BIJAK MENGGUNAKAN SOSIAL MEDIA

by - July 14, 2017

Ketika membaca tulisanku ini, aku harap kamu bakalan bijak, ngga usah dibawa hati, ngga usah terlalu sensi. Soalnya akhir postingan nanti, balik ke diri sendiri, kenapa kita lebih harus 'bijak' ketimbang jujur. Ya, jujur adalah sikap yang paling susah, kata omong kosong, atau jangan-jangan cuma halusinasi saja makin kedepannya. Masa sih masih ada orang jujur di dunia ini? Buat apa jujur kalo dunia dipenuhi kebohongan. Apalagi dengan didukung sosial media yang hari gini siapa sih yang ngga punya? 
Coba bilang! 
Anak SD aja gandrung, apalagi kita yang udah dewasa ini. Mana mau kalah kita sama hal-hal yang lagi hits. Karena di sosial media, kamu bisa berkeluh kesah, ketemu temen lama, sampe dapet temen baru cuma gara-gara punya kesamaan hobby. Semua bisa. Bahkan kamu juga bisa menjadi bukan dirimu sendiri. 
Parah ya? Jelas, tapi itu faktanya. Sosial media selalu punya ceritanya.
Pernah ngga kita nyetatus baik-baik saja sedangkan apa yang kita rasakan berbeda? Pernah ngga kita lebih mentingin feed instagram daripada kudu bersosialisasi sama tetangga? Atau sering ngga kamu komentar sinis, ketika disinisin balik malah jadi blunder?
Ah ngaku aja deh. Cukup katakan dalam hati aja kok. *clingakclinguk*

http://www.bodydesignbybrit.com/blog/2016/3/28/social-media-rant
Oke, kita bahas yang masih hangat di ruang lingkup kita, tersebutlah Afi, udah deh ngga usah aku jembrengin nama lengkapnya, kalian pasti mbatin dan hafal. Afi mana lagi ya kan? Lewat statusnya yang selalu menjadi pro kontra, Afi kemudian terbukti copy paste dari berbagai sumber. Mungkin si Afi ini lelah karena semua ijig-ijig berbeda padahal awalnya banyak yang memuja. Saking mungkin ngga tahu kemana kudu curhat, terakhir dia curhat live di fesbuk tentang keluh kesahnya menjadi korban bullying. 
Entah darimana bermula, video tersebut sangat cepat beredar nyaris di semua sosial media. Bukannya mendapat rasa simpatik dari netizen biar mengerti apa yang dirasakannya, Afi justru malah mendapat sejumlah opini dan cacian bertubi tubi. Parahnya, curhatan Afi tersebut diketahui plagiat lagi dari seseorang bernama Amanda Todd, perempuan Canada yang udah mengunggah videonya sekitar tahun 2012. Todd adalah korban cyber bullying yang berakhir bunuh diri. Miris sih ngelihatnya, tapi kita ngga ada yang tahu apa yang diinginkan dibalik itu. Apakah cuma sekedar omongan biar galaunya ilang, atau cari sensasi yang orang lain ngga sadar ikut populerkan. Iya, kalian mungkin beranggapan itu semua lebay, namun apakah dengan ikut membuat Afi terkenal itu bakal membuat flu singapur enyah dari muka bumi ini? Apakah video yang terus menerus kita tonton dan maki maki itu bakalan jadikan kita kaya dan bahagia?
Akui saja, ngga ada faedahnya. Yang ada kita cuma turut mempopulerkan apa yang kita benci. Lah, katanya ngga suka, ngga suka kok kepo, ngga suka kok dibagiin. Lama-lama jatuh cinta lho!

https://id.pinterest.com/pin/505318020677448139/
Ada cerita lagi tentang cinta lewat sosial media. Youtuber kelahiran malang bernama Bayu Skak, pernah kesandung cinta lewat media online. Bayu mengaku jatuh cinta pada sosok bernama Dara Fleisher Cohen hanya lewat Instagram. Wajah cantik, pintar dan perhatian ternyata hanyalah tipuan doank. Singkatnya, Bayu dibantu oleh Raditya Dika dalam mengungkap siapa si Dara ini sebenernya? Video pengakuannya ia unggah ke youtube dengan judul HATI-HATI DI INTERNET.
Bagaimana bisa, Youtuber yang pernah diajak Presiden Jokowi dalam kunjungan kerjanya tahun 2016 lalu, dengan gampangnya tergiur cinta lewat sosial media? Apa yang membuatnya tertipu? Padahal harusnya dia mengerti dunia maya lho, kan youtuber? Huhuhu. Sungguh polos deh si Bayu.

https://id.pinterest.com/explore/social-media-quotes/?lp=true
Lalu video terakhir yang jadi santer, tentang video iklan es krim yang dibuat dengan tema kerajaan ala drama kolosal nusantara, iklan ini terkesan jayus abis. Mana ditambah properti canggih kayak GPS dan Iphone yang digunakan pada salah satu adegannya. Ngga lupa pula adegan pemainnya menunggangi burung raksasa dengan gagah berani. Komplit sudah ngakaknya! Iklan yang kalian bilang jayus ini makin viral karena masuk di 9gag dengan caption I want ice cream now.
Tapi aku berpendapat lain. Alih-alih aku mencela iklan tersebut, justru waktu pertama kali lihat, aku hanya bergumam, "cerdik!"
Woooh kok cerdik sih. 
Hahaha, ngga sia-sia kan aku kuliah pertelevisian? 
Bukan masalah videografi dan teknisnya sih, namun yang harus kalian tahu, kenapa iklan ini hanya ditayangkan lewat online dan ngga masuk di televisi nasional. Kenapa iklan yang receh banget gini banyak yang nonton?
Begitu kita nonton, langsung melejit dan lekat di ingatan kita kan?
Dan dibalik itu, apakah kalian tahu sutradaranya siapa? Ah, aku yakin kamu ngga asing deh! Yup, sebutlah Dimas Jay. Serius ada yang ngga kenal?
Kalian pikir Dimas Jay orang baru di industri video tanah air? Kalian pikir Dimas Jay itu sutradara ecek-ecek? Ada begitu banyak pertanyaan sebenernya. Terlepas dari statement Dimas Jay sendiri yang menyatakan kaget karena karyanya viral, mari kita tarik garis kesimpulan: Dimas Jay berhasil. 
Lah berhasil apa emang? 
Sadar ngga, kejayusan iklan itu menjadi daya tarik yang bikin orang kepo? Kalian ingat iklan MASTIN? Melejit bukan? Jadi ini adalah semacam taktik. Iklan es krim doank lho, makin hari makin banyak viewers dan bikin semua orang membicarakannya. And yes, termasuk kita disini. Hahaha. Aku bahkan ngga percaya Dimas Jay ngga sengaja bikin iklan ini yang terkesan asal-asalan. Melainkan ini adalah sebuah alasan cerdas untuk memanfaatkan sosial media. Membuat sesuatu untuk dimaki seolah-olah bernilai buruk. Padahal jauh dari itu, kontennya sukses.
VIRAL!

https://id.pinterest.com/pin/Aawnik5KXml9LgpMp7PwMT60HV7Rb9u6-0X0gVHaBTZxH7fVi6BqVxU/
Sekarang mari kita gabungkan, semua cerita diatas adalah 'korban' sosial media. Aku pakai tanda kutip karena bukan satu arti saja. Sesungguhnya kita semua emang 'korban'. Tinggal mana yang mau dikorbankan dan gimana cara mengorbankan sesuatu agar mencapai tujuan yang diinginkannya. 
Afi jelas korban, korban karena kelakuannya sendiri sesuai yang kamu bilang.
Bayu Skak juga korban, korban ketidaktahuan karena dia lagi masa butuh perhatian, sedangkan Dara datang benar-benar tepat waktu.
Dara juga korban. Dia mengorbankan status asli dirinya entah untuk berhalusinasi atau menyenangkan sifat terpendam di dirinya sendiri.
Dimas Jay? Dia menggunakan cara jitu agar banyak korban membagikan iklan ini. Timeline dipenuhi iklan tanpa harus susah susah bayar slot di stasiun TV. Dan eh, kalian pikir Dimas Jay bangga apa sama hasilnya yang kalian bilang jelek? Semrawut? Ngawur?
Hello Dimas Jay lho kok bikin kayak gitu sih. Amit-amit. In my very humble opinion, dia mengorbankan hasil karyanya yang biasanya ciamik agar menjadi buah bibir daripada hanya sekedar sanjungan belaka.
Ya, dunia maya memang terlalu menyakitkan. Tapi tiada yang bisa berdusta melebihi keyakinannya sendiri kan?
Susah lho mau jujur di sosial media. Menjaga hati dan sikap aja susahnya setengah mati. Toh, sosial media sekarang tidak sesederhana itu. Ketika kamu kekeuh bilang ngga kepo, sementara di timeline timbul berita yang ngga kamu harapkan, kamu bisa saja menjadi goyah, lalu ikutan ingin tahu. Baca kontennya, eeh ngga sengaja lihat beberapa komennya. Sadar atau tidak, kamu semakin masuk ke pusaran dan makin gatal ingin ikutan berkomentar akibat berbeda pendapat. Maka kita mengenal perang komen, twit war dan kita sedang terperangkap PSY WAR.
Kamu berbagi, kamu viralkan, lantas kamu sendiri yang ngamuk-ngamuk. Sekali lagi aku katakan, sesungguhnya kita sedang menyakiti diri kita sendiri. 
Dari fesbuk, twitter, path, instagram, whatsaap, line, handphone kita udah penuh aja rasanya. Semua punya penggemar dan daya tariknya, semua ada batas kalangannya. Ini belum juga ngomongin tentang politik, agama, suku, ras dan budaya. Berita HOAX, tanpa kroscek, status penebar kebencian, aaah, mengapa semua ini selalu diutamakan?


Aku pernah nyetatus di fesbuk seperti di atas gara-gara semua membagikan apa yang sedang viral. Ngga tahu latah atau biar ikutan beken, aku sendiri udah hampir tahap muak kok ya ini ngga bisa baik-baik saja. Semua kayak lagi marah-marah.
Oh tapi kamu jangan lantas bilang kalo aku munafik. Aku ngerti, aku dongo kalo ngomongin soal teori. Di era yang katanya modern ini siapapun toh bisa jadi seorang ahli, dan tidak ada teori yang hakiki.
Udahlah, sekarang, ambil jalan tengahnya. Kita semua sedang terjebak dalam lingkaran setan bernama sosial media. Dunia serasa ada dalam sentuhan layar doank. Kita ngga perlu tanya jalan ke orang, GPS siap jalan. Mau makan, ngga perlu repot antri, udah bisa dateng sendiri. Sosial media memberanikan diri berbicara padahal kita sedang bungkam.
Kita memang ngga bisa jauh sebentar dari handphone dengan quota internet tanpa batas. Bangun tidur, segala aktivitas, dan sampai begadang pun kita masih asik menatap layar yang urusan faedahnya belakangan. Hidup ini seolah kurang dan ampang tanpa menyentuh layar dan mengetahui dunia luar. Mirisnya, kadang kita juga kelupaan dan asik sama handphone ketika bersosialisasi secara langsung. Demi mendapatkan likes terbanyak dari mengunggah foto di dunia maya, lagi-lagi kita mengabaikan obrolan nyata.
Sudahlah, akui saja.
Tapi aku kira kita sudah cukup, cukup menjadi korban. Sekali lagi, kita semua korban. Kalo masih ingin bermain di dunia maya, menggunakan sosial media, ayolah, kita harus lebih bijak. Pentingkan mengakrabkan diri secara nyata lewat sentuhan di sekitar kita. Buat sesuatu yang candu ini jadi lebih berguna. Agar kita ngga menyesal nantinya.

https://id.pinterest.com/pin/259590365998795490/
*Aku berbicara pada diriku sendiri juga.

You May Also Like

4 komentar

  1. Berasa di plak-plaaak hehehe..Noted!
    "Buat sesuatu yang candu ini jadi lebih berguna. Agar kita ngga menyesal nantinya."

    TFS Yosa!

    ReplyDelete
  2. Bener banget, Mb. Setuju. Sosmed ambil baiknya aja. Yang buruk hempaskan. Juga mesti imbang antara dunia nyata dan maya
    Nice post. Salam kenal Mb

    ReplyDelete