, harus rela antri sejak subuh. SUBUH BRO. Katanya subuh, padahal jarak rumah ke Puskemas agak jauh. 

Beberapa hari kemudian, Suami ke Puskesmas mruput jam setengah 5 an, ambil antrian. Lega dong. Dikiranya kan sudah dapat nomor antrian, kemudian bersiaplah kami jam setengah 7 ke Jurang Ombo. Ternyata sampai sana, antrian kami hangus. Karena semestinya, habis ambil nomor antrian, langsung stay tune di situ sampai masuk ke daftar pasien. GENGGONG! Okay, tarik nafas, buang.

via GIPHY

Waktu itu, nyeri sakit gigiku sudah enggak tertahankan. Ini sudah di level yang: "Sudah deh, nyerah sama BPJS. Kenapa kok gini amat!!!" Tapi Suamiku nenangin aku biar berpikir positif: mungkin lumrah, karena pasien membludak tiap hari, sampai harus dibatasin. Jadi, yang kami lakukan selanjutnya adalah mencari Puskesmas yang lain. Kenapa tetap Puskesmas? Karena jam itu di Magelang, Dokter Gigi yang praktek belum ada.

Kami segera beranjak ke Puskesmas Magelang Selatan. Di sini lebih dekat sama rumah Papa, dan beberapa petugas ada yang kenal. Petugas di sini ramah-ramah dan informatif banget. Sayangnya, waktu itu tempat Poli Gigi sedang perbaikan, terus dialihkan ke Puskesmas Pembantu. Ngelihat jam, masih jam 07.30, kami langsung ke Puskesmas Pembantu Magelang Selatan, yang tempatnya berada di daerah Nambangan. Sampai Puskemas Nambangan, Petugasnya juga sama baiknya. Namun sayangnya, Dokter Gigi di sana lagi enggak praktek. APA ENGGAK PUYENG!!!

via GIPHY

Aku tampak sudah hopeless! Mungkin Petugasnya tahu, lalu ditelponin Puskesmas lain yang Dokter Giginya praktek. Fiuh lega. 

Oh iya, di Puskesmas Magelang Selatan, baik di Pusat maupun di Puskesmas Pembantunya, aku enggak ngomong kalau pakai BPJS. Baru setelah Petugasnya cari-cari Dokter, aku lalu cerita. Si Petugas langsung ngomong, kalau setiap Puskesmas pasti punya Puskesmas pembantu. Untuk Puskesmas Jurang Ombo sendiri, punya Puskesmas Pembantu di daerah Magersari. 

Merasa dipermainkan dan kesabaran sudah diambang batas, tapi kok dana minim hahaha, kami lalu bergegas ke Puskesmas Magersari. Lagi-lagi nengok jam, belum jam 8. Si Petugas bilang dicoba saja, siapa tahu kuota Poli Gigi masih ada.

Lanjut ke Puskesmas Magersari.

Kami langsung daftar. Di sini Petugasnya juga ramah. Inget ya, bagiku keramahan adalah kunci. Kalau enggak ramah, makin sakit nih gigi haha. Tapi di sana, kuota Poli Gigi sudah habis juga. Aku langsung lemes mes!!! Apa salah hamba ya Tuhan.

Suamiku yang ngelihat aku lungkrah, langsung enggak tega. Dia bilang ke Petugas kalau sakit gigiku sudah akut. Masa' dari dulu cuma dikasih obat terus, paling enggak kan ada tindakan setelah dikasih obat. Iya, rumus permasalahan gigi, misal mau cabut, harus nunggu sembuh dulu baru bisa ditindak.

Finally, di hari itu juga, aku bisa dapat nomor antrian, tepatnya NOMOR 10. Okay, i'm strong!

via GIPHY

Setelahnya, kami nunggu lama. Bener-bener yang harus stay tune, karena kami kadung takut hangus lagi. Sampai makan siang pun kami tunda huhuhu. Akhirnya aku dipanggil jam 1 an, sebagai pasien terakhir dan sumpelan. Hahaha. Aku sama Suami sampai memperkirakan kalau aku pasti dicabut di Puskesmas ini. Ya paling enggak kalau dikasih rujukan, hari itu bisa langsung terselesaikan. Tapi ternyata dugaan kami salah kaprah. Besok lagi, kalau urusan rujuk merujuk, urusan BPJS, jangan ada prediksi diantara kita. SHA-KIT KAK!

Di dalam Poli Gigi, aku ketemu sama seorang Bapak, yang ternyata ini adalah perawat. Di situ ditanyain, yang sakit yang mana. Terus aku jelaskan secara terperinci. Kata Si Bapak, satu-satu dulu. Yang urgent ditanganin ya yang sakit. Lalu aku ditambal, dimatiin syarafnya pada gigi kanan sebelum geraham, plus diresepin obat. Katanya, minggu depan harus datang lagi. Well, aku manut. Aku cuma ingin gigiku sembuh titik.

Habis kelar, kami ngantri obat. Enggak lama sih di sini. Beberapa saat kemudian sudah dipanggil, masih sama dengan penanganan Dokter-dokter sebelumnya: dapet obat nyeri dan antibiotik yang harus dihabiskan. Siyaaap, lagi-lagi obat yakan, tapi enggak bisa nolak lagi. Sudah kadung nyemplung, tetep kudu rampung. Mau enggak mau dilanjutin, karena aslinya penasaran juga, seberapa panjang sih perjalanan BPJS menangani urusan gigi. Aku sabar-sabarin, enggak apa-apa.

Eh kelupaan. Waktu ditambal dan dimatiin syarafnya itu kan posisi aku belum makan siang. Seharusnya, makan siang dulu, karena habis ditambal, ada jeda waktu 1 jam lebih sampai kapurnya kering, enggak boleh ada aktivitas mengunyah. Nah itu tuh, yang gokil. Aku pede makan mie ayam dong saking lapernya. Tapi seingetku nih ya, sudah jeda waktu sejam. Aku make sure pegang kapur tambalannya, ternyata masih lembek, padahal perut sudah keroncongan. Hiadeh, dilema. Lalu aku putuskan makan dan berusaha mengunyah di gigi bagian kiri. Tahu apa yang terjadi? Iyaaak, tambalannya terkikis dengan sukses! (Ngelus dada)

Dah deh, yang penting enggak sakit saja, itu sudah aman. Sampai rumah, obat pun langsung aku minum. Rasanya lebih mendingan. Begitu juga hari-hari selanjutnya selama seminggu, obat aku habisin sampai enggak tersisa, dan siap untuk penanganan berikutnya.

Masih ngikutin ceritanya kan? Lanjut ya. Setelah tahun baru, sekitar tanggal 3 an, aku dateng lagi ke Puskesmas Magersari. Suamiku ambil nomor antrian pagi-pagi jam 6, lalu daftar. Kabar baiknya, pasien di Puskesmas Magersari enggak begitu membludak seperti di Puskesmas Jurang Ombo Karet. Jadi, ketika pagi-pagi datang, nomor antrian masih awal-awal. Terus aku baru datang jam 8 an, setelah namaku tercatat sebagai pasien.

Singkat cerita, aku ketemu sama Dokter Gigi yang namanya Dokter Fitri. Ini tetanggaku di kampung, ya ampuuun. Lucu deh, aku malah enggak hafal, yang hafal Dokter Fitri, Huhu maafkan Dok. Ini salah satunya karena KTP dan alamat BPJS masih nebeng rumah papa, jadi aku masih dikenali sebagai orang kampung sana. Belum mau pindah alamat, sejauh ini masih enak apa-apa di Kota soalnya.

Oke, kelanjutannya gini. Aku baru tahu kedua posisi gigi bungsu bagian bawah tidur. Ini bisa menyebabkan gigi depannya ketabrak dan pelan-pelan keropos. Gigi bungsu yang posisinya tidur, enggak akan berpengaruh apa-apa. Misal dicabut, kita tetap bisa ngunyah kayak biasanya. Nah, masalahnya, gigi yang sakit dan sudah ditambal itu kan yang depannya geraham bungsu. Mau nyabut itu susah, harus dicabut geraham bungsunya dulu, baru bisa nyabut depannya. Sayangnya, di Puskesmas enggak bisa menangani, karena kasus ini masuk ke bedah mulut.

Sama Dokter Fitri langsung disarankan ke Jogja, ke Panti Rapih langsung. Dokter Fitri tuh kayak mengupayakan banget biar aku ditanganin cepet. Tapi sayangnya, prosedur tetap harus berlaku. Enggak bisa dari Puskesmas langsung ke Jogja. Jadilah aku dirujuk ke RSUD Magelang, and bikin cerita selanjutnya masih puanjaaang!!!

Untuk penanganan selanjutnya, aku cerita next episode yah. Eh, next blogpost ding, takut pembaca boring. Pokoknya ditunggu saja, karena makin seru deh pokoknya. Haha. 

You May Also Like

0 komentar